
Palembang, Katolikana.com—Lebih dari 1.500 umat Katolik dari berbagai komunitas berkumpul di Gereja Santo Yoseph Palembang dalam sebuah acara bincang iman bertema “Saat Kuasa Gelap Menyamar Jadi Cahaya”, Kamis (24/7/2025).
Acara ini diselenggarakan oleh Komunitas Kerahiman Ilahi Santo Yoseph Palembang dan Cana Community, didukung oleh Persekutuan Doa, Waberkat, OMK, serta Misdinar Paroki Santo Yoseph.

Narasumber yang hadir dalam diskusi ini mencakup lintas disiplin: Romo Pedro Iglesias Curto, SCJ—pakar spiritualitas dari Provinsi SCJ Spanyol; Devi Delia, M.Psi—psikolog dari Charitas Hospital Palembang; Tien Soedadi—pendoa dan devosan senior di Palembang; serta Romo Albertus Joni, SCJ atau yang akrab disapa Romo Koko sebagai moderator.
Dalam sambutan pembuka, Pastor Paroki RD Hyginus Gono Pratowo mengajak umat untuk menyelami kembali iman kepada Kristus sebagai benteng terhadap kuasa gelap yang kerap menyamar sebagai kebaikan.
“Acara ini bukan hanya tentang pengetahuan, tapi refleksi dan penguatan iman,” ujarnya.

Kuasa Gelap Tak Lagi Bersembunyi
Romo Koko dalam pengantarnya menyoroti bahwa kuasa gelap di masa kini tidak lagi tampil dalam rupa menyeramkan seperti cerita horor masa lalu.
“Ia hadir lewat praktik-praktik yang tampaknya sehat dan modern, seperti meditasi new age, yang mengaburkan batas antara iman dan mistik keliru,” jelasnya.
Ia mengingatkan bahwa meditasi Kristiani bukanlah masalah, tetapi campur-aduk ajaran dan penggunaan mantra-mantra asing harus diwaspadai.
Ia merujuk pada dokumen Vatikan tahun 2003 “Yesus Kristus Pembawa Air Hidup” yang memperingatkan tentang new age sebagai jalan pintas spiritual yang justru membuka celah bagi kuasa kegelapan.
Pengalaman para eksorsis seperti Mgr. Stephen Rossetti turut menegaskan betapa banyak orang yang justru kerasukan karena membuka “mata ketiga” lewat jalur spiritual non-Kristiani.

Jangan Cari Jalan Pintas
Devi Delia, M.Psi, memberikan pendekatan psikologis dalam menghadapi persoalan hidup. Menurutnya, banyak orang tergoda kuasa gelap bukan karena jahat, tetapi karena putus asa.
“Kita harus mengembangkan resiliensi—daya tahan batin yang diberikan Tuhan kepada setiap orang,” jelasnya. Ia menekankan pentingnya mengenal potensi diri dan tidak tergoda oleh solusi instan yang ditawarkan oleh praktik supranatural gelap.
Romo Pedro Iglesias Curto menambahkan bahwa kuasa gelap kerap hadir dalam bentuk abstrak: energi, kekuatan, atau istilah spiritual lain yang tidak mengakui pribadi Allah. “Jika ajaran itu menarikmu menjauh dari relasi dengan Kristus dan komunitas, berhati-hatilah. Bisa jadi itu bukan terang sejati, melainkan cahaya palsu,” ungkapnya.

Pemulihan Lewat Doa dan Sakramen
Pendoa Tien Soedadi menyampaikan kesaksian nyata tentang pemulihan umat yang pernah terlibat dalam praktik perdukunan, pesugihan, atau penggunaan jimat.
Menurutnya, banyak orang yang martabatnya berubah, bahkan menunjukkan gejala manifestasi roh jahat, jika tidak dilepaskan secara rohani.
“Kita harus kembali kepada Yesus, Sang Sumber Kasih dan Pemulihan. Hanya kuasa darah-Nya yang bisa menyembuhkan dan membebaskan,” tegasnya.

Ia mengajak umat untuk rajin mengikuti Misa, berdoa Rosario, Koronka, Angelus, dan memperdalam pemahaman akan Kitab Suci.
Acara ini menjadi peringatan bagi umat Katolik untuk tidak lengah. Di tengah dunia yang semakin kabur batas antara terang dan gelap, umat diajak untuk membangun iman yang teguh, rasional, dan tidak mudah tergoda oleh janji-janji spiritual yang tidak berpijak pada Kristus.
Dengan semangat refleksi dan persekutuan yang hangat, umat Palembang malam itu pulang membawa pesan yang kuat: waspada terhadap kuasa gelap yang menyamar sebagai cahaya, dan tetap berpegang pada iman yang sejati dalam Kristus. (*)

Setelah purna bakti guru di SD Xaverius 2 Palembang saat ini sebagai pendidik di SMA Xaverius 2 Palembang dan SMP Kusuma Bangsa. Sekretaris DPP Santo Yoseph Palembang Palembang, jurnalis di media lokal dan nasional dan aktif di beberapa organisas.