Oleh Reinaldo Rahawarin
Katolikana.com—Di tengah hiruk pikuk kehidupan, doa menjadi tempat jiwa beristirahat dan menemukan kasih yang sejati. Dalam heningnya doa itulah, kita berjumpa dengan Bunda Maria, sosok yang selalu menyertai langkah kita menuju Putera-Nya.
Dalam perjalanan hidup, kita seringkali terjebak dalam pusaran dunia yang tak pernah berhenti. Tuntutan, kekhawatiran, dan kesedihan menumpuk, membuat hati penat dan langkah terasa berat.
Di tengah semuanya itu, ada kerinduan terdalam: menemukan tempat yang tenang, di mana hati dapat beristirahat, air mata keluar dengan tulus, dan cinta dapat dirasakan tanpa syarat.
Tempat itu adalah doa, dan dalam keheningan doa itulah, kita menemukan sosok penuh kasih yang selalu menyertai kita: Bunda Maria.
Kelembutan di Balik Gemuruh
Bunda Maria tidak hadir dalam gemuruh atau kemegahan, tetapi dalam kelembutan yang nyaris tak terdengar. Ia hadir sebagai seorang ibu yang sabar menanti anaknya pulang.
Setiap kali kita mengucapkan “Salam Maria…” dengan hati yang lelah, seolah ada tangan lembut yang merangkul bahu kita. Ada mata penuh kasih yang menatap dengan pengertian, dan suara penuh cinta yang berbisik, “Aku di sini anakku. Aku mendengarmu.”
Dalam pelukan-Nya, kita diterima apa adanya, dengan segala kekurangan bahkan luka kita.
Keheningan doa adalah tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri. Tidak perlu berpura-pura kuat, tidak perlu menyembunyikan luka, dan tidak perlu menjelaskan segala hal.
Bunda Maria memahami bahasa hati kita, bahkan ketika kita tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata. Ia tahu setiap kekhawatiran yang kita pendam, setiap air mata yang jatuh diam-diam, setiap pergumulan yang kita hadapi dalam sunyi. Dan di tengah semua itu, kasih-Nya tidak pernah berubah.
Belajar Kesetiaan dari Kaki Salib
Dari Bunda Maria, kita belajar banyak hal tentang iman yang dewasa. Kita belajar tentang kerendahan hati, sebagaimana Ia menerima rencana Allah tanpa banyak bertanya.
Kita belajar tentang kesetiaan, sebagaimana Ia tetap berdiri di kaki salib ketika semua orang meninggalkan Putera-Nya. Dan kita belajar tentang pengharapan, sebagaimana Ia percaya pada janji Allah bahkan di tengah penderitaan terdalam.
Kehidupan Maria adalah cermin dari cinta yang setia. Cinta yang tidak bergantung pada keadaan, tetapi selalu percaya kepada penyelenggaraan Tuhan.
Doa bersama-Nya juga mengajarkan kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Seperti Maria berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” kita pun diajak untuk mempercayakan hidup ke dalam tangan Allah.
Penyerahan itu bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk kepercayaan yang mendalam bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik, bahkan ketika jalan kita gelap.
Kasih yang Menuntun kepada Kristus
Penting untuk diingat, kasih Bunda Maria bukanlah kasih yang memanjakan.
Ia tidak selalu menghapus penderitaan, tetapi selalu memberi kekuatan untuk menghadapinya. Ia tidak menjanjikan hidup yang bebas dari salib, tetapi Ia menunjukkan cara memikul salib dengan iman.
Ia tidak selalu memberi jawaban atas setiap pertanyaan kita, tetapi Ia menuntun kita menemukan makna di balik setiap peristiwa hidup. Bersama Bunda Maria, kita belajar bahwa cinta sejati tidak berarti tidak pernah terluka, tetapi selalu siap untuk menyembuhkan.
Ketika kita datang kepada Sang Bunda lewat doa, kita tidak sekadar mencari penghiburan. Kita sedang dibimbing menuju kasih Puteranya, Yesus Kristus.
Bunda Maria tidak pernah menyimpan kita bagi dirinya sendiri. Ia selalu menunjuk kepada Kristus, membawa setiap doa kita kepada-Nya, dan mengundang kita untuk mencintai-Nya lebih dalam.
Ia adalah jembatan yang menghubungkan kelemahan manusiawi kita dengan kekuatan ilahi.
Di saat hidup terasa berat, berdoalah bersama-Nya. Di saat harapan terasa sirna, pandanglah wajah lembutnya. Di saat langkah terasa goyah, genggamlah tangannya dalam doa.
Ia tidak akan meninggalkan kita. Ia akan berjalan di samping kita, mendoakan kita, dan menuntun kita menuju pelukan kasih Tuhan. Bersama Maria, kita belajar bahwa kita tidak pernah benar-benar sendirian.
Akhirnya, dalam keheningan doa, kita menemukan kasih yang menyembuhkan luka, menguatkan iman, dan menyalakan kembali pengharapan. Kasih itu bernama Maria, Bunda yang tidak pernah lelah mengasihi.
Semoga melalui bimbingan Bunda Maria, kita semakin mengenal dan mencintai Kristus, Sang Kasih Sejati, dengan seluruh hati kita.
“Dalam keheningan doa, kasih Bunda menyentuh jiwa. Ia membawa kita kembali kepada Putranya, tempat segala luka disembuhkan dan segala pengharapan dipulihkan.” (*)

Kontributor Katolikana.com di Nabire, Papua Tengah. Gemar sepedaan dan bermusik. Alumnus FEB Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Bisa disapa via Instagram @reinaldorahawarin