Kepada Diaspora Katolik Indonesia Sedunia, Menag: Indonesia Miniatur Peradaban Dunia

Kardinal Suharyo: Akibat perkembangan jaman, nilai-nilai yang dijunjung dalam kehidupan orang beriman sekarang banyak menghadapi tantangan dan semakin kompleks.

0 103

Katolikana.comMenteri Agama Yaqut Cholil Quomas menegaskan Indonesia adalah miniatur peradaban dunia karena kebhinekaannya. Peradaban itu hanya dapat dibangun jika bangsa Indonesia sadar menghargai kebhinekaan.

“Keberagaman merupakan kekayaan bangsa Indonesia sekaligus kekuatan bangsa. Keberagaman merupakan pijakan untuk dapat saling melengkapi dan bekerja sama satu sama lain,” ujar Menteri Agama Yaqut Cholil.

Pernyataan Menag ini dibacakan oleh Dirjen Bimas Katolik (Plt), AM Adiyarto Sumardjono dalam Perayaan Paskah Bersama Diaspora Katolik Indonesia Sedunia bertema “Indonesia To The Continents” yang diselenggarakan secara hybrid dengan studio utama di Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk, Jakarta, Sabtu (7/5/2022).

Dirjen Bimas Katolik (Plt) AM Adiyarto Sumardjono.

Menyinggung karya misi misionaris dari Indonesia di lebih dari 70 negara, Menteri Agama Yaqut Cholil menegaskan kebhinnekaan Indonesia harus terus digaungkan ke seluruh penjuru dunia.

“Menggaungkan kebhinnekaan Indonesia ini juga menjadi misi dari warga Indonesia (diaspora) yang berada di berbagai penjuru dunia. Kita semua harus menggaungkan tentang nilai kebhinnekaan Indonesia sebagai keutamaan untuk menghargai sesama manusia,” pinta Menteri Agama.

Karena itu, menurut Gus Yaqut, Keluarga Katolik Diaspora dan misionaris Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia apapun profesinya sudah pasti diharapkan terus menggaungkan nilai kebhinnekaan Indonesia.

Tanah Subur Panggilan

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Kardinal Ignatius Suharyo menegaskan umat Katolik Indonesia mesti bersyukur karena di wilayah Indonesia pada umumnya panggilan-panggilan khusus untuk menjadi imam, biarawan, biarawati sangat subur dan itu ditegaskan oleh Paus Fransiskus.

Meski demikian pada prisipnya, lanjut Kardinal Suharyo, setiap umat Katolik siapa pun mereka memiliki panggilan yang sama. Yakni panggilan untuk bertumbuh menuju kesempurnaan kesucian, kasih, dan kepenuhan hidup kristiani.

Sementara itu Kardinal Suharyo menyebut tiga kata berbeda tetapi maknanya sama yakni, panggilan untuk bertumbuh, yakni menuju kesempurnaan kesucian, bertumbuh untuk mencapai kesempurnaan kasih, dan kepenuhan hidup kristiani siapapun kita.

Ketua KWI itu berkisah, di Jakarta dirinya sering berjumpa dengan para missionaris yang baru kembali tanah misi di luar negeri, bahkan dari  tempat misi yang berbahaya.  Mereka diutus ke sebuah daerah konflik, dan itu banyak sekali.

“Kita juga boleh berbangga karena sejumlah tarekat religius internasional dipimpin oleh religius asal Indonesia,” sebut Bapa Kardinal.

Dan, lanjutnya,  sangat menarik juga tidak sedikit imam, bruder, suster yang berasal dari keluarga muslim, merupakan anak tunggal di dalam keluarga, dan tidak sedikit pula yang berasal dari keluarga kaya raya tapi karena merasa makna hidupnya tidak terdapat di dalam kekayaan melainkan di dalam pelayanan.

“Tidak sedikit saudara kita para imam, biarawan-biarawati yang berasal dari keluarga yang secara material secara duniawi sudah sangat mapan,” ungkap Kardinal Suharyo.

Meski demikian, Kardinal berpesan agar semua umat Katolik Indonesia tidak boleh tinggal dalam rasa bangga karena tidak sedikit juga tanda-tanda sebaliknya.

Dia kemudian mencontohkan calon  religius laki-laki untuk bruder yang sangat jauh berkurang. Wilayah yang dulu dianggap “subur” sekarang tidak lagi.

“Akibat perkembangan jaman, nilai-nilai yang dijunjung dalam kehidupan orang beriman sekarang banyak menghadapi tantangan dan semakin kompleks,” ujar Kardinal Suharyo.

Lebih jauh, Kardinal Suharyo memaparkan bahwa  panggilan khusus untuk menjadi imam, biarawan dan biarawati tidak dapat dilepaskan dari keluarga, karena mereka lahir di tengah keluarga.

Oleh karena itu, Kardinal menandaskan kesadaran bahwa siapapun mempunyai panggilan yang sama tersebut adalah salah satu hal yang sangat penting.

Untuk menegaskan bahwa panggilan berlaku untuk semua jalan hidup dan bagi mereka semua yang memilih jalan tertentu itu, lanjut Kardinal Suharyo, pada tahun 2018 Paus Fransiskus menyatakan sepasang suami-istri menjadi santo dan santa bersama-sama.

“Jelas sekali bahwa hidup berkeluarga adalah jalan menuju kesempurnaan kesucian, kesempurnaan kasih, dan kesempurnaan hidup kristiani, sama dengan jalan yang ditempuh oleh para imam, sama dengan jalan yang ditempuh biarawan dan biarawati,” tambah Kardinal.

Perayaan Paskah Bersama diawali dengan misa konselebrasi yang dipimpin  Romo Leonardus Mali (Roma), Romo Markus Solo Kewuta SVD (Vatikan), dan khotbah disampaikan Romo Agustinus Purnomo MSF langsung dari Norwegia.

Acara tersebut diselenggarakan Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), Missionaris Indonesia, Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia Di Kota Abadi (IRRIKA), Jaringan Komunitas Katolik Indonesia (KKI) Diaspora Sedunia, dan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).

Acara ini didukung penuh  KBRI untuk Tahta Suci (Vatikan) dan dihadiri  misionaris, rohaniwan dan rohaniwati, serta diaspora Katolik yang tersebar di 70 negara di dunia dan umat Katolik di Indonesia.**

Kontributor: Bambang Sugiharto (Yogyakarta)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.