Katolikana.com—Mengamen di jalanan merupakan pilihan hidup bagi Pieter “Lennon” Budi Yatmo.
Kecintaannya dengan musik menjadi dorongan besar bagi Pieter untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam bermusik.
“Awalnya saya melakukan kegiatan ngamen secara sembunyi-sembunyi. Bawa gitar, keluar kota, ngamen, itu punya beban dan tanggung jawab pada orang tua,” kata Pieter saat ditemui Katolikana, Rabu (3/11/2021).

Pieter mengungkapkan orang tuanya marah dan sempat melarang keputusannya. Namun Pieter membuktikan kepada kedua orang tuanya melalui proses kuliah.
“Kalau dulu kita bernyanyi antarkota, seminggu sekali. Tapi, akhirnya saya tidak perlu lagi menyanyi keluar kota. Saya menetap domisili dan bernyanyi di daerah Jalan Kaliurang Km 5,” ungkap Pieter.
Warung makan Sop Buntut di Jalan Kaliurang Yogyakarta menjadi tempat pertama bagi dia mengamen. Lalu, dia akan mengelilingi tempat-tempat makan di wilayah Jalan Kaliurang.
Menurut Pieter, banyak orang bisa bernyanyi dan bisa main gitar atau alat musik. Tapi, belum tentu semua berani menjajakan di depan orang banyak dalam wujud ngamen.
Pieter menegaskan, tidak semua orang berani karena itu memerlukan faktor X.
“Mereka tidak berani seperti apa yang saya lakukan,” ujarnya.
Mempunyai julukan Pieter Lennon dirinya merasa sangat nyaman, karena dia bisa belajar lebih lama menekuni sesuatu apa yang dirinya lakukan.
“Yang paling penting kalau kita mempunyai atau diberi predikat seseorang ataupun tingkah laku, kita harus melakukan dengan baik, benar dan bertanggung jawab apa pun bidangnya,” kata Pieter.
Suka Duka
Orang ngamen itu tidak terlepas dari pemberian, tergantung besar kecilnya pemberi.
Pieter menceritakan, kita yang bekerja dengan embel-embel sebagai pengamen yang paling penting kita harus menghargai segala bidang.
“Kita harus tahu sopan santun. Tidak dikasih, amin. Dikasih, amin. Besar kecilnya, amin,” kata Pieter.
“Kita harus sadar bahwa yang kita datangi belum tentu mereka welcome dengan kita,” ungkap Pieter.
Menurut Pieter, di lapangan saat bertemu orang sering ada penolakan.
Sebab-sebab penolakan itu macam-macam: pertama, tangan kotor, kedua bisa karena mereka baru datang jajan, ketiga mau merokok dompetnya terselip, keempat ada yang bengong, kelima ada yang mengobrol, keenam kebetulan tidak mempunyai uang kecil dan lain-lain.
Pieter menegaskan, kita harus tahu dan menyadari kalau tidak diberi itu sebabnya macam-macam.
Bagi Pieter, dirinya selalu tersenyum karena mau lebih dulu menghibur orang lain.
Pieter tergabung dalam komunitas Jogja Beatles. Bukan hanya di Jogja, Indonesia Jakarta mereka semua tahu siapa itu Pieter Lennon.
“Di Dinas Kebudayaan DIY saya masuk legend. Tidak semua orang yang membawakan lagu Beatles bisa termasuk legend. Di situ ada kriteria seseorang bisa dikatakan legend,” ungkap Pieter.
Pieter menjelaskan, bila kita ingin dikenal orang kita harus konsekuen, konsisten dengan apa yang kita bawakan, kita kerjakan dengan cara yang benar dan harus punya ciri khas tersendiri agar orang gampang mengenal kita.
“Kalau saya Pieter Lennon tidak lepas dari gitar, harmonika, membawakan lagu-lagu The Beatles, dan John Lennon,” kata Pieter.

Mengamen Dulu dan Sekarang
Pieter bercerita, dulu penghasilan yang diterima 50-60 juta, selain itu dirinya masih bernyanyi antarkota. Lagu yang dibawakan masih universal, tidak hanya The Beatles.
Setelah di Jogja dia baru membawakan lagu The Beatles. Sekarang lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu Jawa, lagu daerah, dan lagu lain.
Saat ini Pieter masih senang mengamen di jalanan. Bekerja keras, pantang menyerah dan tanggung jawab kepada keluarga membuat dirinya tetap kuat dan semangat menjadi musisi jalanan.
“Ketika saya masih bisa menghibur orang lain, saya tak akan berhenti. Walau usia sudah tua, saya masih ingin membelikan sesuatu bagi keluarga,” ungkap Pieter.
Pieter menegaskan hujan deras apa pun dia akan tetap pergi bernyanyi. Pieter merasa bersyukur bahwa Tuhan menyayangi dirinya, karena dia masih tetap kuat dan sehat, meski usia tak lagi muda.
Keyakinan kepada Tuhan menjadi kunci utama bagi Pieter menjalani aktivitasnya sebagai seorang pengamen jalanan.
Penghargaan
Perjalanan karier Pieter Lennon sebagai musisi jalanan bukan hanya sekedar pengamen biasa. Pieter telah menerima banyak penghargaan.
Pieter sangat berterima kasih bagi semua orang yang telah memberikan apresiasi bagi dirinya.
Kontributor: Given Erly Nice Leiwakabessy, Daniel Kalis Jati Mukti, Alicia Yolanda, Jennifer, Marsha Bremanda (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.