Kesehatan Jadi Tantangan Krusial Paus Saat Kunjungi Indonesia
Kondisi Paus Fransiskus sudah mulai menurun di usia 87 tahun.
Katolikana.com — Paus Fransiskus akan segera menjadi sosok Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia. Setelah kunjungan Paus Paulus VI pada 1970 dan Santo Paus Yohanes Paulus II pada 1989, masyarakat Indonesia perlu menunggu hingga 35 tahun untuk kembali dikunjungi oleh sosok sang pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia.
Saat kelak tiba di Indonesia, Fransiskus telah menjejak usia 87 tahun. Beliau lebih tua daripada dua pendahulunya yang pernah melawat ke Indonesia. Paulus VI datang ke Indonesia ketika berumur 73 tahun. Umur Fransiskus bahkan berjarak 18 tahun daripada Yohanes Paulus II yang datang ke Indonesia di saat beliau “masih” berumur 69 tahun.
Perbedaan usia tersebut kentara akan menjadi pembeda signifikan terkait bentuk kunjungan pontifikal Fransiskus di Indonesia. Isu kesehatan Fransiskus merupakan faktor krusial yang menjadi perhatian semua pihak dalam kunjungan kepausan kali ini.
Jamak diketahui, Paus Fransiskus menderita hernia dan telah menjalani operasi abdomen dan operasi usus besar. Selain itu, Paus juga mengalami gangguan pada kakinya yang membuatnya harus menjalani operasi lutut. Saat ini, beliau sudah bisa beraktivitas secara normal, meskipun harus dibantu dengan kursi roda.
Berdasarkan laporan L’Osservatore Romano, Fransiskus akan menjalani visitasi terpanjang selama masa kepausannya saat beliau menyapa empat negara di kawasan Asia Pasifik. Baik dalam jarak tempuh maupun durasi hari yang dihabiskan. Untuk kunjungan kepausan ini, Fransiskus harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 13.000 km dan meninggalkan Vatikan selama 11 hari penuh.
Paus direncanakan mengunjungi Indonesia pada 3-6 September, lalu bertolak ke Papua Nugini (6-9 September), Timor Leste (9-11 September), dan Singapura (11-13 September). Secara berurutan, Fransiskus akan mendatangi Jakarta terlebih dahulu. Kemudian beliau dijadwalkan bertandang ke Port Moresby dan Vanimo (Papua Nugini), Dili (Timor Leste), dan mengakhiri tur pontifikalnya di Singapura.
Sedianya kunjungan Fransiskus ke Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste telah dijadwalkan pada September 2020. Namun rencana tersebut urung terjadi. Musababnya, tak lain ialah pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia sejak awal 2020. Maka, sejatinya kunjungan ini adalah sebuah agenda yang akhirnya dapat terlaksana setelah sempat tertunda selama empat tahun.
Kunjungan yang Lebih Sederhana
Apabila hendak dibandingkan dengan kunjungan Yohanes Paulus II, agenda kunjungan Fransiskus akan terasa jauh lebih sederhana. Dari jumlah kota yang didatangi saja, Fransiskus membatasi diri untuk datang ke satu kota saja di Indonesia, yakni Jakarta. Total, Fransiskus juga hanya akan mendatangi lima kota dalam turnya ke Asia Pasifik.
Sementara itu, dalam visitasi Yohanes Paulus II ke Indonesia dulu, beliau menyempatkan singgah ke lima kota berbeda: Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Dili, dan Medan. Bahkan, Yohanes Paulus II menyempatkan diri untuk menginap satu malam bersama para seminaris di Seminari Tinggi Ritapiret, Maumere.
Kunjungan kepausan kala itu benar-benar memuaskan dahaga umat Katolik Indonesia yang benar-benar merindukan kehadiran sang gembala agung. Terutama di lima daerah yang beliau kunjungi, yang notabene menjadi “kantong” kekatolikan di Indonesia.
Apalagi sebelum itu Yohanes Paulus II juga sempat mendatangi Seoul (Korea Selatan). Setelah bertolak dari Indonesia pun Yohanes Paulus II langsung bertandang ke empat kota di Mauritius. Memang Yohanes Paulus II hanya bertandang ke tiga negara dalam kunjungan kepausan pada Oktober 1989. Sementara itu Fransiskus akan menyambangi empat negara sekaligus dalam kunjungannya September mendatang.
Hanya saja, perlu diingat pula bahwa Yohanes Paulus II menyambangi umat Katolik di sepuluh kota berbeda dalam kurun sepuluh hari tersebut. Dukungan kondisi fisik yang masih prima turut memungkinkan Yohanes Paulus II untuk menjalankan kunjungan kepausan dengan jadwal sepadat itu. Kondisi tersebut tidak dimiliki oleh Fransiskus yang kini kondisi kesehatannya mulai menurun.
Sangat wajar jika Vatikan mengatur sedemikian rupa supaya agenda kunjungan kepausan Fransiskus kali ini tidak membuat beliau kelelahan lantas jatuh sakit. Patut diduga, Fransiskus tidak akan dijadwalkan menjalani banyak agenda publik selama empat hari berada di Jakarta.
Apalagi ini merupakan lawatan kepausan perdana Fransiskus ke luar Italia di tahun 2024 dan Indonesia mendapat keistimewaan untuk menjadi negara non-Italia pertama yang akan dikunjungi Paus di tahun ini.
Demi lawatan tersebut, Fransiskus nantinya mesti menempuh penerbangan jarak jauh selama 14 jam dari Roma menuju Jakarta, melintasi lima zona waktu berbeda, untuk memulai tur Asia Pasifiknya.
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha