SAGKI 2025 Resmi Dibuka, Menteri Agama Puji Peran Gereja

0 69

Jakarta, Katolikana.com — Suasana khidmat, megah, dan sarat makna persatuan menyelimuti Ballroom Hotel Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta, pada Senin (3/11/2025).

Setelah persiapan maraton selama tiga bulan, Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 resmi dibuka, mengumpulkan seluruh elemen Gereja Katolik se-Indonesia dalam sebuah perjumpaan iman yang transformatif.

Pertemuan akbar lima tahunan ini, yang sempat ditiadakan pada 2020 karena pandemi Covid-19, kini kembali hadir dengan semangat baru untuk menapaki jalan kebersamaan.

Sebanyak 374 peserta, mewakili 38 keuskupan serta satu keuskupan TNI/POLRI, akan berdinamika selama sepekan ke depan. Bersama panitia dan tamu undangan, total sekitar 540 orang memenuhi ruangan, menjadi saksi dimulainya sebuah perjalanan reflektif dan visioner bagi Gereja Katolik di Indonesia.

Peran Nyata Gereja dalam Kebangsaan

Seremoni pembukaan resmi SAGKI 2025 ditandai dengan apresiasi mendalam dari Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

Dalam sambutan yang dibacakan oleh Dirjen Bimas Katolik, Drs. Suparman, SE, M.Si, Menag menyampaikan salam hormat kepada Duta Besar Takhta Suci Vatikan, Kardinal, para Uskup, imam, biarawan-biarawati, narasumber, serta seluruh peserta.

“Saya, Nasaruddin Umar, Menteri Agama Republik Indonesia, dengan tulus mengucapkan selamat melaksanakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025,” ujar Menag.

Ia menyoroti tema sidang kali ini, ‘Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Perdamaian’, yang dinilainya sangat relevan dan sejalan dengan pesan Paus Leo XIV: “Tidak ada lagi perang suci; yang ada hanyalah kedamaian suci.”

Menag menegaskan bahwa tema tersebut sangat kontekstual dengan Bangsa Indonesia yang tengah menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan.

Menurutnya, Gereja Katolik telah memberikan kontribusi besar dalam meneguhkan semangat perdamaian, solidaritas, dan dialog lintas iman yang menjadi landasan kokoh bagi kerukunan nasional.

“Saya berharap sidang ini menjadi sarana bagi Gereja Katolik untuk semakin memperkenalkan semangat perdamaian serta memperkuat perannya dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan,” kata Nasaruddin.

Ia yakin, momen yang mempertemukan seluruh elemen Gereja—dari para Uskup, imam, biarawan-biarawati hingga umat awam—akan melahirkan refleksi, solusi, dan arah pastoral yang menjawab keprihatinan bangsa masa kini.

Atas nama pemerintah, Menag juga menyampaikan terima kasih atas peran nyata Gereja Katolik dalam berbagai bidang kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, dan sosial.

Ia berharap hasil sidang ini akan menjadi pedoman pastoral yang menumbuhkan semangat saling memahami, menghargai, dan melayani, demi terwujudnya kebaikan bersama bagi seluruh warga bangsa.

Dalam pesan videonya, Menag Nasaruddin juga membagikan pengalaman rohaninya seusai berkunjung ke Roma, di mana ia mendapat perhatian istimewa dari Paus Leo XIV.

“Dalam kunjungan tersebut, saya diberi kehormatan untuk berziarah ke makam Paus Fransiskus, mendampingi Paus Leo XIV dalam forum resmi, bahkan berdiskusi secara pribadi saat menuju tempat acara, serta menghadiri jamuan makan malam bersama beliau,” ungkapnya, yang disambut dengan antusias oleh hadirin.

“Pengalaman ini menjadi kebanggaan tersendiri yang meneguhkan komitmen persaudaraan dan dialog lintas iman,” tambahnya.

Menag menutup sambutannya dengan harapan agar seluruh rangkaian SAGKI 2025 berjalan dalam terang Roh Kudus.

“Semoga Roh Kudus menyertai seluruh rangkaian kegiatan ini dan menuntun kita untuk menjadi pembawa damai bagi sesama,” ucapnya, diakhiri dengan salam lintas agama: “Terima kasih. Shalom. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Kesetaraan dalam Keberagaman

Sebelum seremoni resmi, SAGKI 2025 diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh selebran utama Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), didampingi para Uskup dan imam dari seluruh Indonesia.

Misa pembukaan ini merefleksikan tema kebinekaan secara nyata. Para peserta dan panitia mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di nusantara. Keberagaman ini juga terdengar dalam Doa Umat yang didaraskan dalam berbagai bahasa daerah, seperti Bahasa Bali, Surabaya, dan Manado.

Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC

Dalam homilinya, Mgr. Antonius Subianto menegaskan bahwa unsur penting dalam proses SAGKI 2025 adalah sikap saling mendengarkan Roh Kudus yang berbicara melalui semua peserta, tanpa kecuali.

“Semua peserta SAGKI adalah setara, baik yang termuda (21 tahun) maupun yang paling senior (80 tahun) ada di dalam SAGKI. Ada kardinal, uskup, imam, frater, bruder, suster, awam, orang muda, semuanya setara sebagai peserta SAGKI dan memiliki hak dan kewajiban yang sama,” jelas Ketua KWI.

Kesetaraan ini, lanjutnya, ditampakkan secara fisik dalam cara duduk peserta. Mereka duduk di meja bundar (round table), berbaur satu sama lain tanpa sekat-sekat status, jabatan, maupun usia.

“Partisipasi aktif dalam SAGKI membutuhkan kerendahan hati dan kemurahan hati untuk berbagi dalam dan untuk Gereja,” ungkapnya.

Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, dalam kata pengantarnya, mengajak seluruh umat yang hadir untuk memohon anugerah Roh Kudus agar seluruh rangkaian SAGKI dapat berkiprah lebih nyata untuk perdamaian bangsa dan menemukan arah pastoral Gereja dalam lima tahun ke depan. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.