Prodiakon Melayani Sepenuh Hati: Kisah Para Mantan Frater yang Kembali Mengabdi

Pelayan Iman di Antara Ragu dan Anugerah

1 32

Katolikana.com—Dalam dunia pelayanan Gereja Katolik, prodiakon seringkali dipahami sebagai “asisten imam” atau pelayan liturgi yang membantu mengisi kekosongan di tengah keterbatasan jumlah klerus.

Namun, buku berjudul Prodiakon Melayani Sepenuh Hati: Ketika Para Mantan Kembali Berjubah menghadirkan perspektif yang lebih dalam dan personal—bahwa menjadi prodiakon adalah panggilan, bukan pelengkap.

Lebih dari itu, ia adalah kisah pertobatan, kelahiran kembali, dan kerendahan hati yang diterjemahkan dalam pelayanan nyata.

Judul: Prodiakon Melayani Sepenuh Hati
Editor: Dr. Paul Subiyanto, M.Hum
Pengantar: Prof. Dr. E.P.D. Martasudjita, Pr
Penerbit: Pohon Cahaya
Tebal: xvii + 278 halaman
Tahun: 2025

Mantan Frater, Kembali Melayani

Buku setebal 278 halaman dengan xvii halaman pengantar ini ditulis oleh 20 prodiakon dan 1 imam, sebagian besar merupakan mantan frater novis dan skolastikat Kongregasi MSF (Misionaris Keluarga Kudus)—orang-orang yang pernah menempuh jalan formasi religius, namun akhirnya memilih jalan hidup lain.

Salah satunya bahkan adalah mantan imam MSF yang kini berkarya sebagai pastor praja di Keuskupan Agats. Di tangan editor Dr. Paul Subiyanto, M.Hum, kisah-kisah mereka dihimpun menjadi sebuah mosaik pelayanan yang jujur, sederhana, dan menggugah hati.

Pengantar buku ditulis oleh Prof. Dr. E.P.D. Martasudjita, Pr, yang secara jujur menyinggung betapa banyak umat merasa tidak layak menjadi prodiakon. Tapi justru di situlah kekuatan buku ini: para penulisnya menyingkapkan bahwa ketidaklayakan adalah ruang di mana kasih karunia Tuhan bekerja.

Dari Lapas hingga Rumah Duka

Buku ini sarat dengan kisah lapangan, pengalaman yang tidak diajarkan di ruang kuliah teologi. Salah satunya tentang seorang prodiakon yang memimpin ibadat arwah dalam situasi yang nyaris kosong—hanya dihadiri tiga orang, dalam keadaan hujan dan listrik padam.

Seorang peserta bertanya dengan getir, “Kalau cuma tiga orang, doanya sampai ke surga nggak, Pak?” Kisah itu berkembang menjadi pengalaman mendalam tentang iman yang tidak bergantung pada jumlah, tetapi pada kesetiaan.

Cerita lain mengisahkan pelayanan di lembaga pemasyarakatan, di mana seorang katekumen tetap memilih dibaptis dan mengikuti Yesus meskipun pacarnya—yang menjadi alasan awal ia masuk Katolik—meninggalkannya. Sebuah pemurnian motivasi yang hanya bisa dijelaskan oleh pekerjaan Roh Kudus.

Ada pula kesaksian tentang mengantarkan Komuni Kudus kepada lansia, sebuah praktik yang sering dianggap rutin, namun dalam tulisan-tulisan ini menjadi ruang kontemplasi yang menyentuh: “Setiap kali saya membawa Sakramen Mahakudus ke rumah umat, saya merasa dibersihkan. Ada kedamaian yang tidak bisa dijelaskan.”

Melayani dengan Takut dan Gemetar

Salah satu benang merah dari semua kisah adalah perasaan tidak layak, cemas, dan takut gagal. Kekhawatiran akan khotbah yang tak cukup berbobot, sulitnya membagi waktu antara keluarga, kerja, dan pelayanan, hingga kegugupan memimpin ibadat. Namun, justru dalam kelemahan-kelemahan itulah Tuhan menunjukkan bahwa Ia sendirilah yang berkarya—prodiakon hanya alat-Nya.

Buku ini tidak menawarkan teori atau metode pelatihan. Ia adalah kesaksian nyata, dan karena itu justru menyentuh dan menguatkan. Ia bukan buku doktrinal, tetapi buku yang hidup—dalam cerita, air mata, dan perjumpaan sehari-hari para pelayan sederhana.

Inspirasi bagi Siapa Saja

Bagi siapa saja yang saat ini sedang bergumul dengan panggilan menjadi prodiakon, atau bahkan hanya sekadar terlibat dalam pelayanan Gereja, buku ini adalah pengingat lembut: Anda tidak harus sempurna untuk mulai melayani.

Bahkan Yesus, yang hanya hidup tiga puluh tiga tahun di bumi, telah menjadi Tuhan—dan kita dipanggil untuk ikut serta dalam karya-Nya, meski sebagai alat kecil.

Prodiakon Melayani Sepenuh Hati adalah buku yang tidak hanya ditulis oleh tangan, tetapi oleh pengalaman batin yang dalam.

Ia adalah perjalanan iman para mantan yang kembali berjubah, bukan sebagai imam religius, tetapi sebagai prodiakon yang setia dalam hal-hal kecil namun berarti. (*)

Penulis: Susy Haryawan, bukan siapa-siapa.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

1 Comment
  1. Paul says

    Layak dibaca, utamanya para prodiakon

Leave A Reply

Your email address will not be published.