“Malam Kudus” hingga “Syiir Tanpo Waton” di Pentas Budaya TUNAS GUSDURian 2022

Kolaborasi budaya lintas iman tersaji di Asrama Haji Surabaya.

0 334

Katolikana.com, Surabaya — “Malam kudus… Sunyi senyap…”

Sayup-sayup terdengar gumaman tersebut dari arah samping belakang saya. Gumaman yang sepintas cukup ganjil. Sebab gumaman itu dilantunkan oleh salah satu dari ribuan orang yang tengah menyalakan lilin dalam kegelapan, di depan lobi Gedung Bir Ali, Komplek Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.

Namun tak butuh waktu lama untuk mencari siapa penyanyi misterius tersebut. Gelak tawa segera pecah karena orang-orang lain di kerumunan juga sadar dan mendengar suara nyanyian “Malam Kudus” tersebut. Sosok yang menyanyikan penggalan lagu tersebut kemudian berhenti menyanyi dan juga ikut tertawa. Pertanda ia memang hanya berniat bercanda saja untuk mencairkan suasana.

Celoteh lucu pun dilontarkan seseorang yang mengerti maksud si penyanyi misterius. “Iya, gokil juga, ya. Kita kayak ngerayain malam Natal di Asrama Haji nih, ha-ha-ha.”

Situasi keakraban seperti itulah yang tersaji di malam Pentas Budaya dalam rangkaian Temu Nasional (TUNAS) GUSDURian 2022 yang berlangsung pada 14-16 Oktober 2022. Senyum gembira dan tawa lepas tampak dari ribuan peserta yang berasal dari komunitas GUSDURian di seluruh Indonesia. Canda dan humor segar terlontar spontan, salah satunya melalui lagu “Malam Kudus” tersebut.

Para peserta TUNAS GUSDURian 2022 memang memulai Panggung Budaya dengan menyalakan ribuan lilin di tengah kegelapan sebagai simbol solidaritas terhadap Tragedi Kanjuruhan yang terjadi baru-baru ini di Malang. Barulah setelah aksi penyalaan lilin dan mengheningkan cipta selesai, acara Panggung Budaya dilanjutkan.

Sejurus kemudian, terdengar bunyi dentum keras yang tiba-tiba menghentak sontak mengagetkan para peserta. Sepasang sosok mitologis berbulu merah dan kuning lantas terlihat beratraksi dengan lincah dari tengah kerumunan. Tabuhan tambur dan riuh simbal mengiringi pertunjukan barongsai yang menjadi salah satu sajian pembuka di Panggung Budaya malam itu.

 

Pentas Barongsai di Pangung Budaya Tunas Gusdurian 2022. Foto: istimewa/katolikana.com

 

Dipimpin oleh sepasang barongsai tersebut, para peserta berarak dari depan lobi Gedung Bir Ali menuju Gedung Muzdalifah yang menjadi venue utama Panggung Budaya. Tak hanya berjalan dalam diam, para peserta pun ikut meramaikan suasana dengan menyanyikan lagu-lagu daerah dari tempat mereka masing-masing.

Tak hanya menyanyikan lagu daerah. Ada pula pimpinan rombongan salah satu kelompok peserta yang juga melantunkan pantun. Beberapa kali ia menghentikan laju rombongannya, untuk kemudian berbalik badan demi melempar pantun ala Betawi kepada para peserta di dalam rombongannya.

Selain atraksi barongsai, Panggung Budaya TUNAS GUSDURian 2022 juga dimeriahkan oleh berbagai sajian hiburan lain. Beberapa diantaranya adalah pentas tari tradisional Jawa, stand-up comedy dari komunitas stand-up comedian Surabaya, pembacaan puisi dari Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, monolog dari Inaya Wahid hingga orasi kebangsaan dari Alissa Wahid.

Panggung Budaya ini lantas ditutup dengan meriah melalui kolaborasi musik lintas iman dari GKJW Waru dan Komunitas Banjari. Mereka berkolaborasi membawakan salah satu lagu salawat terkenal, “Syiir Tanpo Waton”.

Begitu intro irama rebana dimainkan oleh Komunitas Banjari, segera saja kelompok paduan suara GKJW Waru menyenandungkan salawat populer ini.

“Astaghfirullah… robbal baroyah… Astaghfirullah minal khothoyah…,’ begitulah suara vokal dari kelompok paduan suara GKJW Waru mengawali nyanyian salawat ini dengan merdu.

Penyalaan lilin sebagai simbol solidaritas GUSDURian atas Tragedi Kanjuruhan/Foto: Istimewa/katolikana.com

 

Tanpa komando khusus, satu per satu peserta TUNAS GUSDURian 2022 lantas ikut pula bersalawat bersama-sama. Tak mengherankan sebenarnya, sebab salawat ini cukup sering terdengar dilagukan menjelang adzan maghrib di masjid-masjid di daerah Jawa Timur. Sehingga wajar jika banyak peserta yang merasa familiar dengan salawat ini.

Sebagian dari mereka menggumamkan salawat ini dengan lirih sembari memejamkan mata. Sebagian lainnya lagi lebih bersemangat untuk melagukan lirik-lirik salawat ini secara lantang.

Maka, dengan diiringi salawat yang merefleksikan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga mati ini, Panggung Budaya TUNAS GUSDURian 2022 diakhiri. (*)

 

Katolikana merupakan official media partner TUNAS GUSDURian 2022.

Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha

Leave A Reply

Your email address will not be published.