Noken Papua: Simbol Kebudayaan, Kearifan Lokal, dan Harapan Masa Depan

Kembali ke Kearifan Lokal di Hari Noken UNESCO ke-12

0 227

Papua, Katolikana.com—Hari ini, 4 Desember 2024, dunia merayakan 12 tahun pengakuan Noken Papua sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO. Hari Noken bukan sekadar penghormatan pada sebuah benda budaya, tetapi momentum untuk menegaskan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Noken sebagai simbol toleransi, keberagaman, dan keberlanjutan.

Tema peringatan tahun ini, “Masyarakat Noken Papua Kembali ke Kearifan Lokal”, menyerukan pentingnya pelestarian tradisi ini di tengah tantangan modernitas dan globalisasi.

Noken: Wadah Kehidupan yang Sarat Makna

Noken adalah tas tradisional khas Papua yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dari membawa barang hingga menjadi simbol status sosial. Dibuat dengan teknik tradisional seperti rajutan tangan, Noken mencerminkan keterpaduan antara manusia dan alam. Bahan bakunya berasal dari pohon-pohon yang tumbuh di hutan hujan tropis Papua, yang semakin terancam oleh deforestasi dan proyek pembangunan yang tidak ramah lingkungan.

Namun, lebih dari sekadar alat, Noken adalah representasi nilai-nilai luhur budaya bangsa, seperti gotong royong, kesederajatan, dan kebebasan berekspresi. Dalam berbagai ritual adat, Noken menjadi medium simbolis yang memperteguh identitas masyarakat Papua, sekaligus menunjukkan keterhubungan antara tradisi lokal dengan nilai-nilai universal.

Seorang pengrajin Noken Papua sedang menunjukan hasil kerajinan tangannya.

Pemajuan Kebudayaan Melalui Noken

Pengakuan UNESCO terhadap Noken pada 4 Desember 2012 adalah tonggak penting dalam upaya pelestarian budaya Papua. Penghargaan ini membawa pesan penting bahwa kebudayaan lokal tidak hanya milik suatu komunitas, tetapi juga aset dunia. Dalam kerangka pemajuan kebudayaan, Noken berlandaskan pada beberapa asas berikut:

  1. Toleransi dan Keberagaman
    Noken mencerminkan keberagaman budaya Papua yang harmonis, sekaligus simbol toleransi antar suku dan komunitas.
  2. Kelokalan dan Lintas Wilayah
    Sebagai produk lokal, Noken juga melintasi batas wilayah, menjadi representasi budaya Papua di tingkat nasional dan global.
  3. Partisipatif dan Gotong Royong
    Tradisi pembuatan dan penggunaan Noken melibatkan masyarakat secara aktif, mencerminkan semangat gotong royong dan kemandirian.
  4. Keberlanjutan dan Kesejahteraan
    Melalui pelestarian Noken, masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi, misalnya melalui pengembangan industri kreatif berbasis budaya lokal.
Perempuan Papua Lembah Baliem mengenakan Noken di kepala. Foto: Liza Monalisa

Noken sebagai Haluan Pembangunan Nasional

Noken tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadi pijakan untuk mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa. Hari Noken UNESCO adalah hari pemajuan kebudayaan, dengan tujuan:

  • Mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
  • Memperkaya keberagaman budaya dan memperteguh jati diri.
  • Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan budaya.
  • Meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat persatuan bangsa.
  • Memengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, menjadikan budaya sebagai haluan pembangunan nasional.
Noken yang tidak pernah terlepas dari kepala perempuan Papua, seakan menggambarkan perempuan Papua yang selalu siap memikul beban seberat apapun. Foto: Liza Monalisa

Seruan untuk Menyelamatkan Tanah dan Manusia Papua

Dalam peringatan ini, penting untuk mengingatkan pemerintah dan komunitas dunia akan tanggung jawab besar terhadap pelestarian Noken. Ekosistem alam Papua harus dilindungi dari ambisi ekonomi global yang berpotensi memusnahkan sumber daya alam dan kehidupan masyarakat adat.

Titus Pekei, pencetus gagasan Noken di UNESCO, menyebut pengakuan ini sebagai misteri dari Ugatame (Allah Maha Pencipta), anugerah untuk tanah Papua dan dunia. Namun, anugerah ini menuntut aksi nyata:

  • Pelestarian hutan tropis sebagai sumber bahan baku Noken.
  • Pemberdayaan mama-mama perajin Noken dengan akses pasar yang lebih baik.
  • Penguatan pendidikan budaya di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Harapan untuk Masa Depan Noken

Hari Noken ke-12 adalah momentum untuk merefleksikan arti penting tradisi ini bagi Papua dan dunia. Dengan memanfaatkan Noken sebagai bagian dari kehidupan modern, seperti fesyen atau pariwisata budaya, generasi muda dapat menjadikannya relevan dan berkelanjutan. Digitalisasi juga membuka peluang untuk mempromosikan Noken secara global.

Mari jadikan Noken sebagai simbol persatuan, keberagaman, dan keberlanjutan. Dengan “Pakailah Noken, selamatkan mama bumi Papua,” kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik, tidak hanya untuk Papua tetapi juga untuk dunia.

Bida! Selamat Hari Noken UNESCO ke-12

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.