SMA Xaverius Lubuklinggau Terapkan Peralihan Pembelajaran Tatap Muka

Guru lebih menekankan murid memiliki nilai integritas dan tanggung jawab.

0 387

Katolikana.com—Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menegaskan, daerah dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1-3 boleh menggelar pembelajaran tatap muka (PTM).

Menanggapi kebijakan tersebut, SMA Xaverius Lubuklinggau melakukan peralihan pembelajaran menuju tatap muka sejak 30 Agustus 2021.

Kepala Sekolah SMA Xaverius Lubuklinggau D. Widodo, S.Pd mengatakan, sebelum melakukan pembelajaran tatap muka, sekolah terlebih dahulu meminta izin dari orang tua/wali murid.

“Selain itu, guru diwajibkan menerima vaksin, saling menghindari bersentuhan fisik/jaga jarak, dan menerapkan pola hidup sehat dan makan makanan bergizi,” ujar Widodo.

Strategi Pembelajaran Tatap Muka

Pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan dengan strategi sebagai berikut:

1. Pengaturan Pembagian Waktu

SMA Xaverius Lubuklinggau menggunakan durasi kegiatan belajar mengajar hanya 2,5 jam. Selain itu sekolah mengatur pembagian waktu jam masuk. Murid IPA masuk pukul 07:15 WIB sedangkan murid IPS masuk pukul 08:15 WIB.

“Hal ini dilakukan agar murid IPA dan IPS tidak saling bertemu sehingga diharapkan mengurangi kerumunan di lingkungan sekolah,” papar Widodo.

2. Penerapan Protokol Kesehatan Secara Ketat

SMA Xaverius menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Guru dan murid wajib menggunakan masker, mengukur suhu, mencuci tangan dan menjaga jarak satu sama lain. Bila ada yang melanggar aturan ini maka akan diberikan teguran,” ujar Widodo.

3. Pengaturan Tempat Duduk dan Jumlah Murid

Pada peralihan PTM tiap murid duduk satu meja satu anak dan menjaga jarak satu sama lain. Setiap kelas hanya berisi 15-17 murid.

“Strategi ini digunakan sebagai upaya menghindari ruang kelas yang penuh,” ujar Widodo.

4. Menekankan Nilai Integritas dan Tanggung Jawab

SMA Xaverius Lubuklinggau tidak menuntut nilai tinggi bagi setiap murid. Namun, guru lebih menekankan murid memiliki nilai integritas dan tanggung jawab dalam proses peralihan pembelajaran tatap muka ini.

D. Widodo S.Pd (Kepala Sekolah SMA Xaverius Lubuklinggau)

Kekhawatiran

Widodo menjelaskan, tentu saja terdapat kekhawatiran para guru dan staf SMA Xaverius Lubuklinggau dalam masa peralihan pembelajaran tatap muka.

Salah satunya, jika ada murid yang tidak jujur atau memiliki gejala namun tetap memaksakan diri untuk datang mengikuti pembelajaran.

“Kami juga memiliki kekhawatiran kalau ada dari para murid yang kemungkinan tidak jujur bahwa ia telah memiliki gejala namun tetap memaksakan diri memasuki lingkungan sekolah. Hal ini akan berakibat fatal,” ujar Widodo.

Menurut Widodo, peralihan pembelajaran tatap muka ini tentu merupakan kabar gembira. Namun semua pihak tidak boleh lengah dan terus menerapkan protokol kesehatan demi kepentingan bersama.

“Saya berharap pelajar dan tenaga pendidik tetap sehat, semangat dan terus saling menjaga satu sama lain sampai pandemi ini bisa berakhir dan semua bisa kembali normal seperti sedia kala serta terus kembangkan rasa ikut peduli satu sama lain,” ujar Widodo.

Sekolah Inklusif

SMA Xaverius Lubuklinggau terletak di Jalan Tapak Lebar II No.449, Sidorejo, Lubuklinggau Barat II, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

SMA Xaverius Lubuklinggau didirikan pada 1976 dan menjadi sekolah Katolik pertama di kota Lubuklinggau.

Meski berciri khas Katolik, SMA Xaverius Lubuklinggau mendidik para murid tanpa adanya perbedaan dan tidak memandang suku, agama, ras, dan status sosial.**

Kontributor: Atanasius Alvyn, Cindy Saputri, Elisabet Yunita, Hosea Richard, Shania Hendra (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Leave A Reply

Your email address will not be published.