In Memoriam: Gayatri Wedotami, Jalan Sunyi Seorang Pejuang Kebebasan Beragama

Penyair, Pemikir, dan Peziarah Lintas Iman

1 501

Vatikan, Katolikana.com – Yayasan Nostra Aetate, Tahta Suci Vatikan, melalui Romo Markus Solo SVD, menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Raden Ajeng Gayatri Wedotami — lebih dikenal sebagai Gayatri Muthari atau dengan nama spiritualnya, Syekhah Hefzibah — pada 10 Mei 2025, di usia 45 tahun.

Ia wafat setelah bertahun-tahun bergumul dengan penyakit autoimun lupus, namun semangat dan pikirannya tetap menyala hingga akhir hayat.

Gayatri saat studi di Roma

Gayatri dikenal luas sebagai penyair, filsuf, dan feminis, serta sebagai seorang aktivis lintas iman yang tak kenal lelah memperjuangkan kebebasan beragama dan dialog antaragama. Ia adalah figur langka yang menjembatani batas-batas keimanan dengan keberanian dan ketulusan.

Dalam hidupnya, ia merintis jalan kontemplatif dengan mengambil sumpah tetap Brahmakarya sebagai Pengantin Elia pada tahun 2020, dan sejak itu dikenal dengan nama Hefzibah — nama yang dalam tradisi Kitab Suci berarti “perkenanan Tuhan.”

Berkat beasiswa dari Yayasan Nostra Aetate Vatikan, melanjutkan studinya dalam bidang Teologi Agama Katolik dan dialog antaragama.

Studi Teologi
Sebagai putri dari sastrawan dan pemikir Islam Prof. Abdul Hadi W.M., Gayatri tumbuh dalam atmosfer intelektual dan spiritual yang kaya.

Ia menempuh studi filsafat Islam di Indonesia dan kemudian, berkat beasiswa dari Yayasan Nostra Aetate Vatikan, melanjutkan studinya dalam bidang Teologi Agama Katolik dan dialog antaragama selama satu semester pada 2011–2012.

Dalam program itu, ia belajar di dua universitas kepausan di Roma — Universitas Gregorian dan Universitas Angelicum (St. Thomas Aquinas) — dan tinggal di Centro Laico serta Foyer Unitas, sebuah asrama internasional Katolik di jantung kota Roma, tak jauh dari Colosseum.

Gayatri Wedotami, Jalan Sunyi Seorang Pejuang Kebebasan Beragama

Dalam kenangan rekan-rekan di Yayasan Nostra Aetate, Gayatri dikenang sebagai sosok yang penuh semangat, cerdas, komunikatif, dan selalu haus akan ilmu.

Ia mudah bergaul, berpikiran terbuka, dan menunjukkan sikap hormat serta apresiasi terhadap iman Katolik, sembari tetap teguh dalam keislamannya.

Ia menjadi simbol harapan akan terciptanya ruang-ruang perjumpaan lintas agama yang saling membangun dan memperkaya.

Perempuan Progresif
Selama hidupnya, terutama di media sosial, Gayatri aktif menulis dan menyuarakan pandangan-pandangannya yang progresif — terkadang kontradiktif, sering menggugah — namun selalu merangsang refleksi dalam cara berpikir dan hidup bersama.

Di laman Facebook, pada Minggu (9/3/2025), Gayatri menulis status: “Alhamdulillah sore ini saya tiba di suatu biara Ursulin. saya harus mengungsi beberapa malam di sini. Sampai rumah saya bisa ditempati. Kamar, tempat tidur, dll.”

Bersama sejumlah sahabat, Gayatri merintis dan merawat “Komunitas Sekolah Agama” sekitar tahun 2008. Komunitas ini terbentuk setelah semua saling bertemu di forum rutin Sekolah Agama di ICRP. Sebagian dari mereka menyisihkan dana pribadi atau patungan untuk mengunjungi komunitas lintas agama dan iman, terutama ketika menghadiri perayaan hari raya keagamaan.

Ia tidak hanya menantang ortodoksi sempit, tetapi juga mendorong publik untuk terus mencari dan bertanya, dalam roh yang penuh welas asih.

Meski pemikirannya kerap memicu perdebatan, warisan intelektual dan spiritual Gayatri tetap menjadi napas pengharapan bagi masa depan Indonesia yang plural, adil, dan damai. Keberaniannya menjadi suara alternatif di tengah kegaduhan sosial politik yang sering kering nilai, menjadikan kehadirannya tak tergantikan.

Dalam pernyataan resminya, Yayasan Nostra Aetate Vatikan menyampaikan: “Mudah-mudahan segala buah pikirannya yang baik dan mendukung kerukunan, keadilan, dan perdamaian di Indonesia akan menginspirasi banyak generasi muda agar juga melakukan hal-hal bermakna yang membantu bangsa kita menuju kehidupan bersama yang lebih baik dan lebih sejahtera di alam kemajemukan yang besar ini.”

Semoga Gayatri Wedotami — Syekhah Hefzibah — kini beristirahat dalam damai, dalam pelukan Ilahi yang Maha Kasih.

Innalillahi wa innailaihi raji’un. Requiescat in pace. (*)

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

1 Comment
  1. Orang Katolik says

    Sungguh obituari yang sangat karitatif, mengingat menjelang akhir hidupnya, GWM sangat pedas mengkritik Gereja Katolik menggunakan narasi-narasi mainstream Islam di dunia maya yang tidak hanya keliru, tapi juga penuh dengan permusuhan. Semoga Tuhan Yesus mengampuni jiwanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.