Katolikana.com—Yogyakarya memiliki sejumlah pengamen kreatif seperti pengamen angklung, live music, termasuk alat musik tiup.
Empat mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) program studi seni musik yang fokus pada alat musik tiup ini menyatukan bakat untuk mencari cuan lewat mengamen dengan alat musik tiup.
Mereka adalah Wijak, Alden, Niko, dan Lifrand. Empat sekawan ini sudah saling mengenal sejak SMA.
“Nama alat musiknya trombone dan saxophone. Biasanya kami hanya memainkan dua alat itu untuk ngamen,” kata Wijak.
@jojopulang.bukNext level pengamen di Jogja♬ suara asli – Tanktop Oversized
Perempatan Gramedia
“Idenya dari kakak tingkat. Istilahnya sudah turun-temurun. Mereka biasanya ngamen untuk mencari donasi untuk mengadakan acara konser anak-anak music,” jelas Wijak.
Mereka berempat mengamen di lampu merah dekat Toko Buku Gramedia, Yogyakarta.
Aksi mereka dinilai menarik karena mereka mampu memainkan alat musik tiup dengan baik dapat membuat orang lain terpukau.
Penampilan mereka pernah menjadi konten seseorang Tiktoker @jojopulang.buk dan menuai komentar positif.
Intinya mereka Wijak dan kawan-kawan adalah pengamen kekinian yang sudah next level. Apalagi, tidak banyak ada pengamen di Yogyakarta yang memainkan alat musik tiup.

Penghasilan
Wijak mengatakan mereka mengamen untuk menambah uang jajan bulanan. Di hari biasa, mereka bisa mendapatkan uang lebih dari Rp 100.000,-.
Namun, karena belakangan cuaca sering hujan pendapatkan mereka menurun di bawah Rp. 100.000.
Dari aktivitas mengamen, salah satu personil ingin membeli Smartphone dan akhirnya mampu membelinya.

“Kami masih saling mendukung satu sama lain untuk mewujudkan kemauan masing-masing. Penghasilan dibagi sama rata sesuai dengan siapa yang kerja di hari itu,” kata Wijak.
Menurut Wijak, relatif jarang merek turun dengan formasi lengkap, empat personal.
Yang paling sering, hanya bertiga untuk bergantian satu dengan yang lain.

Wijak menambahkan, karena mereka melakukan pekerjaan yang disuka, mereka merasa enjoy dan tidak mudah menyerah.
Di perempatan Gramedia biasanya ramai oleh mahasiswa ISI yang mencari dana untuk konser Angkatan dengan cara mengamen.
Wijak dan kawan-kawan melanjutkan mengamen atas atas nama pribadi. Mereka berusaha mendapatkan izin dari warga serta polisi supaya tidak mengganggu atau bertabrakan dengan pengamen lain.
“Kami perlu menjaga diri dan berhati-hati supaya kejadian yang tidak mengenakan tidak akan terjadi,” pungkas Wijak. (*)
Kontributor: Bernadyta Anggyta W.A., mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.
Artikel yg sangat bagus dan sangat menginspiratif sekali .