Film Pendek “Hakneter” Karya SMAK St. Maria Fatima Betun Raih Juara Dua Festival Literasi Siswa SMAK se-Regio Timor

"Hakneter" berarti menghormati, menghargai antarsesama.

0 365

Katolikana.comHakneter, film pendek yang mengangkat tentang toleransi antarumat beragama, baru-baru ini mencuri perhatian publik karena berhasil merebut juara dua dalam Lomba Film Pendek bertema Moderasi Agama di ajang Festival Literasi Siswa SMAK se-Regio Timor 2023.

Film ini diproduksi oleh sekelompok siswa SMAK St. Maria Fatima Betun, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.

Menurut sutradara Hironimus Bere Nahak, S.Fil yang juga guru SMAK St. Maria Fatima Betun, alur cerita dalam film tersebut menggabungkan kisah nyata dan fantasi.

Hakneter menghadirkan narasi yang kuat dan efek visual memukau. Selain itu juga pemilihan lokasi syuting yang sesuai dengan tema dalam perlombaan.

Meski hanya untuk mengikuti perlombaan film pendek antar SMAK (Sekolah Menengah Agama Katolik), kata Ronnie, sapaan akrab sang sutradara, pihaknya tetap menggunakan riset untuk menentukan lokasi dan suasana.

Hidup Berdampingan

Berdasarkan dari hasil riset tersebut, pihaknya kemudian memilih Desa Kletek sebagai lokasi pembuatan film pendek ini. Sebab, di desa tersebut menurut Ronnie ada bukti bahwa orang Malaka hidup berdampingan antarumat beragama. Bukti tersebut ia masukkan ke dalam dua adegan yakni saat berbuka puasa dan kegiatan kerja bakti di gereja.

Selama proses produksi, Ronnie menjelaskan, pihaknya mengalami kesulitan. Terlebih saat syuting pada malam hari. Mereka tidak memiliki peralatan pencahayaan yang memadai.

Ia berharap, film Hakneter dapat memberi contoh kepada para penonton untuk selalu saling menghargai dan menghormati.

Harapan ini sejalan dengan arti dari penamaan Hakneter yakni menghormati, menghargai antar sesama. Sehingga terhindar dari berbagai perpecahan di masyarakat.

Promosi Budaya Malaka

Terkait proses pembuatan film ini penulis naskah Gracyana Seran mengatakan, ia mengapresiasi para siswa karena mampu menguasai naskah dan memerankannya dengan baik dan cepat.

“Meskipun ada beberapa yang masih kurang tetapi untuk pemula seperti mereka tidak jadi masalah jika terus dikembangkan ke depannya,” ujar Gracyana, guru SMAK St Maria Fatima Betun sekaligus peraih juara di salah satu Festival Film Indonesia antaruniversitas.

Lewat film ini, Gracyana juga menambahkan, pihaknya ingin mempromosikan budaya Malaka. Strategi yang ia lakukan adalah dengan menyelipkan bahasa Tetun, bahasa daerah Kabupaten Malaka.

Menurutnya, pembuatan film ini menggunakan anggaran terbatas, melibatkan 20 siswa dan beberapa guru yang berperan sebagai pemeran utama, kru produksi, dan penulis skenario.

Pihaknya menghabiskan waktu sekitar satu bulan mulai dari proses pra-produksi, syuting, hingga pasca-produksi.

Inspirasi Remaja

Setelah film ini diunggah ke kanal YouTube, reaksi positif dari penonton tidak terelakkan. Hingga berita ini dimuat, film ini sudah ditonton sebanyak tiga ribuan kali. Dari banyaknya komentar positif para penonton, dapat disimpulkan bahwa banyak orang terkesan dengan cerita yang kuat dan akting para pemain yang notabene adalah pemula.

Apresiasi dan pujian untuk Hakneter dapat dilihat dari banyaknya komentar tentang film ini. Kesuksesan film pendek ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak remaja lainnya untuk mengeksplorasi bakat mereka di bidang perfilman.

Hal ini juga membuktikan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya terbatas pada kurikulum akademik, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang dalam bidang seni dan kreativitas.

Banyak anak yang berbakat tidak hanya di bidang akademik tetapi di bidang yang lain. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian pihak sekolah.

Harapannya, film pendek karya anak SMAK St. Maria Fatima Betun ini dapat menjadi langkah awal bagi mereka untuk berkarier di industri perfilman. Semoga karya-karya berikutnya dapat terus menginspirasi dan menghibur publik dengan pesan-pesan yang positif.

Untuk diketahui, Festival Literasi Siswa SMAK se-Regio Timor tahun ini mengangkat tema “Menjadi Peserta Didik SMAK yang Cakap Literasi Untuk NTT Bangkit Menuju Sejahtera”. Festival ini berlangsung pada 25-27 Mei 2023 dan lomba film pendek merupakan salah satu kategori yang diperlombakan di dalamnya.

 

Sinopsis

Hakneter menceritakan kisah seorang siswa SMAK bernama Ete (diperankan oleh Delila). Ia hidup di lingkungan yang beragam kebudayaan dan agama. Secara khusus hal itu terlihat jelas ketika Ete, yang merupakan seorang Nasrani hidup berdampingan dengan warga lain yang beragama Muslim.

Suatu saat Ete mengalami masalah keuangan sekolah. Masalah itu akhirnya terselesaikan berkat bantuan seorang Ibu beragama muslim. Ia membeli hasil kebun dan hasil melaut dari ayah Ete.

Selain kisah Ete, juga diangkat kisah seorang warga bernama Om Alvaro. Ia sempat salah sangka tentang pertemuan antara Frater, Kepala Desa, dan Ketua Lingkungan yang membahas tentang kerja bakti dan juga undangan buka bersama dari ustaz.

Singkatnya film ini tidak hanya mengangkat tentang persoalan moderasi agama tetapi juga bagaimana memanfaatkan teknologi informasi secara bertanggung jawab. Secara umum, Hekneter mengajarkan kita tentang nilai-nilai keberagaman, keadilan, saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia. (*)

 

Kru dan Pemeran Hakneter:

  • TIM PRODUKSI : SMAK SANTA MARIA FATIMA BETUN
  • SUTRADARA : Hironimus Bere Nahak, S.Fil
  • PENULIS SKENARIO : Gracyana Seran, S.Pd
  • CAMERAMEN : Roni Selan, Engel Bria, Raja
  • EDITOR :  Engel Taus
  • PENATA KOSTUM DAN PENATA RIAS :
  • Maria Yoneta Hoar, S.Pd,
  • Yori Omari Hoar, S.Pd
  • Maria Carolina Nascimento, S.Pd

CAST :

Pemain Utama :

  • Ete : Roswita Delila Seuk Nahak
  • Om Alvaro : Alvaro Cristiano Bere

Pemain Pendukung :

  • Bapak : Mateus Taniu
  • Mama : Amelia Fernandes Nekin Man
  • Kepala Desa: Egidius Bria
  • Pak RT : Yufrisel Eno
  • Frater : Jefrianus Nahak
  • Ketua Lingkungan : Nikodemus Yoseph Bria
  • Mama Devita : Eremlinda Divita Seuk Nahak
  • Mama Sandra : Aleksandra Winda Luan
  • Mama Benedikta : Maria Benedikta Seu Tae
  • Pak Ustaz : Marianus Teti, S.Pd. M.Th
  • Mba Isma : Juliana Risma Lai Rasi
  • Mba Lisa: Elisabeth Niis

Pegiat Literasi Komunitas AMI Malaka dan Komunitas Sosial Sasoka. Penulis Kumpulan Puisi Penyair bukan Kami (2017); Kami dan Perjamuan Terakhir (2018); Mata Cermin (2022)

Leave A Reply

Your email address will not be published.