Birmingham, Katolikana.com – Hanya sedikit sumber daya Spiritualitas Ignatian yang ditujukan untuk anak-anak yang sangat muda. Mengadaptasi ide sambil mempertahankan integritasnya adalah hal yang sulit.
Dilansir dari JesuitInstitute Godly Play, yang diteliti dan dikembangkan oleh Dr. Jerome Berryman, menawarkan pendekatan yang menarik tanpa mengurangi makna yang akan dikembangkan.
Awalnya dikembangkan untuk anak-anak, pendekatan ini sekarang digunakan di berbagai kelompok usia dan di lebih dari 57 negara.
Konteks pendampingan iman anak, sebagai bagian pendidikan agama, anak-anak dapat diajak mengenal siapa Tuhan.

Dalam Godly Play, anak-anak diajak menemukan siapa Tuhan itu. Godly Play menggunakan kurikulum spiral sesi.
Kurikulum spiral mengacu pada metode pendidikan yang melibatkan pembelajaran yang diulang dan pengembangan topik, mata pelajaran, atau tema yang telah dipelajari sebelumnya sepanjang perjalanan akademis siswa.
Penerapan kurikulum spiral, tahapan yang diperlukan mencakup waktu persiapan, ambang batas belajar, alur cerita, pemaknaan peristiwa, dan ungkapan perayaan pada akhir cerita. Pendongeng atau narator serta tokoh-tokoh kisah sesuai tema juga dipersiapkan.
Setiap tahap, kesempatan untuk berbagi Spiritualitas Ignatian dapat diungkapkan.
‘Pendongeng’ dan ‘Penjaga Pintu’ mempersiapkan konteks yang dapat membangun lingkungan belajar, memberikan penjelasan tentang ketertiban dan ketenangan dengan cerita-cerita yang disusun di sekitar ruangan dalam urutan alkitabiah.
Anak-anak kemudian diundang untuk melewati masuk melalui pintu yang tersedia dan membangun sebuah lingkaran di tengah ruang aman ini.
Pendongeng menggunakan bahan-bahan, kata-kata, dan gerakan yang dipersiapkan secara baik untuk menyajikan kisah yang dipilih di tengah lingkaran.
Kisah Suci Perjalanan Bersama Umat Allah
Kisah itu bisa berupa Kisah Suci, perjalanan bersama umat Allah; kisah Aksi Liturgi; atau Perumpamaan yang menantang wawasan pengajaran iman.
Setelah mendongeng, anak-anak diajak untuk bertanya-tanya. Dalam Fratelli tutti, Paus Fransiskus bertanya tentang perumpamaan Orang Samaria yang Baik Hati.
- Akankah kita meninggalkan orang yang terluka dan lari berlindung dari kekerasan, atau akankah kita mengejar pencuri?
- Akankah orang yang terluka itu berakhir menjadi pembenaran atas perpecahan kita yang tidak dapat didamaikan, ketidakpedulian kita yang kejam?’
Demikian pula, Sang Pendongeng bertanya kepada anak-anak, ‘Saya bertanya-tanya siapakah tetangga yang baik bagi pengembara itu? Saya bertanya-tanya siapakah tetangga yang baik bagi pencuri itu?’
Sering kali anak-anak menjawab dengan pertanyaan mereka sendiri: ‘Mengapa pastor itu tidak berhenti dan berjalan lewat? Mengapa pencuri itu mencuri?’
Anak-anak juga dapat menjawab hanya dengan diam atau memberi jawaban kreatif menggunakan bahan-bahan yang telah dipersiapkan untuk menafsirkan dan membayangkan kembali cerita lebih jauh.
Mirip dengan perenungan imajinatif Ignatius, Godly Play mengundang kita untuk masuk, hadir, dan menciptakan ‘komposisi tempat’.
Proses bermain ini menyenangkan, sukarela tanpa paksaan, dan melibatkan konsentrasi yang dalam.
Bila peserta dapat mengingat masa bermain di masa kecil, penghayatan total peserta mungkin terasa seperti meditasi atau doa, pertukaran pikiran imajinatif, dan dapat mengambil makna pada saat ‘berdiskusi’, ‘saat seorang teman berbicara dengan teman lainnya.’
Memaknai Perayaan
Kemudian dilanjutkan dengan ‘Pesta’ atau perayaan, sebuah ritual yang melibatkan ‘berbagi makanan, doa, sharing satu sama lain dengan penuh kesadaran’, yang menjadi sebuah kesempatan untuk memutar balik waktu dan berbagi ide seperti ‘meninjau doa’.
Anak-anak diberkati dan meninggalkan Pendongeng dan Penjaga Pintu sambil merenungkan tanggapan mereka yang mencerahkan.
Permainan Ilahi adalah sesuatu yang pasti dikenali oleh Ignatius, ‘karena bukan mengetahui banyak hal, tetapi menyadari dan menikmati hal-hal secara batiniah, yang memuaskan dan memuaskan jiwa’, tidak peduli seberapa muda jiwa itu. (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta