Katolikana.com—Tutug Oncom (TO) adalah olahan oncom, terdiri dari ampas tahu, ampas kedelai, dan campuran lain yang difermentasi.
Bahan itu lalu diolah dengan cara ditumbuk dan disangrai dengan sedikit minyak.
Tutug, dari Bahasa Sunda, artinya ditumbuk dan oncom merupakan olahan dari hasil fermentasi.
Makanan khas Tasikmalaya ini biasanya dipadukan dengan sangu haneut (nasi hangat), lalu dimakan bersama aneka gorengan seperti bala-bala (Bakwan), cipe (mendoan), tahu, atau sayur lain.
Jangan lupa, yang satu ini tidak boleh ketinggalan: sambal dan lalaban sebagai pelengkap untuk menambah cita rasa kenikmatan nasi Tutug Oncom.

Nasi TO Kalektoran
Nasi Tutug Oncom (TO) Kalektoran di Jalan R. Ikik Wiradinata merupakan salah satu kedai nasi TO legendaris di Tasikmalaya.
Berdiri sejak 1996 dan awalnya hanya berjualan di pinggir jalan, kini Nasi TO Kalektoran memiliki kedai tetap di seberang jalan dari tempat dahulu jualan.
Nasi TO Kalektoran buka dari jam 07.00-11.00 WIB.
Satu porsi nasi TO ini dihargai Rp7.000. Aneka gorengan bala-bala, tahu, cipe, tempe goreng dibandrol Rp1.500. Telur goreng dihargai Rp 4.000 dan satu potong ayam Rp10.000.
Ingin mencuci mulut selepas makan nasi TO? Jangan khawatir! Tersedia berbagai macam jajanan manis seperti mochi, kue mapan, jelly, agar gula merah, pisang goreng untuk hidangan penutup.

Dikunjungi Artis Ibukota
Bu Tini merupakan pemilik kedai sekaligus pembuat resep dari Nasi Tutug Oncom Kalektoran. Bu Tini dibantu oleh Teh Iat, anak kedua, dan Teh Wina, menantu Bu Tini.
Kedai Nasi TO Kalektoran ini kerap kali didatangi oleh artis tanah air.
“Indra L Bruggman, Ucok Baba, Dicky Chandra, dan Renaldi pernah berkunjung ke sini,” ujar Teh Wina kepada Katolikana. Akibat sering didatangi artis-artis ibukota, TO Kalektoran sempat viral.
“Lebih gurih, nasinya enak, pulen. Terus sambelnya juga enak, sambel goangnya,” ujar Indri.
Indri telah menjadi pelanggan sejak empat tahun lalu dan sekali setiap weekend menyempatkan makan bersama keluarga di Nasi TO Kalektoran.
“Kalau buat saya sudah cukup. Masukan saya, agar tersedia gorengan yang fresh. Kalo pagi sih panas, kalau siang agak dingin,” ujar Falah, pelanggan dari Bandung.
Azay, pengunjung lain, memberikan masukan agar untuk promosi TO Kalektoran di marketplace, agar dapat makin dikenal luas.

Pasang Surut
Bu Tini, Teh Wina, dan Teh Iat merasakan selama pandemi, khususnya selama PPKM, terjadi penurunan konsumen sekitar 50 persen.
“Selama pandemi, Senin hingga Kamis agak jarang habis. Jumat, Sabtu, dan Minggu banyak yang dari luar kota libur kerja. Alhamdulillah bisa habis,” ujar Teh Wina.
“Kalau dulu sering habis, rame banget. Beda dengan sekarang,” tambah Teh Wina.
Sepi pelanggan merupakan kondisi yang memprihatinkan bagi para pelaku usaha kuliner. Hal ini dirasakan oleh Bu Tini saat adanya PPKM.
Di tengah keterbatasan itu, TO Kalektoran memanfaatkan aplikasi online.
Bu Tini hanya bisa berdoa dan berjuang dalam menyikapi pandemi Covid-19. “Semua pasti ada jalan jika kita membarengi usaha dengan melibatkan Tuhan,” ujarnya.
Kontributor: Fiona Troyandi, Immanuella Devina Florentina Sihaloho, Devina Meliani, Verryn Priscilla Limbert, Charles Durand (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.