
Oleh Yohanes Donbosco Lobo
Katolikana.com—Ketika berada di teras rumah, saya melihat sepasang suami istri mengendarai sepeda motor matic berboncengan dan melintas di depan rumah.
Sepintas, mereka berdua sempat melemparkan senyum. Saya membalasnya dengan anggukan kepala. Situasi demikian lazim terjadi di kawasan perumahan kami, Japan Asri RT 07, Mojokerto.
Terbersit dalam benak saya bahwa sosok ibu berjilbab yang dibonceng oleh sang suami bercelana biru itu bukanlah warga perumahan blok HH.
Ada 65 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah warga 260 orang yang bermukim di wilayah ini. Jika ada wajah baru akan dengan mudah terdekesi.
Kecepatan laju sepeda motor tidak terlalu kencang. Tak lama berselang salah satu warga, Mas Tommy, melintas dari arah timur dan menghentikan sepeda motornya sebentar di depan rumah sembari memanggil saya.
“Pak John, ada yang mencari.”
Menyusul di belakang Mas Tommy ada ibu dan bapak yang sebelumnya lewat dan langsung menghentikan sepeda motornya. Mas Tommy pun pamit dan pergi meninggalkan kedua tamu yang hendak bertamu ke rumah.
Kami saling menyapa dan bersalaman sekaligus saya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H.
“Bapak dan Ibu, apakah ada yang saya bantu?”
Ibu berjilbab yang mengenakan celana panjang krem memperkenalkan diri.
“Maaf, pak. Saya Bu Nety dan ini suami saya Pak Mugi,” katanya sambil mengarahkan jempol kanan ke arah sang suami.
Setelah saling memperkenalkan diri saya menanyakan maksud kedatangan mereka.
Pelayanan Komuni Kudus
Bu Nety bercerita saat ini mereka menetap di perumahan Japan Raya, tepatnya di Jl. Hoky JJ/8 bersama sang ibu yang sudah berusia 82 tahun dan beragama Katolik.
Sebelum pandemi ibunya tinggal di Surabaya ditemani pembantu. Ia mempunyai satu saudara tetapi jarang pulang karena mereka tinggal di Tomohon, Sulawesi Utara.
Pak Mugi dan istri menuturkan, tujuan mereka menemui saya, selain untuk menyampaikan bahwa ada umat Katolik yang ada di rumahnya, juga meminta agar sang ibu mendapatkan pelayanan dari Gereja setempat seperti Komuni Kudus.
Saya sempat kaget ketika kalimat tersebut (Komuni Kudus) terucap dari seorang Muslim.
Setelah ditelusuri melalui obrolan yang hangat penuh persaudaraan, ternyata selama ini ibu Nety sering kontak dengan ketua lingkungan di mana sang ibu bermukim. Bahkan nomor WhatsApp ketua lingkungan tersebut ada di gawainya.
Kedatangan Bu Nety untuk menemui saya ternyata atas saran ketua lingkungan tersebut, tepatnya di daerah Bungur Asih, kawasan Terminal Purabaya.
Sebenarnya sudah lama dirinya mengharapkan agar sang ibu mendapatkan pelayanan dari Gereja Katolik tetapi baru hari ini, Rabu (26/4/2023) terwujud.
Bu Nety mengatakan hingga kini sang ibu masih memenuhi kewajiban sebagai umat Katolik untuk membayar iuran kematian setiap bulan ke bendahara lingkungan setempat.
Setelah mengobrol dan mendapatkan beberapa informasi beliau berdua pamit.
Saya menyampaikan kabar tentang keberadaan warga Katolik yang sudah lansia tersebut via WA Group umat lingkungan 3 Santo Stanislaus.
Ada dua orang yang merespon yaitu Bu Prastiwi dan Pak Jacobus Puthut Baskoro seorang Asisten Imam (ASIM).
Sebagai asisten imam, tugasnya menerimakan Komuni kudus kepada sesama umat beriman saat misa, serta membawa Tubuh Kristus kepada umat yang sakit dan membutuhkan topangan dari santapan rohani.
Pak Puthut meneruskan permohonan Bu Nety kepada Pastor Kepala Paroki Santo Yosef Mojokerto, RD. Edward Paulus Suryandoko. Jawaban Romo sangat membahagiakan, yakni mengagendakan kunjungan Pastoral hari Minggu sore.
Menghormati Orang Tua
Upaya Bu Nety dan Pak Mugi yang beragama Islam untuk melayani kebutuhan rohani sang ibu yang beragama Katolik pada masa tuanya menjadi refleksi menarik tentang menghormati orang tua.
Hal ini sebagai upaya untuk mencintai anugerah kehidupan seperti perintah pertama dari ‘bagian kedua’ Sepuluh Perintah Allah: “Hormatilah ayah dan ibumu.” Apakah mereka berdua tahu perintah Allah tersebut?
Melalui obrolan 40 menit itu saya menemukan jawaban bahwa usaha yang dilakukan oleh Bu Nety dan Pak Mugi merupakan cara untuk menghormati orang tua, sang ibu.
Menghormati dalam konteks ini adalah kata yang sesuai untuk membingkai aspek membalas kasih kepada orang lanjut usia.
Artinya, mereka telah menerima kasih dari orang tua. Sekarang mereka mengembalikan kasih itu kepada orang tua pula.

Martabat
Dari pengalaman perjumpaan dengan keluarga Muslim tersebut saya menemukan kembali istilah ‘martabat’ untuk menunjukkan nilai dari sikap hormat dan nilai dari merawat kehidupan setiap orang.
Hal ini sejalan dengan pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam peringatan hari Kakek-Nenek dan Lansia Sedunia II pada 24 Juli 2022:
Banyak orang takut dengan usia tua. Mereka menganggapnya seperti penyakit, sehingga cenderung menghindari setiap kontak dengan lansia.
Sebagian orang berpendapat bahwa lansia bukanlah urusan mereka. Oleh karena itu lansia harus ditempatkan secara terpisah, mungkin di rumah atau di suatu tempat yang dapat menampung dan merawat mereka, karena kalau tidak demikian, kita-lah yang harus mengurusi masalah mereka.
Ini adalah pola pikir dari ‘budaya membuang’ yang membuat kita beranggapan bahwa diri kita ini berbeda dari orang miskin dan berbeda dari orang rentan yang hidup di tengah-tengah kita.
Kita tidak mau bersentuhan dengan kelemahan mereka. Kita mau terpisah dari ‘mereka’ dan dari masalah-masalah mereka.
Kendati demikian Kitab Suci memandang hal-hal tersebut secara berbeda. Umur yang panjang adalah suatu berkat.
Lansia bukanlah orang buangan yang harus dijauhi, melainkan tanda-tanda hidup dari kebaikan Tuhan yang memberikan anugerah kepada kehidupan ini secara berlimpah.
Berbahagialah rumah di mana orang yang lebih tua tinggal! Berbahagialah keluarga yang menghormati lansia! (*)
Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Guru Motivator Literasi (GML) tahun 2021.