Paus Leo XIV: Kasih Sayang Adalah Masalah Kemanusiaan, Bukan Masalah Agama

Praktik keagamaan semata tidak serta merta menghasilkan belas kasih.

0 191

Vatikan, Katolikana.com—Merefleksikan perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati pada Audiensi Umum mingguan, Paus Leo XIV mengajak semua orang untuk tidak membiarkan kesibukan hidup “menghalangi untuk merasa kasihan” terhadap orang lain.

Dilansir dari Vatican News,  Paus XIV  melanjutkan refleksinya tentang perumpamaan dalam Injil selama Audiensi Umum hari Rabu, 28 Mei 2025.

Paus Leo XIV mengenang “orang yang terpelajar dan terlatih dengan baik —seorang ahli Taurat” dari Injil Lukas. Paus mengatakan pemuda ini terlalu fokus pada dirinya sendiri dan mengabaikan orang lain.

Ahli Taurat berbicara kepada Yesus, menanyakan bagaimana ia dapat mewarisi kehidupan kekal. Namun, Paus Leo XIV mengungkapkan adanya  “kebutuhan yang lebih dalam akan perhatian” di balik pertanyaan ini,  saat pemuda itu meminta Yesus menjelaskan kata “sesama.”

Siapa yang telah saya kasihi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang mengubah sepenuhnya  pertanyaan pemuda itu dari “Siapa yang mengasihi Aku?” Menjadi “Siapakah yang telah kukasihi?”

Memaknai Makna Hidup

Paus menjelaskan bahwa pertanyaan   pertama adalah bagi yang belum dewasa, “sementara yang kedua adalah pertanyaan tentang orang dewasa yang telah memahami makna hidup.”

Pertanyaan yang pertama tidak aktif, sedangkan yang kedua membutuhkan tindakan.

Yesus kemudian menceritakan perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati. Kisah ini menceritakan seseorang yang  menempuh perjalanan dari Yerusalem menuju Yerikho  ke  atas gunung  yang berada di atas  permukaan laut.

Paus Leo menyamakan perjalanan ini dengan kehidupan. Beliau menyebut sebagai “jalan yang sulit dan berbahaya.”

Dalam perjalanan, orang tersebut dipukuli, dirampok, dan ditinggalkan dalam keadaan hampir mati. Hal ini menggambarkan situasi  yang dapat terjadi  ketika “keadaan, orang-orang—bahkan mereka yang kita percayai—merampas segalanya dari kita dan meninggalkan kita di tempat terbuka.”

Paus Leo XIV membuka Audiensi Umum yang kedua dengan membuat tanda salib. Foto: Vatican Media

Ini Bukan Masalah Agama

Paus Leo XIV mengungkapkan pada saat perjumpaan dengan orang lain seringkali  kita  dipertemukan dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Kita dihadapkan pada pilihan: “memperhatikan mereka atau mengabaikannya.”

Dalam perumpamaan tersebut ada dua orang.  Seorang imam dan seorang Lewi, yang kita bayangkan akan berhenti dan merawat orang yang terluka itu. Tetapi dua orang itu mengabaikannya.

Paus Leo XIV mengungkapkan  bahwa kejadian seperti itu menunjukkan bahwa “praktik keagamaan semata tidak serta merta menghasilkan belas kasih.”

Hal itu  bukanlah karakteristik agama, melainkan karakteristik manusia.

Manusia dipanggil untuk berbelas kasih, apa pun agamanya. Imam dan orang Lewi mewakili kita semua—terburu-buru untuk pulang.

Ketergesaan ini dapat menghalangi kita untuk berbelas kasih karena, banyak orang percaya bahwa perjalanan mereka adalah prioritas yang perlu dijalani, dan tidak bersedia berhenti untuk orang lain.”

Belas Kasih = Kesediaan Mengambil Risiko

Hanya orang Samaria, “seseorang dari orang-orang yang secara tradisional dibenci,” yang berhenti untuk membantu orang yang terluka. Orang Samaria membantu, bukan karena persyaratan agama, tetapi karena “dia adalah seorang manusia di hadapan  manusia lain yang membutuhkan.”

Belas kasih, Paus Leo menekankan, terwujud melalui tindakan konkret, karena untuk membantu seseorang, “Anda tidak bisa menjaga jarak.”

Untuk berbelas kasih, Anda harus terlibat dan bersiap diri  “bahkan menjadi kotor dan  mungkin mengambil risiko.”

Orang Samaria berbelas kasih karena dia secara fisik merawat orang yang terluka.

Paus menggarisbawahi bahwa menolong seseorang secara sejati “berarti bersedia merasakan beratnya penderitaan orang lain.”

Paus XIV   mengungkapkan  bahwa hanya ketika kita menyadari bahwa kita sendiri adalah orang yang terluka, kita dapat benar-benar merasakan belas kasih. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta

Leave A Reply

Your email address will not be published.