Surakarta, Katolikana.com – Kalender Liturgi Gereja Katolik menetapkan 2 November sebagai Hari Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman.
Bulan November secara khusus ditetapkan oleh Gereja Katolik sebagai Bulan Arwah atau bulan untuk mengenang dan mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian (jiwa-jiwa orang beriman yang telah meninggal).
Perayaan Ekaristi 2 November 2025 selain sebagai Hari Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman juga menjadi hari yang penuh rahmat bagi umat menerima pengajaran iman atau katekese tentang kematian.
Romo Franciskus Anggras Prijatno, MSF memimpin Perayaan Ekaristi Misa II Hari Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman, Minggu (2/11/2025) pukul 08.00-09.15 di Paroki Santo Paulus Kleco Surakarta.
Selain merenungkan sabda dan Doa Syukur Agung, umat diajak berkatekese, menerima pengajaran iman tentang kematian dalam homili.
Permenungan dari Kitab Suci, bacaan-bacaan yang direnungkan:
Bacaan 2 Mak. 12-43-46 dan kutipan yang direnungkan:
Yudas mempersembahkan dua ribu dirham perak mengirimkan ke Yerusalam untuk mempersembahkan korban penghapus dosa orang yang sudah mati (anggota pasukan) dengan saleh dan memikirkan kebangkitan
Bacaan 1 Kor 15: 20-24a, 25-28 dan kutipan yang direnungkan:
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal, semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
Bacaan Yoh 6:37-40 dan kutipan yang direnungkan:
Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.
Saat homili, imam dalam Perayaan Ekaristi, meneguhkan kembali iman tentang kebangkitan setelah kematian. Sambil mendoakan saudara-saudari yang telah meninggal dan memohon rahmat kerahiman bagi saudara-saudari yang masih ada di api penyucian, umat memperoleh peneguhan iman.
Hidup hanya diubah, tidak dilenyapkan.
Katekese tentang kematian dalam homili
Saat hidup jiwa dan tubuh masih menyatu. Kematian jiwa dan tubuh terpisah.
Proses kematian bagi seseorang ada yang mudah ada juga yang meninggal dengan kejang-kejang, “tersengal-sengal”.
Hal ini menunjukkan, jika jiwa sudah dekat dengan Tuhan, seseorang tidak mengalami ketakutan akan kematian. Saat jiwa lepas dari raga mengalami keikhlasan. Jiwa yang tidak terbiasa dekat dengan Tuhan tampak kesulitan lepas jiwa dari raga.
Kematian membawa pemisahan raga dan jiwa. Raga dimakamkan, jiwa kembali pada Sang Empunya yaitu Tuhan. Jiwa adalah abadi, akan hidup dengan Allah.
Apakah selama hidup di dunia, selama jiwa ini menyatu dengan tubuh, apakah kita sudah membiasakan jiwa kita dekat dengan Tuhan?
Pada peringatan arwah semua orang beriman, kita diajak, memfokuskan diri pada jiwa, pada roh yang abadi.
Saat ini kita hidup di dunia. Batasannya adalah kematian.
Ketika kita melewati kematian, kita tetap hidup. Hidup bersama dengan Allah. Sama-sama hidup.
Apa yang diungkapkan Gereja adalah benar :”Hidup ini hanya diubah bukan dilenyapkan”.
Maka pada peristiwa berharga ini, memperingati arwah semua orang beriman, kita disadarkan bahwa hidup kita di dunia sementara saja.
“Gol kita, final kita adalah hidup bersama dengan Allah. Maka manfaatkanlah 24 jam hidup kita, jangan melulu dihabiskan untuk memikirkan raga kita. Raga akan mati. Perhatikanlah jiwa. Bawalah, kondisikanlah jiwa kita untuk selalu dekat dengan Tuhan,” kata Romo Franciskus Anggras Prijatno, MSF
“Jangan sampai nanti karena terbiasa tidak dekat dengan Tuhan, lalu jiwa kita memberontak tidak ingin lepas dari raga kita. Jangan sampai jiwa belum berani melangkah menuju kematian untuk hidup kekal bersama dengan Allah”, lanjut Romo Franciskus Anggras Prijatno, MSF dalam homili sekaligus menjadi katese tentang kematian.
Hidup yang abadi, hidup bersama dengan Allah.
Mendoakan dalam batin saat Doa Syukur Agung
Pada bagian mendoakan arwah, imam mengajak umat berdoa dalam batin.
“Ingatlah akan hamba-hamba-Mu (Umat dipersilahkan menyebut nama saudara-saudari yang didoakan dan masih ada di dalam api penyucian dalam batin) yang telah Engkau panggil dari dunia ini kepada-Mu. Berilah agar ia yang telah bersatu dengan Putra-Mu dalam kematian yang mulia, juga akan menjadi satu dengan Dia dalam kebangkitan.” (*)

Katekis di Paroki Kleco, Surakarta