Gembala Baik dan Murah Hati

0 785

Dalam Jurnal Teologi tahun 2013 terbitan Pusat Penelitian dan Pelatihan Teologi Kontekstual Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Romo Yohanes Gunawan merumuskan gagasan pastoral Mgr Ignatius Suharyo sewaktu memimpin Keuskupan Agung Semarang (KAS) sejak 22 Agustus 1997 sampai 25 Juli 2009. Gagasan itu adalah Gereja sebagai Peristiwa, Gereja sebagai Komunitas Pengharapan, Gereja sebagai Persekutuan, Gereja yang Kredibel, Gereja yang Murah Hati dan Gereja yang Ekaristis.

Dari beberapa gagasan itu, ada satu yang ditambahkan Mgr Suharyo saat mulai berkarya di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yaitu gagasan “Gereja yang Murah Hati” yang menjadikan semboyan KAJ menjadi “Gembala Baik dan Murah Hati”.

Gagasan “Gereja yang Murah Hati” merupakan ajakan Mgr Suharyo kepada Gereja KAS yang pada tahun 2000 menghadapi masa peralihan abad XX ke abad XXI, dampak krisis ekonomi bangsa tahun 1998, dan keprihatinan para domba yang sulit mendapatkan pelayanan rohani. Waktu itu, Mgr Suharyo kemudian mengajak para imam untuk memberikan pelayanan murah hati yang dapat memberi keuntungan spiritual dan keselamatan jiwa umat. Pelayanan yang diberikan, bukan sekadar asal-asalan, kaku, murahan, dan semaunya, tetapi pelayanan yang mengembangkan iman umat dan kebaikan bersama. Dengan pelayanan murah hati itu, diharapkan para gembala bisa menghadirkan wajah Gereja yang murah hati dan dicintai umat, juga dapat mempersatukan umat yang memiliki banyak pemikiran serta ide guna perkembangan Gereja yang hidup di tengah masyarakat.

Kurang lebih 10 tahun kemudian, semangat “Gembala Murah Hati” ini masih relevan diterapkan di KAJ. Setelah Mgr Suharyo diangkat menjadi Uskup Agung Koadjutor Jakarta pada 25 Juli 2009 dan dilantik menjadi Uskup Agung Jakarta pada 28 Juni 2010, ia mulai ikut dalam dinamika penentuan Arah Dasar (Ardas) KAJ yang berujung pada penambahan semboyan KAJ menjadi “Gembala Baik dan Murah Hati” yang mulai disosialisasikan dalam Ardas Pastoral KAJ 2011-2015.

Spiritualitas Gembala Baik diangkat dengan tujuan agar para gembala bertindak seturut teladan Yesus, Sang Gembala Baik. “Gembala yang baik mengenal dan dikenal domba-domba-Nya” (Yoh 1:14), juga akan peduli pada dombanya yang kesusahan dan tersesat (bdk. Yeh 34: 16). Sedangkan semangat murah hati bisa dipadankan dengan pelayanan yang rendah hati yang dilakukan dalam kesadaran akan Allah Mahatinggi dan terarah pada kemuliaan Tuhan. Pelayanannya dilakukan dengan ramah dan gembira, mengutamakan keselamatan umat, serta menyapa umat sebagai sesama dengan dorongan Roh Kudus sehingga dapat membuat para domba semakin kerasan tinggal dalam keluarga besar Gereja.

Rupanya, semangat “Murah Hati dan Rendah Hati” itu berasal dari moto Mgr Suharyo sewaktu ditahbiskan sebagai Uskup 20 tahun silam: “Serviens Domino cum omni humilitate” yang berarti “Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan” (Kis 20: 19). Kita berharap, semangat itu dapat terus memberikan inspirasi kepada kita semua, karena pelayanan murah hati bersumber dari Allah sendiri yang telah memberikan Putra-Nya untuk dikorbankan dengan harapan agar Gereja mau bermurah hati seperti yang sudah diajarkan Yesus sendiri. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk 6: 36).

Redaksi

Sumber artikel: http://majalah.hidupkatolik.com/2017/08/20/6613/gembala-baik-dan-murah-hati/

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.