Katolikana.com–Pandemi yang tak kunjung usai mengakibatkan dampak yang makin parah pada kehidupan masyarakat. Tak hanya kepada manusia, namun juga satwa. Lembaga rescue, yang menangani hewan liar juga merasakan kesusahan ini.
Dalam Live Talkshow di Youtube Katolikana, Drh. Irhamna Putri Rahmawati, M.Sc, salah satu dokter hewan di WRC menceritakan bagaimana cara mereka bertahan di masa pandemi ini.
Wild Life Rescue Centre (WRC) adalah pusat penyelamatan satwa di Yogyakarta. WRC merupakan tempat transit sementara hewan-hewan liar yang disita pemerintah, terutama hewan liar yang dilindungi secara hukum.
“Jadi segala bentuk kegiatan perdagangan hewan ilegal yang dilarang dikonservasikan di tempat kami sebelum nantinya akan direhabilitasi lebih lanjut atau dilepasliarkan kembali ke habitatnya,” tegasnya.
Jika kita lihat, banyak masyarakat bahkan menjadi trend terutama influencer memelihara hewan liar yang seharusnya dilindungi. Namun makin lama, banyak masyarakat teredukasi oleh NGO seperti WRC.
WRC hingga saat ini merawat kurang lebih 100 ekor satwa. Beberapa satwa sudah dikembalikan ke habitatnya.
“Alhamdulilah, sudah berkurang karena mereka sudah dipindahkan ke tempat yang lebih baik. Sejauh ini, ini menjadi pekerjaan rumah yang besar untuk negara kita,” ujar dokter Irna.

Bukan Kebun Binatang
Banyak orang mengira bahwa WRC adalah tempat yang sama dengan kebun binatang. Namun WRC punya misi yang berbeda dengan kebun binatang.
Dokter Irna menjelaskan, di kebun binatang pengunjung umum diperbolehkan masuk karena tujuan utamanya adalah edukasi agar masyarakat tahu tentang jenis satwa liar.
Hewan-hewan tersebut rata-rata akan tinggal di sana selamanya, jadi tidak akan dilepaskan lagi, dan yang terpenting pengaturan kebun binatang dibuat aman untuk pengunjung.
Sedangkan WRC dikhususkan untuk penampungan sementara dan rehabilitasi satwa liar. Jadi pengaturan kandang tidak seaman kebun binatang dan tidak untuk dikunjungi masyarakat luas.
“Boleh masyarakat datang namun ditujukan untuk berkreasi, misalnya: untuk konservasi mahasiswa, magang, atau penelitian. Kami akan sangat terbuka untuk mereka,” ujarnya.

Pendanaan
Dokter Irna menceritakan bahwa kebutuhan bahan pakan setiap hewan cukup besar setiap bulannya. Beberapa staf juga menggantungkan hidupnya kepada pekerjaan ini.
“Sebelum pandemi banyak yang membantu dalam pemasukan untuk operasional kami. Namun yang cukup banyak membantu adalah kegiatan dari relawan atau wisata minat khusus. Kami sering menerima relawan dari luar negeri untuk mencari pengalaman dalam bidang konservasi,” jelasnya.
“Tapi karena pandemi, tidak ada kegiatan voluntir lagi. Jadi untuk organisasi nonprofit seperti kami ini terasa sulit. Namun, karena bantuan dari pihak Covid emergency dan bantuan teman-teman lain jadi kami bisa terbantu,” imbuhnya.
Dokter Irma mengatakan saat pandemi, WRC mendapatkan dana bantuan dari beberapa organisasi semacam dana hibah dalam skema kedaruratan.
Selain itu ada donasi melalui platform, seperti Kitabisa.com dan bantuan pemerintah setempat maupun donor individu.
Satwa Liar Tidak untuk Dipelihara
Bagi Dokter Irna, ada tiga poin alasan mengapa masyarakat awam tidak boleh memelihara satwa liar:
- Satwa liar tidak untuk dipelihara sama sekali, apa pun bentuknya. Mau dilindungi atau tidak karena penyebaran penyakit dari hewan ke manusia seperti Covid-19 sekarang.
- Jika dilihat secara kesejahteraan mereka akan lebih baik di alamnya, sesuai kodratnya dan untuk kesejahteraan manusia sendiri.
- Hewan liar sampai kapan pun akan tetap liar. Mereka tidak akan pernah jinak. Hanya menunggu waktu saja mereka bisa menunjukkan perilaku agresif yang dapat membahayakan manusia.
Irna berharap ke depannya seluruh NGO penyelamatan satwa liar, bisa bersatu untuk mengedukasi masyarakat luas.**

Pribadi yang terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Mahasiswa asal Pandaan, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.