Tragedi dan Komedi Kehidupan

0 24

Catatan Reflektif Romo Albert Herwanta, O.Carm, misionaris di Hong Kong.

Romo Albert Herwanta, O.Carm

Katolikana.com – Di tembok Feltrinelli yang lokasinya di dalam stasiun Santa Maria Novella, Firenze, Italia, tertera ungkapan indah tentang dikotomi kehidupan.

Bunyinya, “La vita non è una tragedia in primo piano, ma una commedia in campo lungo.” (Hidup bukanlah tragedi yang dilihat dari dekat, tetapi komedi yang dilihat dari jauh).

Itu dikutip dari Charlie Chaplin, komedian yang terkenal itu.

Memang, hidup ini diwarnai oleh pelbagai peristiwa yang sering dikategorikan ke dalam dua sifat atau warna dasar. Yang pertama tragedi dan yang kedua komedi.

Tragedi tampak peristiwa negatif, pilu, sedih, dan menguras air mata. Sedang komedi muncul dalam kehidupan yang penuh dengan sukacita dan tawa ria dari hal-hal lucu, konyol, dan membuat perut tergoncang-goncang.

Mungkinkah dua sifat kehidupan yang berbeda itu dipadukan? Ataukah keduanya mesti dipisahkan? Fakta menegaskan bahwa kita kerap tertawa dan tidak jarang kita menangis. Kita dipeluk oleh keduanya.

Tertawa senjata efektif
Mengapa kita tertawa? Mark Twain bilang, “The human race has one really effective weapon, and that is laughter” (Manusia punya senjata yang amat efektif, yakni tertawa).

Sedang Charlie Chaplin berkata, “A day without laughter is a day wasted” (Sehari tanpa pembuat tertawa adalah hari yang terbuang). Yang tidak bisa tertawa ada potensi jadi gila. Kalau terlanjur gila, malah tak berhenti tersenyum sendiri.

Menangis untuk kesehatan
Lalu, mengapa kita menangis? Biasanya orang menangis meneteskan air mata. Itu perlu untuk kesehatan, karena ada yang bilang bahwa mengeluarkan air mata berarti membuang racun. Apakah karena itu setiap kali selesai menangis orang merasa lega? “Who knows.”

Ternyata, baik tertawa maupun menangis mempunyai arti dan fungsi bagi kehidupan ini. Tertawa itu ekspresi rohani yang menyehatkan dan menghindarkan diri dari stress dan pelbagai penyakit batin lainnya. Jadi, daripada menelan obat stress, nikmatilah tertawa sepuas-puasnya.

Demikian pun menangis. Itu tidak selalu jelek. Kadang diperlukan dan tidak jarang menyehatkan. Untuk apa menyimpan racun, kalau itu bisa dibuang lewat air mata? Namun hanya air mata asli yang menyehatkan secara rohani. Air mata palsu justru membuat orang potensial jadi penipu. Misalnya, air mata buaya.

Warna kehidupan
Kembali ke dua warna kehidupan, yakni tragedi dan komedi. Bila mesti memilih, mana yang kita ambil? Tentu orang lebih memilih komedi, karena itu tampak lebih menyenangkan.

Namun sesungguhnya kita tidak dapat memisahkan keduanya. Buktinya, tidak semua pelawak bahagia hidupnya; bahkan ada yang berakhir dalam kesedihan dan tragedi. Inilah ironi antara tragedi dan komedi.

Tabik!

CaMing XLVII, 23 November 2025
HWDSF

Leave A Reply

Your email address will not be published.