
Katolikana.com, Tanjung Selor — Tim Indonesia Bermisi yang digawangi oleh RD. Markus Nur Widipranoto memberi pembekalan tim misi Keuskupan Tanjung Selor.
Tim Penggerak Misi Keuskupan Tanjung Selor (PMKTS) ini dikukuhkan dan mendapat perutusan pada Minggu (21/1/2024).
Pembekalan PMKTS dilaksanakan di Wisma Emaus, Keuskupan Tanjung Selor (KTS). Tim PMKTS diberikan penguatan, rekoleksi, review, dan merancang program-program misi yang akan dibuat di wilayah KTS.

Indonesia Bermisi
Indonesia Bermisi adalah program Komisi Karya Misioner Konferensi Wali Gereja Indonesia (KKM-KWI) yang menjaring kaum muda Katolik untuk turut terlibat aktif dalam karya-karya pelayanan gereja dan masyarakat.
Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia (Dirnas KKI) dan Sekretaris KKM-KWI RD. Markus Nur Widipranoto mengungkapkan, kuantitas dan kualitas kaum muda Katolik di Indonesia dibutuhkan pendampingan agar mereka mau dan mampu untuk bermisi baik ke dalam maupun ke luar gereja.
“Bermisi jangan dipandang sebagai sesuatu yang muluk. Kami berupaya memberi pendampingan dan pembekalan agar mereka yang akan diutus mampu menjalankan misi pelayanan-pelayanan gereja dan masyarakat,” jelas Romo Nur.
Mereka akan dibentuk agar mampu menjadi penggerak, leader, atau pun fasilitator dalam karya-karya pelayanan gereja mulai dari tingkat kategorial, kelompok doa, stasi, paroki, keuskupan, dan dalam hidup sosial.
“Harapannya, mereka memiliki bekal dan kemampuan untuk terlibat dan hadir menjadi tokoh-tokoh gereja maupun masyarakat di masa depan,” lanjutnya.
Peran Kaum Muda Dalam Misi Gereja Katolik
Menurut Romo Nur, program Indonesia Bermisi memang menyasar kaum muda Katolik. Menurutnya, kondisi demografis Indonesia yang luas memiliki keuntungan tersendiri, di mana dengan jumlah penduduk yang besar, jumlah anak muda juga pasti besar.
Hal ini yang mau ditangkap oleh Indonesia Bermisi. Dengan kuantitas anak muda yang besar diharapkan ada kualitas dan kekuatan untuk menjadikan kaum muda Katolik memiliki militansi dalam iman dan pelayanan.
“Kaum muda adalah generasi emas. Mereka merupakan generasi ‘saat ini’ yang juga memiliki tanggung jawab masa depan,” ungkapnya.
“Dengan kekuatan kaum muda yang besar, dibutuhkan juga program pendampingan yang berkesinambungan agar semangat dan kreatifitas mereka juga mampu menjadi penyokong gerak misi gereja Katolik di Indonesia,” pungkasnya.
Butuh Komitmen dan Militansi
Tim PMKTS beranggotakan tujuh orang. Mereka adalah kaum muda Katolik yang selama ini terlibat aktif dalam pelayanan-pelayanan gereja di tingkat paroki hingga keuskupan.
Pada 2020, tim Indonesia Bermisi mencari dan menawarkan ke paroki-paroki di KTS untuk membentuk tim misi yang akan berkarya di wilayah KTS. Dari 15 paroki, didapat 12 orang muda yang tertarik bergabung dengan tim misi ini.
Seiring berjalannya waktu, dengan berbagai kendala dihadapi, akhirnya tersisa tujuh orang yang setia dan berkomitmen dengan kelompok ini.

Karena dibentuk pada masa pandemi Covid-19, maka program pendampingan hanya bisa dilakukan secara daring.
Di sisi lain, tidak semua wilayah KTS memiliki jaringan komunikasi memadai, sehingga pendampingan dirasa tidak berjalan maksimal.
“Masalah lain, tidak semua dari mereka yang dipilih berdomisili di tempat yang ada sinyal komunikasi,”, ungkap Sr. Juliva Motulo, DSY, Direktur Dioses Karya Kepausan Indonesia – Komisi Karya Misioner (Dirdios KKI-KKM) KTS.
“Selain itu dibutuhkan komitmen dalam pelayanan, jJadi kami tidak bisa memaksa. Sehinga hanya tersisa tujuh orang yang memiliki komitmen dan satu visi dan misi dengan program ini. Anggap saja ini seleksi alam,” lanjut Sr. Juliva, DSY.
Sr. Juliva, DSY, berharap agar mereka mampu menjaga komitmen dan menghidupi semangat pemberian diri bagi perkembangan iman umat dan kaum muda di KTS.
“Saya juga berharap makin banyak kaum muda tertarik untuk bergabung dan mau ikut serta menjadi bagian dari PMKTS,” pungkasnya. (*)

Komsos Keuskupan Tanjung Selor