
Oleh Albertus Muda, S.Ag
Katolikana.com—Santo Hieronimus pernah berkata: “Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Ungkapan singkat ini menegaskan pentingnya membaca Kitab Suci sebagai jalan untuk mengenal Allah sendiri.
Bagi umat Katolik, membaca Kitab Suci bukanlah sekadar aktivitas rohani tambahan, melainkan kebutuhan dasar dalam membangun iman. Oleh karena itu, sejak dini umat beriman perlu diperkenalkan pada Kitab Suci, bukan hanya untuk memahami isinya, tetapi juga untuk belajar berdoa darinya dan menjadikannya sebagai pusat hidup.
Membaca Kitab Suci: Upaya Pribadi dan Bersama
Membaca Kitab Suci berarti berusaha memahami pesan yang terkandung di dalamnya, lalu menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Tingkat pemahaman tentu berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing orang. Karena itu, membaca Kitab Suci sebaiknya tidak hanya dilakukan secara pribadi, tetapi juga bersama orang lain dalam semangat kebersamaan.
Melalui kebersamaan, umat dapat saling berbagi pengalaman, saling memperkaya, dan meneguhkan satu sama lain. Kitab Suci pun tidak hanya menjadi pelengkap bacaan rohani, tetapi sungguh menjadi pusat kehidupan keluarga dan komunitas.
Sabda Tuhan dalam Kitab Suci adalah sumber hidup kekal dan sumber hikmat (B.A. Pareira, 2006:10). Karena itu, membacanya harus melibatkan seluruh akal budi, hati, dan tubuh, sehingga Kitab Suci sungguh menghidupi iman kita.
Dari Konsili Vatikan II hingga Peran Awam
Di masa lampau, membaca Kitab Suci lebih banyak menjadi kewenangan kaum tertahbis. Liturgi pun cenderung eksklusif dan berpusat pada klerus, membuat awam semakin terasing. Namun, sejak Konsili Vatikan II, Gereja menegaskan bahwa membaca dan merenungkan Kitab Suci bukan hanya tugas hierarki, tetapi tugas seluruh umat beriman.
Sejak saat itu, umat awam mulai mengambil peran lebih aktif dalam liturgi, membaca Kitab Suci, dan menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab Suci yang Belum Mengumat
Pertanyaan yang patut direnungkan: sudahkah Kitab Suci mengumat?
Pengalaman pastoral menunjukkan bahwa umat beriman Katolik masih jarang membaca Kitab Suci secara mendalam. Banyak yang hanya membukanya pada kesempatan khusus seperti Bulan Kitab Suci Nasional, masa Adven, atau masa Prapaskah. Di luar itu, Kitab Suci sering dibiarkan tertutup.
Kenyataan ini bahkan juga melanda kalangan biarawan-biarawati dan klerus. Alasan yang sering muncul antara lain: terlalu sibuk, sulit dipahami, menjemukan, atau dianggap tidak membantu kehidupan sehari-hari (Kono B. Kahya, 2005).
Pentingnya Sejak Usia Dini
Orang tua, guru, dan agen pastoral perlu menyadari bahwa memperkenalkan Kitab Suci sejak dini sangatlah penting. Masa 0–6 tahun dikenal sebagai periode emas perkembangan anak. Jika masa ini terlewat tanpa pengenalan Kitab Suci, akan lebih sulit menumbuhkan cinta pada Kitab Suci di kemudian hari.
Psikolog seperti Freud, Erikson, dan Piaget menegaskan bahwa usia dini merupakan dasar pembentukan kepribadian, rasa percaya, serta cara berpikir anak. Karena itu, anak-anak mesti dibimbing membaca Kitab Suci sejak kecil, agar Kitab Suci menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Namun, membimbing anak berarti orang tua dan guru terlebih dahulu memberi teladan. Mustahil mendorong anak untuk membaca Kitab Suci bila orang tuanya sendiri tidak pernah membuka Kitab Suci.

Panduan Liturgi dan Hubungan Personal dengan Kristus
Salah satu cara sederhana untuk mengedukasi umat adalah membaca Kitab Suci berdasarkan penanggalan liturgi. Lingkaran bacaan tiga tahun (A, B, C) membantu umat mengikuti keseluruhan isi Kitab Suci secara bertahap.
Namun, membaca Kitab Suci bukan sekadar menghafal ayat atau memperluas pengetahuan iman. Yang lebih penting adalah membangun hubungan pribadi dengan Kristus. Semakin sering membaca Kitab Suci, semakin kita mengenal Kristus, semakin iman kita berkembang.
Tugas Bersama
Kitab Suci adalah sabda Allah dan sumber hidup rohani umat Katolik. Tugas kita bersama adalah menghidupkan kelompok bina iman anak di lingkungan, paroki, dan komunitas basis, serta kelompok sharing Kitab Suci bagi remaja maupun dewasa.
Dengan cara inilah Kitab Suci sungguh mengumat: bukan hanya menjadi buku yang dibuka saat acara khusus, tetapi menjadi teman sehari-hari umat dalam perjalanan iman. (*)
Penulis: Albertus Muda, S.Ag, Guru ASN pada SMAS Keberbakatan Olahraga San Bernardino Lembata

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.