Hari Buruh Sedunia, Dorothy Day Bentuk Organisasi Gerakan Buruh Katolik

Gereja peduli dan memberikan perhatian masalah perburuhan atau pekerja. Aktivis Katolik Dorothy Day mendirikan Gerakan Buruh Katolik yang mendunia.

0 576

Katolikana.com – Hari Buruh Sedunia pada 1 Mei dirayakan buruh di berbagai penjuru dunia. Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Gereja pun memberikan kepedulian yang besar, dengan memasukan persoalan buruh dalam dokumen Ajaran Sosial Gereja. Bahkan, muncul organisasi Gerakan Buruh Katolik, yang dipelopori oleh Dorothy Day.

Dalam dokumen-dokumen Ajaran Sosial Gereja (ASG), para Paus memberi perhatian khusus kepada keberadaan para pekerja (buruh). Hal itu menunjukkan bahwa Gereja Katolik tidak menutup mata terhadap keberadaan dan kondisi kehidupan para pekerja. Gereja menetapkan Santo Yosep sebagai santo pelindung para pekerja (buruh).

Di luar hirarki Gereja Katolik, muncul organisasi independen yang didirikan oleh Dorothy Day, seorang aktivis dan jurnalis di Amerika Serikat, The Catholic Worker Movement atau Gerakan Pekerja Katolik. Ini merupakan salah satu organisasi pekerja Katolik berskala internasional.

Dorothy bersama Peter Maurin mendirikan The Chatolic Worker Movement pada Mei 1933, saat Amerika Serikat sedang dilanda Great Depression, suatu gelombang krisis ekonomi – penurunan  ekonomi yang ditandai dengan kejatuhan pasar saham pada Oktober 1929. Pada 1933 di Amerika jumlah pengangguran mencapai 25 persen dan sekitar 5000 bank gulung tikar.

Dalam kondisi ekonomi Amerika Serikat seperti itu, Dorothy Day (seorang jurnalis kiri) dan Peter Maurin (seorang pekerja berkebangsaan Prancis dan imigran ilegal), dengan semangat dasar “Hidup seturut keadilan dan cinta kasih Yesus Kristus”, membentuk The Catholic Worker Movement.

Tom Cornell dalam laman website The Catholic Worker Movement – seperti yang diakses Katolikana.com pada 30 April 2019 – menyatakan bahwa Dorothy Day dan Peter Maurin termotivasi oleh ajaran-ajaran Yesus khususnya “Khotbah di Bukit” dan Ajaran Sosial Gereja Katolik. Baik Yesus maupun para Paus menghendaki sebuah tatanan sosial yang di dalamnya tidak ada eksploitasi ekonomi, tidak ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, dan agama. Tatanan sosial yang mendukung setiap orang memperoleh keadilan,  para pekerja dan pemberi kerja saling bekerja sama mewujudkan kehidupan yang berkualitas dan bermartabat.

Dorothy Day/voanews

Menerbitkan koran pergerakan

Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama sejak pendiriannya, The Catholic Worker Movement menjadi sebuah gerakan sosial besar, yang memberikan perhatian kepada para pekerja, khususnya di pemukiman-pemukiman para pekerja di New York. Selain memberikan bantuan sosial kepada para pekerja yang terdampak oleh “Great Depression”, The Catholic Worker Movement juga menerbitkan sebuah koran yang bernama The Catholic Worker.

Koran tersebut dijual pertama kali di New York City saat pawai Partai Komunis pada May Day (Hari Buruh Sedunia) di Union Square, tahun 1933. Koran ini terbit sebanyak 7 kali dalam setahun. Harga jual tidak mengalami kenaikan. Dalam waktu yang tak lama, sirkulasinya mencapai 150.000 eksemplar. Dorothy Day menjadi editor sejak tahun 1933 sampai wafatnya tahun 1980. Para penulis koran tersebut adalah sukarelawan muda dan para penulis terkenal seperti Thomas Merton, Daniel Berrigan, dan Jacques Maritain.

Jim Forest pada laman website The Catholic Worker Movement menulis bahwa selain memberikan bantuan sosial, organisasi tersebut juga mendukung pembentukan serikat pekerja, hak-hak asasi manusia, koperasi, dan mengembangkan gerakan antikekerasan (non-violence).

Orang-orang yang aktif dalam The Catholic Worker Movement adalah sosok-sosok yang mengupayakan perdamaian, menjalani kehidupan tanpa senjata dan kekerasan. Banyak dari pekerja Katolik yang tergabung di dalamnya, menolak wajib militer atas dasar pertimbangan hati nuraninya. Bahkan ada pula para pekerja Katolik yang dipenjara karena memprotes rasisme, menolak praktik perburuhan yang tidak adil dan perang.

Sebagai sebuah organisasi independen – dalam arti tidak berada dalam hirarki Gereja Katolik – sejak pendiriannya sampai saat ini The Catholic Worker Movement berkonsentrasi pada masalah-masalah ekonomi, perburuhan, politik, moral, perlombaan senjata, hak-hak asasi manusia, masyarakat pinggiran, revolusi hijau, dan gerakan damai (non-violence).

The Catholic Worker Movement, selain memberikan bantuan sosial, organisasi ini juga mendukung pembentukan serikat pekerja, hak-hak asasi manusia, koperasi, dan mengembangkan gerakan antikekerasan. — Jim Forest

– diolah dari berbagai sumber

Editor: Basilius Triharyanto

Editor Katolikana.com, esais, dan dosen di Universitas Pelita Harapan, Tangerang

Leave A Reply

Your email address will not be published.