

Oleh FX Juli Pramana
Katolikana.com—Dunia Katolik berduka atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025. Namun, warisan spiritual dan pastoralnya tetap hidup, khususnya bagi para katekis yang disebutnya sebagai “garda terdepan Gereja.”
Pesan kuat itu disampaikan langsung oleh Paus Fransiskus saat kunjungan apostoliknya ke Indonesia, tepatnya dalam pertemuan dengan para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati, seminaris, dan katekis di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta, Rabu 4 September 2024.
“Para katekis yang terkasih, Anda adalah garda terdepan dalam Gereja, yang memberikan jalan bagi umat yang Anda layani,” ujar Paus Fransiskus dalam kesempatan yang penuh semangat dan haru tersebut.
Kunjungan Bapa Suci ke Indonesia pada 3–6 September 2024 membawa tiga pesan utama Gereja: Lumen Fidei, Laudato Si, dan Fratelli Tutti, dengan moto: Faith–Fraternity–Compassion (Iman, Persaudaraan, dan Bela Rasa).
Paus Fransiskus menggarisbawahi bahwa katekese bukan hanya kegiatan pengajaran iman, tetapi merupakan perwujudan misi hidup Gereja.
“Saya adalah misi,” tegasnya, menandaskan bahwa setiap umat Kristiani dipanggil untuk hidup sebagai pewarta, tanpa terkecuali.
Kekudusan dalam Keseharian
Lebih jauh, Bapa Paus mengajak semua orang, dari berbagai status hidup, untuk menjadi kudus dalam keseharian mereka.
- Apakah Anda seorang hidup bakti? Jadilah kudus dengan menghayati persembahan diri Anda.
- Apakah Anda menikah? Jadilah kudus dengan mengasihi pasangan Anda seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya.
- Apakah Anda pekerja? Jadilah kudus dengan melakukan pekerjaan Anda dengan kejujuran dan semangat pelayanan.
Paus juga menekankan bahwa menjadi orang tua atau kakek-nenek juga merupakan panggilan menuju kekudusan, yakni dengan berjuang demi kesejahteraan bersama dan meninggalkan ego pribadi.
Katekese sebagai Jalan Iman
Bagi Paus Fransiskus, katekese adalah jalan mengajak umat untuk mengimani bahwa Allah dekat dan menyertai manusia dalam segala kerapuhannya. Hal ini tercermin dalam Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), seruan apostolik yang diterbitkan pada 24 November 2013. Katekese bukan sekadar ajaran, tetapi bentuk pewartaan kasih Allah yang mengubah hidup.
Selaras dengan semangat ini, Keuskupan Agung Semarang (KAS) mencanangkan tahun 2024 sebagai Tahun Katekese dan Formatio Iman Berjenjang.
Berbagai tema katekese dilaksanakan sepanjang tahun, mulai dari ekumenisme, pertobatan, pendidikan, keluarga, kebangsaan, hingga misi dan Adven. Bulan Mei ditetapkan sebagai Bulan Katekese dalam arti luas, memperluas fokus tidak hanya pada liturgi tetapi juga berbagai aspek kehidupan umat.

Warisan Katekese Tertulis
Menjelang akhir hayatnya, Paus Fransiskus meninggalkan warisan penting dalam bentuk katekese tertulis berjudul “Cinta Kasih Allah yang Penuh Belas Kasih Mencari Semua Orang yang Tersesat”.
Refleksi ini terinspirasi dari lukisan Rembrandt Kembalinya Anak yang Hilang, yang merefleksikan kasih Allah yang tak henti mencari dan memulihkan.
Katekese, menurut Paus Fransiskus, harus terpadu—menggabungkan materi yang relevan, metode yang kontekstual, pendamping yang mumpuni, dan orientasi pastoral yang mendorong transformasi nyata.
Kini, warisan Bapa Paus Fransiskus menjadi pengingat bagi seluruh umat, terutama para katekis, untuk terus berdiri di garis depan, mewartakan Injil dengan kasih dan keberanian di tengah dunia yang haus akan makna dan harapan. (*)
Penulis: FX Juli Pramana, katekis di Paroki Kleco, Surakarta.

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta