

Oleh Alek Martin Pakpahan
Katolikana.com—Ketika takhta Santo Petrus kosong—sede vacante—seluruh umat Katolik memandang ke Roma, tempat para kardinal berkumpul dalam keheningan, doa, dan keterpisahan dari dunia untuk menjalani konklaf.
Proses ini bukan hanya rutinitas administratif Gereja, tetapi peristiwa iman yang menyatukan hukum kanonik, tradisi spiritual, dan penyelenggaraan ilahi.
Konklaf, yang secara harfiah berarti “dengan kunci” (cum clave), melambangkan penyerahan total kepada Roh Kudus, bahwa pemimpin Gereja bukan sekadar dipilih, tetapi dituntun.
Film The Two Popes (2019) karya Fernando Meirelles menghadirkan refleksi sinematik yang memikat mengenai transisi kepausan dari Paus Benediktus XVI ke Jorge Bergoglio, kini Paus Fransiskus.
Dengan alur yang bersifat semi-fiktif, film ini tidak hanya menyuguhkan konflik dua kepribadian besar dalam Gereja—Benediktus yang konservatif dan Bergoglio yang reformis—tetapi lebih dari itu, menyingkap dinamika spiritual Gereja dalam bimbingan Roh Kudus.
Konklaf: Bukan Sekadar Pemungutan Suara
Dalam tradisi Katolik, konklaf dijalankan dengan penuh kekhidmatan dan aturan ketat sebagaimana diatur dalam Universi Dominici Gregis dan Normas Nonnullas. Tidak ada ruang untuk kampanye atau pengaruh eksternal.
Para kardinal berkumpul dalam Kapel Sistina dalam semangat discernment—membedakan kehendak Allah melalui doa dan kontemplasi. Konklaf adalah arena suci, di mana suara setiap kardinal menjadi ungkapan kepercayaan penuh kepada Roh Kudus.
Namun dalam The Two Popes, momen ini ditampilkan bukan sekadar sebagai proses pemilihan formal. Film ini menyuguhkan adegan-adegan yang menyentuh dan membumi—pengakuan Benediktus tentang “diamnya Tuhan” dan pertobatan Bergoglio atas perannya di masa lalu selama rezim militer Argentina.
Di sinilah kekuatan film ini: ia membawa penonton menyelami bahwa konklaf sejati juga berlangsung di dalam hati manusia—pertarungan antara rasa takut, luka batin, dan pengharapan.
Iman dalam Film dan Realitas
Secara teknis, film ini tidak sempurna dalam memotret rincian hukum Gereja. Beberapa prosedur liturgis dan batasan yuridis tidak sepenuhnya akurat.
Namun, jika dilihat sebagai karya teologis-populer, film ini berhasil menyampaikan pesan spiritual yang dalam: bahwa Gereja adalah tubuh yang hidup, rapuh, namun terus diperbarui oleh Roh Kudus.
Dialog fiktif antara Benediktus dan Bergoglio menjadi simbol bahwa pembaruan Gereja lahir bukan dari kekuasaan, melainkan dari keberanian untuk mengakui kelemahan dan membuka hati kepada kasih karunia.
Dalam zaman yang menuntut transparansi, film ini menjadi jendela bagi dunia untuk melihat sisi manusiawi para pemimpin Gereja, sekaligus mempertegas nilai ilahi yang menaungi mereka.

Konklaf dan Gereja yang Berserah
Konsili Vatikan II menegaskan dalam Gaudium et Spes bahwa otoritas Gereja tidak boleh dijalankan seperti kekuasaan duniawi, melainkan dalam semangat pelayanan.
Konklaf mencerminkan semangat ini: para kardinal bukan politisi, tetapi pelayan yang mencari pemimpin dalam terang doa.
Pengunduran diri Benediktus—sebuah keputusan historis—dan keterbukaan Bergoglio untuk dipilih, adalah dua momen profetik dalam sejarah Gereja kontemporer.
Film ini menangkap nuansa itu sebagai penanda bahwa Roh Kudus bekerja tidak hanya dalam suara bulat para kardinal, tetapi juga dalam keberanian pribadi untuk taat pada kehendak Allah.
Menghidupi Konklaf sebagai Umat
Konklaf adalah doa Gereja yang mengambil bentuk tindakan. Kita, umat, mungkin tidak hadir di Kapel Sistina, namun kita terlibat secara spiritual dalam setiap prosesnya.
Ketika Gereja menghadapi sede vacante, kita diajak mendoakan bukan hanya hasil akhirnya, tetapi prosesnya—sebagai bagian dari peziarahan iman kita.
Melalui The Two Popes, kita diingatkan bahwa Roh Kudus berkarya dalam kebisuan, dialog, pengampunan, dan bahkan pertobatan.
Kepemimpinan dalam Gereja bukanlah tentang dominasi, tetapi tentang keberanian menjadi pelayan. Itulah konklaf dalam terang Roh Kudus: perjumpaan antara manusia dan rahmat, yang terus memperbarui wajah Gereja dalam sejarah. (*)
Penulis: Alek Martin Pakpahan, sedang menekuni dunia tulis-menulis dan menjalani studi di Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura KAM.”

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.