Harapan di Tengah Kekacauan: Berziarah Bersama Maria di Bulan Rosario 2025

0 5
Rikha Emyya Gurusinga

Oleh Rikha Emyya Gurusinga

Katolikana.com—Bulan Oktober, bulan yang identik dengan keindahan doa Rosario, selalu menjadi momen istimewa bagi umat Katolik.

Ini bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan ajakan untuk berjalan bersama Bunda Maria, menapaki jalan iman yang berpusat pada Yesus Kristus.

Namun, di tengah kesibukan dan berbagai kegelisahan yang mewarnai hari-hari kita, bulan Rosario tahun 2025 hadir dalam konteks yang tidak mudah. Muncul pertanyaan mendasar: di mana harapan bisa ditemukan ketika dunia terasa semakin kacau?

Realitas Gelap Indonesia dan Dunia 2025

Realitas yang kita hadapi saat ini tidaklah ringan. Di Indonesia, perekonomian melambat, inflasi merangkak naik, dan kesulitan mencari pekerjaan menjadi persoalan serius yang dirasakan banyak keluarga.

Kepercayaan publik terkikis oleh kasus korupsi yang kembali mencuat di awal tahun, sementara polemik kebijakan pajak baru menambah beban rakyat kecil.

Secara sosial-politik, suasana juga penuh dinamika. Demonstrasi di berbagai kota sering dibalas tindakan represif aparat, menciptakan rasa tidak aman.

Di ranah internasional, gambaran yang terlihat tak kalah suram. Perang di Gaza terus berlangsung, meninggalkan luka kemanusiaan yang dalam, dengan ribuan pengungsi yang terombang-ambing. Isu migrasi global memandang para migran sebagai ancaman, bukan sesama manusia yang butuh perlindungan.

Semua ini melahirkan satu atmosfer yang berat: kegelisahan, kehilangan arah, bahkan putus asa.

Maria adalah Ibu yang selalu dekat, yang mendengarkan keluhan dan jeritan anak-anaknya.

Maria, Ibu yang Tahu Rasanya Hancur Hati

Dalam kegelapan inilah devosi kepada Bunda Maria menemukan makna terdalamnya. Gereja, melalui Konsili Vatikan II (Lumen Gentium 62), menegaskan bahwa Maria adalah “Pengantara, Penolong, dan Penolong Umat Beriman.” Ia adalah Ibu yang selalu dekat, yang mendengarkan keluhan dan jeritan anak-anaknya.

Maria bukanlah sosok yang asing terhadap penderitaan. Ia pernah cemas, bingung (saat mencari Yesus yang hilang), dan hancur hati (saat berdiri di kaki salib). Karena itu, Maria bukan hanya teladan iman, tetapi juga sahabat sejati dalam penderitaan.

Ia mampu mendengarkan kita, bahkan ketika kita tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Ia membawa semua permohonan kita kepada Yesus, Putranya, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup.

Rosario sebagai Sekolah Harapan yang Setia

Doa Rosario adalah doa yang sederhana, namun memiliki kekuatan besar. Melalui butir-butir Rosario, kita diajak merenungkan perjalanan Yesus Kristus dari Kabar Sukacita, Sengsara, hingga Kebangkitan-Nya. Setiap misteri adalah cermin perjalanan hidup manusia: ada sukacita, ada terang, ada duka, ada kemuliaan.

Inilah yang membuat Rosario relevan di tengah krisis. Rosario bukan sekadar pengulangan, melainkan “sekolah iman” yang mengajarkan kita kesetiaan (fidelitas). Kita belajar bersabar, bertekun, dan percaya bahwa Allah bekerja meski dalam kesenyapan.

Harapan dalam iman Katolik bukanlah sekadar optimisme buta. Harapan adalah sikap iman yang berakar pada kasih Allah yang setia. Sebagaimana kata Rasul Paulus:

“Pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus” (Rm 5:5).

Maria sendiri adalah tanda pengharapan itu: meski menderita, ia tetap percaya pada janji Allah, hingga akhirnya dimuliakan. Ia adalah bukti nyata bahwa siapa pun yang berpegang pada Allah tidak akan dikecewakan.

Menghidupi Doa dalam Tindakan Nyata

Doa Rosario tidak boleh berhenti di bibir. Doa harus menjelma menjadi tindakan nyata:

  • Bagi Keluarga: Menjadi kekuatan untuk tetap bersatu di tengah kesulitan ekonomi.
  • Bagi Kaum Muda: Menjadi pegangan agar tidak menyerah pada rasa putus asa ketika menghadapi tantangan masa depan.
  • Bagi Masyarakat: Menjadi dorongan untuk melawan korupsi kecil-kecilan, menjaga persaudaraan, dan menjadi pembawa damai di tengah suasana represif.

Bersama Maria, kita belajar bahwa doa dan tindakan tidak dapat dipisahkan. Maria berdoa, tetapi juga bertindak. Ia berkata “ya” pada Allah, dan melalui tindakannya, dunia menerima Sang Juru Selamat.

Oktober 2025 mungkin penuh dengan berita yang membuat hati gelisah. Namun, bulan Rosario ini mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah berjalan sendirian.

Di tengah kegelisahan dunia, Bunda Maria berbisik kepada kita seperti di Kana: “Apa yang dikatakan-Nya kepadamu, lakukanlah.” (Yoh 2:5).

Bersama Maria, harapan selalu hidup. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.