
Medan, Katolikana.com – Ribuan umat Katolik dan peziarah dari berbagai daerah memadati Graha Maria Annai Velangkanni, Medan, Minggu (21/9/2025).
Mereka datang untuk merayakan Pesta Syukur 20 Tahun berdirinya graha yang telah menjadi ikon rohani sekaligus simbol toleransi lintas agama di Sumatera Utara.
Perayaan misa syukur dipimpin oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap., didampingi Rektor Graha Maria Annai Velangkanni, RD. Gundo Franci Saragih, serta lima imam konselebran.
Tema yang diangkat: “Per Mariam Ad Jesum” (Melalui Bunda Maria menuju Yesus), menegaskan kembali devosi umat kepada Bunda Velangkanni sebagai perantara doa yang tak pernah lelah mendampingi peziarah.
“Graha ini harus tetap suci, terbuka, dan penuh rahmat”
Dalam homilinya, Mgr. Kornelius mengingatkan bahwa Graha Maria bukan sekadar tempat indah untuk berfoto atau rekreasi, melainkan rumah doa yang mempersatukan semua orang.
“Graha ini hanya akan menjadi berkat bila pengelolaannya jujur, transparan, dan penuh kasih,” tegas Uskup.
Ia mengutip pesan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium: “Ekonomi sejati harus berorientasi pada kesejahteraan semua orang, bukan hanya pada segelintir orang kaya.”
Ia menekankan bahwa peziarahan di Graha Maria seharusnya membawa orang semakin melekat pada Kristus.
“Setiap air mata menjadi doa, setiap langkah menjadi pertobatan, dan setiap syukur menjadi kekuatan baru,” ujarnya.

Jejak karya pendiri dan pengelola
Rektor Graha, RD. Gundo Franci Saragih, menegaskan bahwa amanat dari pendiri Graha, Pastor James Bharataputra SJ, adalah membiarkan Tuhan berkarya.
“Tugas kami sebagai pengelola hanyalah membantu agar tempat ini sungguh menjadi ruang doa, devosi, dan katekese iman,” katanya.
Ia juga mengakui adanya peziarah yang datang sekadar untuk berfoto. “Itu kenyataan, tetapi kami berharap di masa depan Graha ini semakin dikenal bukan hanya sebagai latar foto, melainkan tempat perjumpaan dengan Tuhan melalui Bunda Maria.”
Sementara itu, Prof. Dr. Johanes Tarigan, arsitek Graha Maria, mengenang awal pembangunan. “Dulu tanah ini kosong. Kini, peziarah datang dari seluruh dunia, dan banyak yang bersaksi tentang doa-doa yang terkabul,” katanya penuh syukur.
Kehadiran yang jadi berkat lintas iman
RP. Aaron Taogo’aro Waruwu OSC, Pastor Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat yang mewakili umat sekitar, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran Graha Maria.
“Bagi umat, Graha ini adalah oase iman di tengah hiruk pikuk kota. Bahkan, bukan hanya umat Katolik yang datang, tetapi juga umat dari agama lain. Itu adalah kekayaan dan keindahan,” katanya.
Aaron berharap Graha Maria tetap dijaga marwahnya sebagai tempat doa, bukan sekadar destinasi wisata. “Semoga setiap orang yang datang, pulang dengan hati yang disegarkan,” tambahnya.

Fakta tentang Graha Maria Annai Velangkanni
Graha Maria dibangun pada tahun 2005 dengan arsitektur unik bergaya India-Mughal, lengkap dengan menara tujuh tingkat yang melambangkan surga yang terbuka untuk semua orang. Gereja dua lantai ini dipersembahkan untuk Bunda Velangkanni, yang dipercaya pernah menampakkan diri di Tamil Nadu, India, sebagai “Bunda Penyembuh Orang Sakit”.
Bangunan ini berdiri di Jalan Sakura III, Medan, dan berada dalam wilayah Paroki Santa Maria. Peresmian dilakukan oleh Gubernur Sumut saat itu, Rudolf Pardede, sementara konsekrasi altar dilakukan oleh Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap.
Sejak berdiri, Graha Maria telah menjadi salah satu pusat ziarah rohani Katolik paling ramai di Indonesia. Setiap tahun ribuan peziarah datang untuk berdoa, bernazar, dan mengucap syukur, termasuk umat dari berbagai agama yang merasakan suasana damai di tempat ini.
Simbol kasih dan persaudaraan
Dua puluh tahun perjalanan Graha Maria Annai Velangkanni adalah bukti nyata kasih Allah yang bekerja melalui devosi umat kepada Bunda Maria. Tempat ini bukan hanya rumah doa, tetapi juga simbol persaudaraan, keterbukaan, dan harapan bagi semua orang yang mencari penghiburan.
“Biarlah Graha ini menjadi pusat cinta kasih, bukan pusat gengsi,” pesan Mgr. Kornelius dalam homilinya. (*)

Kontributor Katolikana, tinggal di Paroki St. Maria Ratu Rosari Tanjung Selamat Medan, Keuskupan Agung Medan.