Katolikana.com — Sejarah Gereja Katolik modern, mengenal sosok Oscar Arnulfo Romero, seorang Uskup Agung dari El Salvador, yang dengan berani menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar.
Dari altar Gereja hingga gelombang radio, Romero menjadikan suaranya sebagai nyala keadilan di tengah kediktatoran yang menindas.
Romero bukanlah seorang revolusioner dari awal. Ia lahir pada 15 Agustus 1917 di Ciudad Barrios, sebuah kota kecil dengan realitas sosial yang keras. Sejak kecil, Romero dikenal taat, pendiam, dan penuh semangat rohani.
Ia ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1942 dan dikenal sebagai sosok konservatif, setia pada tradisi, dan menjauh dari arena politik. Namun dunia yang ia hadapi perlahan mengubah arah pelayanannya.

Foto: Alex Bowie/Getty Images/NPR.org
Gembala yang Bangkit
Perubahan besar dalam hidup Romero terjadi pada 1977, saat sahabatnya Pastor Rutilio Grande SJ, seorang imam Jesuit yang membela kaum miskin, dibunuh oleh militer.
Kematian Rutilio menjadi guncangan besar yang menggugah hati Romero. Ia tersadar bahwa sebagai uskup, dirinya tidak bisa hanya tinggal di altar tanpa merasakan derita umatnya.
Dari sanalah ia mulai tampil sebagai suara lantang, menyuarakan jeritan rakyat El Salvador yang dilanda kekerasan, kemiskinan, dan represi militer.
Romero mulai menggunakan setiap homilinya sebagai sarana pewartaan kebenaran. Melalui siaran radio mingguan, ia mengabarkan Injil sekaligus membongkar ketidakadilan yang dialami rakyat. Ia menyuarakan hak-hak dasar manusia, mengecam penindasan oleh militer, dan mendesak dialog serta keadilan.
“Mereka yang memiliki suara harus berbicara untuk mereka yang tidak memiliki suara,” kata Romero dalam salah satu khotbahnya yang paling menggugah. Kalimat ini menjadi manifesto pastoralnya.

Jalan Salib Seorang Uskup
Keterlibatannya dalam isu sosial membuat Romero menjadi sasaran ancaman. Ia diawasi, disadap, dan difitnah oleh banyak pihak, termasuk dari dalam Gereja sendiri. Namun ia tak gentar.
Baginya, pembelaan terhadap martabat manusia adalah bagian tak terpisahkan dari panggilan imamat. Romero hidup dalam ancaman, tetapi ia tetap setia kepada kebenaran Injil.
Hingga akhirnya, pada 24 Maret 1980, saat mempersembahkan Ekaristi di Rumah Sakit Divina Providencia, Romero ditembak mati oleh penembak jitu.
Saat tubuhnya rebah di altar, Gereja kehilangan satu suara, tapi dunia justru menemukan seorang martir.
Menghidupkan Harapan Dunia
Romero tidak mati dalam kesia-siaan. Ia menjadi simbol perlawanan damai, martir cinta dan keadilan. Darahnya menjadi benih solidaritas global bagi perjuangan kaum tertindas.
Pada 14 Oktober 2018, Oscar Romero dikanonisasi sebagai santo oleh Paus Fransiskus. Ia diakui bukan hanya sebagai martir iman, tetapi juga teladan keberanian bagi dunia modern.
Romero sejalan dengan semangat “preferential option for the poor” yang menjadi ruh Ajaran Sosial Gereja.
Ia menunjukkan bahwa Gereja tidak bisa netral di hadapan ketidakadilan. Iman bukan hanya soal spiritualitas pribadi, melainkan tanggung jawab sosial.

Menggema di Zaman Kita
Hingga kini, warisan Romero tetap relevan. Di tengah dunia yang masih dilanda ketimpangan sosial, intoleransi, dan represi, suara-suara profetik dibutuhkan lebih dari sebelumnya.
Romero mengajarkan kita bahwa menjadi Kristiani bukan sekadar merayakan liturgi, tetapi juga turun tangan dalam penderitaan dunia.
Romero adalah gambaran gembala sejati: mengenal dombanya, berjalan bersama mereka, dan bersedia memberikan nyawa. Kini, di era digital yang dipenuhi kebisingan informasi, kita pun diajak menjadi suara bagi yang dibungkam—melalui kata-kata, doa, dan tindakan nyata.
Seperti Santo Romero, mari kita hidup bukan hanya dalam iman, tapi juga dalam keberanian untuk mencintai sampai akhir. Karena dalam kasih yang berani, suara-suara kecil bisa mengguncang dunia. (*)
Kontributor: Sr. Antonia Manullang FCJM, mahasiswi Sekolah Tinggi Pastoral St. Bonaventura KAM.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.