Gema Suara Azan Tidak Menggerus Iman Kami

Berkat iman kepada Yesus Kristus kami diberi kemampuan untuk memahami dan menghargai ekspresi keyakinan orang lain.

0 359

Katolikana.com—Ketika aktif dalam gerakan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat, saya menyadari bahwa keyakinan yang saya anut telah memengaruhi pola pikir, pola rasa, dan tindakan sehingga apapun perbedaan (pendapat, identitas, dll) yang terjadi dalam masyarakat bukanlah hal yang harus dipertentangkan.

Diskrepansi ide yang sering saya hadapi saat rapat baik di level Rukun Tetangga, Rukun Warga, kepengurusan Musholla, lingkungan doa, dan paroki selalu dimaknai sebagai kekayaan intelektual yang layak dikelola dengan bijak sehingga membawa manfaat baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.

Berpijak pada iman Katolik, kami sekeluarga senantiasa belajar untuk menempatkan diri dalam perspektif orang lain ketika memahami suatu hal dan konsisten merawat  pandangan yang positif terhadap setiap perbedaan yang ada.

Yohanes Donbosco Lobo (Penulis) menyampaikan Sambutan pada Malam Tasyakuran Peresmian Mushola Hidayatullah. Foto: Istimewa

Inklusif

Sifat inklusif yang tumbuh dalam diri dan keluarga semakin lama membuat keberadaan kami diterima dengan baik oleh warga di beberapa kota yang pernah kami diami (Malang, Bangka Tengah, Madiun, dan Kediri), juga masyarakat di Perumahan Japan Asri Mojokerto, sehingga dalam hidup sehari-hari kami tidak pernah mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan identitas lain.

Beriman merupakan proses panggilan pertumbuhan dan pendewasaan pribadi maupun keluarga dalam terang rahmat Allah.

Sejak menikah pada 2 Mei 2004 di Gereja St. Vincentius A. Paulo hingga September 2018 saya sering menjalankan aktivitas yang jauh dari keluarga. Istri dan anak-anak di Mojokerto sedangkan saya mengajar di SMA Negeri 3 Kota Kediri.

Tantangan yang dihadapi baik ketika sendiri maupun saat bersama keluarga kami maknai sebagai media atau sarana penakar tingkat ketangguhan iman dalam menjalani kehidupan.

Indikatornya antara lain adanya kemampuan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dengan menyelaraskan prinsip yang dianut dengan kondisi lingkungannya tanpa harus kehilangan pegangan hidup, dan mampu mengendalikan daya nalarnya ketika berhadapan dengan situasi yang sangat menekan.

Sejumlah warga hadir pada peresmian Mushola Hidayatullah. Foto: Istimewa

Suara Azan

Bulan Juli 2005 hingga Juli 2009 kami menempati rumah kontrakan di kota Onde-Onde. Rumah tersebut berada pada salah satu gang kecil. Jaraknya tak jauh dari Rumah Sakit tempat istri bekerja dan berdekatan dengan Langgar tempat umat Muslim setempat menjalankan kewajiban agamanya.

Ada empat TOA atau pengeras suara yang diletakkan pada setiap sudut langar, salah satunya mengarah persis ke samping rumah kontrakan dekat ventilasi udara kamar tidur.

Kapan saja suara azan digemakan pasti terdengar dengan jelas bahkan kedua putra kami sering kaget hingga terbangun kalau mereka sedang tidur.

Pada malam takbiran tahun 2008 kami sempat mengungsi sementara ke rumah saudara di Panggreman mengingat anak saya, Clay dan Diego, tidak bisa tidur karena kerasnya suara dari langgar yang terpancar dari TOA.

Tepat pukul 23.00 WIB kami kembali ke rumah sembari berharap agar aktivitas malam takbiran sudah selesai. Sesampainya didepan mulut gang ternyata gema takbiran juga masih digaungkan.

Sembari tersenyum istriku berkata: “Pak kita tetap masuk ke rumah dan beri kesempatan kepada anak-anak untuk tidur.” Pukul 24.00 kegiatan malam takbiran selesai dan kami sekeluarga baru mulai tidur.

Selama empat tahun berada di rumah kontrakan kami mendengar gema suara Azan. Kendati demikian, tak pernah terbersit dalam benak saya dan keluarga bahwa hal-hal tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan iman kami, terutama anak-anak akan Yesus Kristus.

Doa keluarga, mengikuti perayaan Ekaristi, berpuasa, dan tradisi Katolik lainnya berjalan normal dan tidak pernah memikirkan bahkan menilai bahwa seruan azan dari Langgar sebagai faktor pengganggu dan penghambat perkembangan iman Katolik.

Berkat iman kepada Yesus Kristus kami sekeluarga diberikan kemampuan untuk memahami dan menghargai ekspresi keyakinan orang lain, memahami seluruh gerak batin, gerak perasaan, pikiran dari saudara-saudara yang berbeda keyakinan dengan kami.

Umat Katolik di Indonesia bahkan seantero jagat pun memiliki pemahaman yang sama bahwa kumandang azan melalui TOA dari Masjid, Musholla, atau Langgar tidak bakal menggerus kualitas iman kami kepada Yesus Kristus.

Peresmian Mushola Hidayatullah. Foto: Istimewa

Dinamika Lingkungan

Beberapa tahun setelah pindah dan menempati rumah sendiri di Graha Japan Asri saya diberi kepercayaan menjadi Ketua Lingkungan Santo Stanislaus.

Lingkungan adalah cara hidup menggereja murid-murid Kristus dalam persekutuan teritorial berakar keluarga dengan jumlah tertentu, hidupnya berdekatan, memiliki pengurusnya sendiri, dan menghayati imannya secara mendalam melalui lima aspek hidup menggereja

Saat kami melakukan kegiatan lingkungan (doa bersama, pendalaman iman Prapaskah, doa Rosario, pendalaman Kitab Suci, doa khusus Masa Advent, latihan koor, dll) di rumah umat yang dekat dengan Masjid atau Musholla, saya kerap mengajak mereka agar menyesuaikan waktu dengan kebiasaan sembahyang umat Islam.

Saya ingin menekankan kepada umat di Lingkungan Stanislaus bahwa beriman adalah soal rendah hati, saling menghargai, tidak saling merendahkan, dan memberi ruang bagi orang lain untuk mengekspresikan imannya.

Jadi jika Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar,” (Mat. 5:45), apakah kita yang mengimani Dia lantas seenaknya menyingkirkan orang jahat supaya tidak mendapatkan sinar matahari dan hujan?

Mojokerto, 4 April 2023

Leave A Reply

Your email address will not be published.