Kunjungan Komhak KWI ke Ponpes Al Hidayah Jadi Simpul Kerukunan
Wajah Ceria Santri Cerminkan Pengasuh

0 9

Purwokerto, Katolikana.com — Rombongan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KOMHAK KWI) berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah, Karangsuci, Purwokerto, pada Selasa (7/10/2025).

Kunjungan yang dipimpin oleh Mgr Christophorus Tri Harsono, Ketua KomHak KWI sekaligus Uskup Purwokerto, ini menegaskan Ponpes tersebut sebagai salah satu titik simpul penting dalam upaya membangun kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Rombongan KWI disambut oleh pengasuh ponpes, Nyai Hj. Nadliroh Noeris, didampingi oleh Muhammad Labib Syauqi, S.Th, MA, anggota Dewan Asatidz.

Rombongan KOMHAK KWI diterima oleh pengasuh ponpes, Nyai Hj. Nadliroh Noeris.

Keceriaan Alamiah

Kedatangan rombongan KWI disambut oleh puluhan santriwati yang menunjukkan sikap polos, terbuka, dan ceria. Dengan berbagai gaya, senyum lebar, dan tawa gelak yang renyah saat diabadikan, keceriaan para santriwati ini meninggalkan kesan mendalam bagi rombongan.

Rm. Aloysius Budi Purnomo Pr, Sekretaris KomHak KWI, mengomentari suasana tersebut dengan menyatakan bahwa keceriaan para santriwati tersebut adalah wajah sesungguhnya dari sang pengasuh yang istimewa.

“Umi Pengasuh Ponpes ini sangat istimewa. Ponpes ini menjunjung tinggi semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin yang menjaga Indonesia dalam keberagaman yang indah. Kunjungan ini menjadi kunjungan yang penuh persaudaraan!” ujar Romo Budi Purnomo.

Ia menambahkan, “Wajah anak didik mencerminkan cara pengasuhnya mendidik para santrinya.” Kepolosan, keceriaan, dan kekompakan dari para santriwati, yang sebagian besar setingkat SMP dan SMA, mencerminkan bagaimana sang pengasuh mendidik mereka dengan ramah dan terbuka.

Kunjungan Lintas Iman

Mgr Tri Harsono, dalam perjumpaan tersebut, menegaskan bahwa kehadiran rombongan KWI ini lebih dari sekadar dialog agama. Ini adalah soal kehidupan bersama.

“Ini soal kehidupan bersama. Dari perjumpaan seperti ini, kita belajar saling menolong, saling membantu. Banyak persoalan terjadi karena kurangnya komunikasi,” ujar Mgr Tri Harsono.

Ia menilai, Pondok Pesantren Al Hidayah Karang Suci, yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, merupakan salah satu titik simpul penting untuk membangun kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Rombongan KWI yang turut hadir dalam kunjungan ini antara lain Rm. Mikael Endro Susanto, Rudy Pratikno, Theresia Joice Damayanti, Suster Yulia, SDP, Theresia Eka Murti, Ferdindus Ferdinand Nancu, dan AM Putut Prabantoro.

Santgri Pondok Pesantren Al Hidayah Karang Suci berpose bersama penasehat PWKI Putut Prabantoro.

Profil Ponpes Pejuang

Pondok Pesantren Al Hidayah Karang Suci secara resmi didirikan pada bulan Ramadan 1986. Ponpes ini berdiri di bawah asuhan KH. Dr. Noer Iskandar al Barsyani, MA, dan Nyai Dra. Hj. Nadhiroh Noeris. Saat ini, ponpes yang cikal bakalnya digagas sejak 1957 oleh KH. Muslich ini menaungi sekitar 300 santri putra dan putri.

“Pesantren ini lahir dari semangat mencetak santri yang tak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga matang secara spiritual dan berakhlak mulia,” ujar Nyai Nadliroh, yang kini memimpin pondok tersebut.

Meskipun berakar pada tradisi salaf, Al Hidayah bersikap terbuka terhadap modernitas. Sistem pendidikannya mengombinasikan metode klasik seperti bandongan dan sorogan, serta pendidikan klasikal melalui Madrasah Diniyah Salafiyah Al Hidayah (MDSA) yang kurikulumnya berbasis pesantren.

Dalam pengajaran, pesantren secara khusus menekankan nilai-nilai Islam moderat: tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (adil).

Selama hampir empat dekade perjalanannya, Al Hidayah telah melahirkan ribuan alumni yang dikenal santun, berkomitmen menjaga nilai-nilai keislaman yang damai, dan ramah terhadap keberagaman, serta berkiprah di berbagai bidang.

“Kami ingin santri Al Hidayah tumbuh sebagai ulama pejuang, pembela ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin, yang berilmu luas dan berakhlak santun,” tegas Nyai Nadliroh.

Kunjungan lintas iman ini menjadi bukti nyata bahwa dari Ponpes Al Hidayah, pesan damai dan nilai-nilai kebangsaan bisa bergema, menjadikan lembaga ini sebagai mercusuar toleransi di tengah masyarakat yang majemuk. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.