Oscar Siagian dan Ignas Seta Dwi Wardhana: Fotografi adalah Panggilan, Bisa Bertahan Karena Kecintaan

Keduanya memanfaatkan hobi fotografi menjadi profesi.

0 281

Katolikana.com—Pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Saat bekerja, kita akan termotivasi. Hobi kita pun bisa menjadi peruntungan diri maupun orang lain.

Oscar Siagian dan Ignas Seta Dwi Wardhana berbagi kisah dan pengalaman bagaimana proses menekuni hobi fotografi menjadi profesi dalam Live Talkshow Katolikana Muda yang dipandu oleh Odilo Revo, Minggu (15/8/2021).

Oscar Siagian

Oscar Siagian merupakan seorang fotografer freelance. Keinginan menjadi wartawan mendorongnya memilih kuliah di Program Studi Ilmu Komukasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi.

Sebagai pekerja lepas, Oscar bekerja untuk beberapa lembaga asing dan lembaga donor.

“Foto itu menarik. Selain membuat karya, kita juga bisa traveling ke mana-mana dengan foto,” ungkapnya.

Ketika beberapa temannya memilih foto model, Oscar justru memilih memotret hal yang berhubungan dengan budaya, seperti patung dan batik. Baginya, itu merupakan hal yang lebih bermanfaat untuk orang lain.

Oscar belajar teknik-teknik dasar fotografi dari UKM Fotografi, dari Internet dan dari pengalaman yang ia lalui.

“Ketika menjadi asisten fotografer, saya melihat cara mereka. Mereka mengambil foto patung itu pakai 5-6 lampu dan dua sterofoam di kanan dan kiri,” ujarnya.

Branding di Media Sosial

Bagi Oscar, media sosial menjadi platform agar orang-orang mengetahui tentang kita. Oscar memanfaatkan semua media sosial sebagai personal branding.

Ia merasa efektivitas yang ia dapatkan cukup menguntungkan bagi pekerjaannya sebagai fotografer.

Personal branding itu penting. Tidak semua orang tahu kita ini siapa, jual jasa apa, dan lain-lain. Mau tidak mau, namanya jualan jasa, harus branding diri sendiri,” tegasnya.

Fotografi Alam Bebas

Ignas Septa Dwiwardhana menekuni hobi fotografi sejak bangku SMA, dan akhirnya  memilih fokus pada genre fotografi alam bebas.

Sejak kecil ia menyukai gambar-gambar bagus, khususnya gambaran satwa atau hewan. Di SMA ia mengikuti ekstrakurikuler fotografi.

Fotografi baginya adalah sebuah panggilan dan ia bisa bertahan karena adanya kecintaan.

“Kegiatan ini saya tekuni karena saya senangi. Kalau senang, akhirnya saya  cintai. Selain itu ada misi khusus di dunia fotografi Indonesia di satwa liar,” tegasnya.

Ignas memilih genre fotografi satwa liar karena ia ingin tampil beda. Bagi Ignas, foto dengan model, produk atau wedding itu adalah hal umum.

“Fotografi satwa liar saya lihat, istilahnya, masih lahan kering,” ujarnya

Ignas berharap karya atau apapun yang difoto, bisa dinikmati masyarakat.

“Orang lain menjadi tahu, seperti: ‘Di jawa masih ada macan tutul’. Karena bagaimana pun ini penting sebagai dokumentasi dari sejarah Indonesia,” ujarnya.

Ignas Seta Dwiwardhana

Bagi Ignas, semua hal yang ia lewati itu adalah memorable dan tidak bisa diulang dua kali

“Kita harus belajar memilih dan langsung memutuskan ya atau tidak. Kalau tidak begitu, kita bisa kehilangan momen berharga,” tegasnya.

Menurut Ignas, teknis dalam fotografi harus dikuasai semua. Apalagi dasar-dasarnya, karena pasti semua akan berguna saat kita terjun ke lapangan.

Setiap proses yang dijalani Ignas sebagai fotografer alam bebas, pasti menemukan tantangan, suka maupun duka.

Salah satu tantangan yang ia dapatkan ketika ia tidak mendapatkan ‘buruan’ binatang dan adanya risiko nyawa.

Peka Keadaan Alam

Menjadi fotografi alam bebas harus peka dengan keadaan alam.

“Kita harus tahu saat rencana ambil gambar, apakah waktunya sudah pas, bagaimana cuaca, bagaimana keadaan lapangan. Soalnya kita tidak bisa mengontrol alam,” ujarnya.

Bagi Ignas, duka dan tantangan yang dihadapi akan selalu menjadi sukacita ketika seorang fotografer alam liar bisa mencapai targetnya.

“Sukanya, yang pasti ketika sudah mencapai target kita dan apa yang menjadi tujuan kita,” pungkasnya.**

Pribadi yang terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Mahasiswa asal Pandaan, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.