Anak Muda Jawa Timur Diubah Lewat Kegiatan ‘Obah-Ubah’

Lewat peringatan 400 Tahun Lumiere, anak muda dipanggil terlibat aktif dalam komunitas untuk merespon panggilan Kristus.

0 186

Katolikana.com, Kediri — Sekitar 70 remaja dan orang muda Katolik datang dari berbagai kota di Jawa Timur berkumpul bersama untuk mengikuti kegiatan Obah-Ubah di Griya Luisa, Gurah, Kediri, Jawa Timur pada Sabtu hingga Minggu (24-25/2/2024).

Kegiatan Obah-Ubah diadakan oleh Suster-suster Puteri Kasih untuk memperingati 400 tahun peristiwa Lumiere.

Lumiere adalah peristiwa di mana Santa Louisa de Marillac, pendiri Serikat Suster-suster Puteri Kasih (PK), mendapatkan pencerahan dari Roh Kudus atas pergumulan hidupnya saat berdoa di Gereja Saint Nicolas-des-Champs, Paris, Perancis pada 1623.

Peristiwa ini mendasari gerakan suster-suster Puteri Kasih saat ini.

Tema peringatan ini adalah Obah-Ubah. Suster Marselina, PK, ketua dari kegiatan ini mengatakan tema Obah-Ubah diambil karena berangkat dari pengalaman Santa Louisa sendiri.

“Sebelum mengalami peristiwa Lumiere, Santa Louisa acap kali sering merasa bersalah. Tidak keluar dari dirinya sendiri,” ujar biarawati yang saat ini bertugas di komunitas Santa Louisa, Kediri.

“Saat ia berjumpa dengan Santo Vincentius A Paulo ia diajak melayani dan keluar dan berubah,” lanjutnya.

Suster Kristi memberi apresiasi pada para peserta yang sudah tergerak untuk mengikuti kegiatan Obah-Ubah.

Hari pertama, peserta berkumpul di Aula Griya Luisa untuk menyaksikan penampilan tarian pembuka dari teman-teman Asrama Louisa, Kediri. Lalu, dilanjutkan dengan pengantar singkat dari Suster Kristi, PK mengenai tema kegiatan Obah-Ubah.

Suster Kristi memberi apresiasi pada para peserta yang sudah tergerak untuk mengikuti kegiatan Obah-Ubah ini.

Setelah sesi dari Suster Kristi, PK dilanjutkan dengan pengenalan Lumiere dari Suster Antonia, PK.

“Lumiere adalah bahasa Perancis yang berarti terang atau Cahaya, merupakan peristiwa bersejarah. Tanda dari Lumiere mengajak para suster-suster Puteri Kasih untuk melayani orang miskin,” jelas Suster Antonia, PK.

Suster Antonia, PK mengatakan bahwa Lumiere juga ada pada kita karena kita sudah dibaptis, dan kita harus berani menjadi saksi Kristus.

Sesi terakhir diisi oleh Romo Paroki Santo Vincentius A Paulo, Surabaya Paulus Dwintarto, CM. Pada sesi berjudul “Obah-Ubah-memaknai Lumiere bagi orang muda jaman ini” Romo Paulus mengajak peserta untuk keluar dari sendiri dan meresponi panggilan Allah dengan melayani sesama yang membutuhkan di sekitar kita seperti yang dilakukan oleh Santa Louisa.

Acara hari pertama ditutup dengan acara barbeque dan penampilan pentas seni dari para peserta.

Romo Paulus VMY

Vincentian Marian Youth (VMY)

Hari kedua, Minggu (25/2/2024) pukul 06.00 WIB peserta berkumpul untuk mengikuti senam bersama, setelah itu para peserta sarapan bersama lalu  dilanjutkan bermain games, bersih diri, dan snacks.

Sesi terakhir adalah pengenalan Vincentian Marian Youth (VMY) oleh Romo Paulus. VMY merupakan asosiasi yang didasari oleh semangat Bunda Maria dan Santo Vincentius A Paulo.

Komunitas ini didirikan oleh Bunda Maria saat ia menampakkan diri pada St. Katarina Laboure di Kapel Rue de Bac, Paris, Perancis pada 18 Juli 1830.

“Saat itu Bunda Maria meminta kepada Romo Jean Aladel, CM untuk mendirikan Asosiasi Putra-Putri Maria. Dari situlah Vincentian Marian Youth ini didirikan,” tutur Romo Paulus.

Asosiasi ini tersebar di berbagai negara di dunia dalam bimbingan dari Superior Jenderal CM dan PK. Tercatat, VMY tersebar di lima benua dan 78 negara dengan jumlah anggota lebih dari 37.000 orang.

Kegiatan dari VMY meliputi pertemuan rutin bulanan, pelatihan, seminar, rekoleksi, retret, kunjungan orang sakit, hingga berpartisipasi dalam Misi Umat Vinsensian.

Di Surabaya, pertemuan rutin VMY diadakan di dua tempat yaitu SMAK St. Louis 2 dan di Panti Asuhan Don Bosco.

Sebagai pembimbing VMY Surabaya, Romo Paulus juga mengenalkan suster-suster yang akan terlibat dalam menginisiasi komunitas VMY di Kediri, Bojonegoro, dan Tulungagung.

Romo Paulus mengajak peserta kegiatan Obah-Ubah untuk ambil bagian dalam kegiatan ini.

“Silakan bagi yang tertarik untuk bergabung Vincentian Marian Youth bisa menghubungi suster-suster di depan ini.”

Kegiatan Obah-Ubah ini ditutup dengan Misa di Stasi Santo Antonius yang dipimpin oleh Romo Paulus.

Alexander Juan dari Tulungagung mengatakan awalnya dia tidak tertarik mengikuti kegiatan Obah-Ubah. Ia mengikuti kegiatan ini karena diminta oleh Suster. Setelah mengikuti kegiatan ini ia mengaku bahwa kegiatan ini asyik, mendapatkan pengalaman baru, dan berharap menjadi pribadi yang lebih baik.

Emerensiana dari Paroki Santo Vincentius A Paulo, Kediri mengaku mengikuti kegiatan ini untuk mengisi waktu libur agar memiliki kesibukan. Ia mengaku memperoleh pengetahuan, banyak teman, dan pelajaran untuk mengisi waktu dengan baik.

Peserta lain dari Surabaya, Secillia Shevani merasa kegiatan Obah-Ubah ini menjadikan dia sebagai pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

“Kegiatan ini menumbuhkan spiritualitas, keimanan, kepedulian, inisiatif, dan rasa kebersamaan terhadap sesama,” tutur anggota misdinar Paroki Santo Vincentius A Paulo, Surabaya ini.

Foto bersama menjelang Misa Penutupan Obah-Ubah

Suster Marselina, PK berharap setelah mengikuti kegiatan Obah-Ubah ini orang-orang muda tergerak mau keluar dari dirinya, berani aktif di gereja, di lingkungan.

“Saya berharap teman-teman ikut ambil bagian dalam kegiatan menggereja, salah satunya Vincentian Maria Youth, sebagai alternatif dari sekian banyak kegiatan di gereja,” pungkas Suster Marselina, PK.

Kontributor: Sonia Indra Leitte Paula, volunteer Katolikana.

Leave A Reply

Your email address will not be published.