Kilas Balik: Homili Misa Suci Paus Paulus di GBK
Dalam kunjungan apostolik pertama kalinya di Indonesia, Paus Paulus VI juga mempersembahkan misa suci perdana yang dipimpin seorang Paus di GBK.
Katolikana.com, Jakarta — Paus Paulus VI adalah Paus pertama yang pernah mempersembahkan misa suci di Indonesia. Pada 3 Desember 1970, Paus Paulus memimpin perayaan ekaristi di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Misa suci Paus Paulus VI dihadiri puluhan ribu umat yang tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga dari berbagai daerah.
Kunjungan perdana Paus Paulus VI menorehkan memori emas bagi umat Katolik Indonesia.
Tim Katolikana.com menerjemahkan dan menaikkan naskah homili Paus Paulus VI saat mempersembahkan misa suci dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Putra dan Putriku yang Terkasih,
Merupakan kebahagiaan besar bagi Paus untuk berada di antara Anda dan dapat bergabung dengan Anda dalam mengucap syukur kepada Tuhan.
Kurban Misa yang kudus adalah ritus yang paling sakral dan paling religius. Pada saat yang sama, hal ini merupakan tindakan komunitas, suatu tindakan yang sangat bersifat sosial dan persaudaraan. Dan saat kami merayakan tindakan ini, kami ingin menjawab pertanyaan yang pasti muncul di hati Anda: Mengapa Paus datang sejauh ini untuk menemui kami? Apa tujuan perjalanannya? Apakah dia mengejar kepentingan sementara? Apakah dia mencari ketenaran dan prestise?
Alasan kami datang adalah ini: Kami didorong oleh kekuatan pendorong yang sama seperti para misionaris Anda di masa lalu. Kami dipenuhi dengan keyakinan yang sama seperti komunitas Katolik Anda saat ini. Maka kami percaya dengan segenap kekuatan roh kami bahwa umat manusia mempunyai kebutuhan yang tertinggi, utama dan tak tergantikan yang hanya dapat dipenuhi melalui Yesus Kristus, yang sulung di antara manusia, kepala umat manusia yang baru, yang di dalamnya setiap individu mencapai kepenuhannya. realisasi diri. Karena “hanya dalam misteri Sabda yang berinkarnasilah misteri manusia terungkap” (Gaudium et spes, 22).
Meskipun Dia adalah Putra Allah, demi penebusan kita, Yesus Kristus ingin menjadi salah satu dari kita. Beliau menceritakan kondisi kemanusiaan kita, menjadikan dirinya bagian dari dunia pada masanya, berbicara dalam bahasa negaranya, dan memanfaatkan kehidupan lokal sebagai contoh untuk menggambarkan ajarannya tentang keadilan, kebenaran, harapan dan cinta. Saat ini ajarannya telah menyebar ke seluruh dunia. Ekspresinya disesuaikan dengan semua bahasa, dan dengan semua tradisi dan peradaban. Tidak ada buku yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa selain Injil. Tidak ada doa yang diucapkan dalam banyak bahasa selain doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus sendiri.
Dengan cara yang sama, orang Kristen tidak asing lagi di antara bangsanya sendiri. Dia berbagi dengan mereka semua adat istiadat mereka yang terhormat. Sebagai warga negara yang baik hendaknya ia mencintai tanah kelahirannya. Namun agama yang dianutnya adalah Katolik, sama dengan agama yang dianut oleh orang-orang Afrika, Amerika, dan Eropa. Bagaimana ini bisa terjadi? Hal ini karena tokoh sejarah yang bernama Yesus dari Nazaret juga adalah Anak Allah. Hal ini karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan, dan dalam keberadaannya ia ditarik oleh Dia yang memanggilnya untuk hidup. Ini merupakan elemen yang sangat pribadi dan penting dalam diri manusia sehingga orang yang mengusir Tuhan dari kehidupannya akan segera menghadapi risiko menolak menerima sesamanya sebagai saudaranya.
Yesus Kristus datang ke dalam hidup kita sebagai jawaban atas panggilan yang benihnya telah ditempatkan oleh Allah di dalam hati setiap orang (Bdk. Ad gentes, 11). Firman-Nya, yang merupakan wahyu Allah yang pengasih, dan rahmat-Nya, yang merupakan pembagian kehidupan Allah melalui Roh Kudus-Nya dan sakramen-sakramen, membangun komunitas Umat Allah yang disebut Gereja. Ini adalah komunitas yang dipersatukan oleh satu baptisan, satu iman dan satu Tuhan, dan hidup untuk “satu Allah yang adalah Bapa dari semua, atas semua, dan di dalam semua” (Bdk. Ef. 4:5-6).
Dan apa respon yang harus kita berikan sebagai anggota umat sucinya? Kita harus menanggapi kasih karunia Allah dengan kesetiaan kita pada Firman yang menyelamatkan, dengan perilaku yang layak bagi manusia baru. Kekudusan Allah yang tak terbatas yang dikomunikasikan kepada kita memerlukan respons dalam bentuk kekudusan kita yang terbatas yang meniru teladan Yesus Kristus. Kemudian segalanya diubah dan diterangi: kehidupan individu, keluarga, penggunaan barang-barang dunia, hubungan kita dengan orang lain, semua kehidupan masyarakat; karena Kristuslah yang membebaskan, membangkitkan, dan menyelamatkan manusia seutuhnya.
Inilah, putra dan putriku terkasih, yang ingin kami wartakan di sini: Yesus Kristus. Dia adalah Juruselamat kita, dan pada saat yang sama Dia adalah Guru bagi kita semua. Dialah “Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Io. 14:6). Siapa pun yang mengikutinya tidak akan berjalan dalam kegelapan (Bdk. Yoh. 8:12). Itulah kenangan yang ingin Kami ukir dalam jiwa Anda selamanya. (*)
Sumber: Vatican Archive
Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.