
Kota Tangerang, Katolikana.com – Umat Paroki Santa Bernadet Pinang Kota Tangerang merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus yang bertepatan dengan 1 Sura Tahun Jawa, Jumat (27/6/2025), dengan perayaan inkulturasi yang memadukan liturgi Katolik dan tradisi budaya Jawa.
Perayaan yang bertajuk Pahargyan Syukur Tyas Dalem Gusti Yesus ini menjadi wujud iman inkarnatif yang menegaskan semangat 100% Katolik, 100% Indonesia.
Perayaan dimulai pukul 08.00 WIB dengan Ekaristi konselebrasi oleh Romo Ignas Sudaryanto CICM dan Romo Matius Pawai CICM. Misa dipersembahkan dalam bahasa Jawa dan diiringi gamelan serta paduan suara Karawitan Sekar Widya Laras.
Dalam homilinya, Romo Matius menekankan makna Hati Kudus Yesus sebagai lambang kasih Allah yang tak terbatas, yang menuntun umat seperti gembala menuntun domba-dombanya ke padang hijau dan air tenang.
“Kita diajak menata langkah hidup seperti memakai busana Jawa yang membuat kita harus melangkah perlahan, penuh hormat, dan tegak di hadapan Tuhan,” ujar Romo Matius, seraya menegaskan bahwa kasih Allah harus menjadi dasar hidup umat di tengah arus zaman yang cepat berubah.

Inkulturasi Tradisi Jawa
Di awal misa, umat diajak merenungkan tembang doa dan geguritan karya Ignatius Mujadi, yang melantunkan makna empat unsur kehidupan: bumi, air, angin, dan api, serta pentingnya menjaga alam ciptaan Tuhan.
Tembang Sinom juga mengingatkan para pemimpin untuk selalu berbakti kepada Tuhan dan mengajak kaum muda untuk berjiwa tangguh, melayani dengan kasih, dan setia pada janji panggilan hidup.
Usai misa, Bastian Widi selaku Koordinator Panitia menyampaikan terima kasih kepada seluruh umat, Romo Paroki, dan para donatur yang mendukung perayaan ini. Ia mengajak umat terus melestarikan budaya dalam iman Katolik dengan rendah hati dan semangat syukur.
Malam sebelumnya, Kamis (26/6/2025), diadakan Malam Doa Syukur dan Macapat menyambut Tahun Baru Sura. Seratusan umat menghadiri doa malam berbalut cahaya obor, alunan gender, rebab, dan siter di samping Aula Sehati Sejiwa.
Para penyekar melantunkan tembang Maskumambang, Mijil, Sinom, Asmaradana, Dandang Gula, Pangkur, Megatruh, dan Pocung – simbol perjalanan hidup manusia dari lahir hingga kematian. Romo Hieronimus Jemantur CICM mengapresiasi perayaan ini sebagai bentuk nyata inkulturasi iman dan budaya Jawa.

100% Katolik, 100% Jawa-Indonesia
Acara ditutup dengan sarasehan bertema 100% Katolik, 100% Indonesia dengan narasumber Romo Ignas Sudaryanto CICM.
Dalam paparannya, Romo Ignas menegaskan bahwa iman Katolik tidak bertentangan dengan budaya lokal selama tidak melanggar iman sejati, mengutip Mgr Sugiyapranata SJ dan Paus Yohanes Paulus II yang menegaskan semangat inkulturasi iman.
“Jadilah Katolik sejati yang taat pada sakramen dan iman, sekaligus jadilah Jawa-Indonesia sejati yang menghargai budaya luhur,” tegasnya. Romo Ignas mengingatkan agar umat bijak membedakan antara budaya dan praktik magis sinkretistik, serta menekankan pentingnya pendampingan pastoral yang meneguhkan iman.
Ia mencontohkan ekspresi iman Katolik Jawa: misa gamelan, doa kontemplasi, puasa dan askese, wayang wahyu, arsitektur gereja joglo, hingga kebaya dan lurik dalam liturgi. “Beriman inkarnatif adalah menjadi jembatan dialog iman dan budaya, seperti Kristus yang hadir nyata di tengah dunia,” pungkasnya.
Dengan perayaan ini, Paroki Pinang menegaskan bahwa iman Katolik tetap hidup, tumbuh, dan berakar dalam konteks budaya lokal. Kasih Tuhan menjadi nyata bukan hanya dalam doa dan liturgi, tetapi juga dalam setiap langkah dan tradisi hidup umat-Nya.
Kontributor: Totot Herwinoto, umat Paroki Santa Bernardet Pinang.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.