Katolikana.com – Pandemi Covid-19 membawa dampak stres yang signifikan baik di kalangan mahasiswa maupun dosen akibat pola perkuliahan online.
Dosen Psikologi Klinis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Febriana Ndaru Rosita mengungkapkan hal itu dalam Live Talkshow #KatolikanaMuda bertajuk “Kontrol Stres Kuliah Online”, Minggu (28/2/2021), dipandu oleh Nicholas Feby Kurniawan dan Maria Fransiska Ayu D.Y.
Aktivis kesehatan mental dan mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia Zahra Desantari menemukan banyak pula teman-temannya yang mengalami stres saat kuliah online. Tak sedikit pula yang menjadikan dirinya sebagai tempat curahan hati akibat stres nya kuliah online.

Mahasiswa Stres, Dosen Juga Stres
Menurut Sita, bahkan tidak hanya mahasiswa, dosen pun stres saat melakukan kuliah online. Pandemi Covid-19 yang datang secara tiba-tiba berusaha menuntut kita untuk menyesuaikannya. “Adanya pandemi Covid-19 membuat kita semua kaget terhadap perubahan-perubahan yang terjadi termasuk pola perkuliahan online,” ujarnya.
Sita mengungkapkan bahwa pemicu stres yang terjadi pada mahasiswa biasanya ada faktor internal dan faktor eksternal. “Faktor internal itu menekankan pada kondisi diri sendiri seperti perasaan overthinking. Sedangkan, faktor eksternal itu terkait dengan lingkungan sekitarnya, bisa keluarga, teman, bahkan terkait regulasi dari dosen itu sendiri,” ungkapnya.
Sita menambahkan kuliah online membuat mahasiswa akhirnya merasa sendiri. Sehingga dalam keadaan inilah muncul tekanan pemicu stres.
Faktor pemicu lain yang juga disebutkan seperti terkait sarana dan prasarana kuliah, dosen yang memberikan tugas mendadak, dan sebagainya.
“Ketika dosen memberikan tugas tengah malam, itu juga membuat stres mahasiswa. Ketika ada gangguan sinyal atau fasilitas kuliah yang tidak memadai itu juga bisa membuat mahasiswa stres,” ujar Sita.
Sita menegaskan, karena kuliah online serba menggunakan teknologi digital, akhirnya “memaksa” para mahasiswa maupun dosen bisa merasakan kelelahan atau disebut dengan burn out.
“Terpaan arus informasi, lebih banyak berinteraksi dengan layar laptop maupun smartphone membuat fisik pun juga cepat lelah. Ketika mengalami burn out, lebih baik istirahat. Jangan dipaksa, nantinya akan berdampak dalam jangka waktu yang panjang” tambahnya.
Media Sosial Sebagai Media Curhat
Zahra juga sering mengamati teman-temannnya yang mencurahkan segala perasaan atau persoalan di sosial media. Menurutnya, ini bukanlah jalan yang tepat karena tidak semua orang mampu merasakan apa yang kita rasakan dan belum tentu mampu memberikan solusi yang tepat.
“Tidak mampu memberikan respon yang tepat atau yang sesuai dengan keinginan kita justru terkadang mampu membuat mental kita semakin drop,” ujar Zahra.
Zahra menambahkan cara terbaik adalah dengan tidak terlalu terbuka di sosial media dan memilih seseorang yang tepat sebagai tempat curahan hati.
Sita pun menyetujui akan hal tersebut. Ia mengatakan, tren curhat di media sosial mengenai permasalahan sehari-hari justru mengkhawatirkan.
Sita mengungkapkan bahwa curhat di media sosial sebenarnya terbuka. Orang bisa saja support, tetapi juga ada yang kontra. Ketika seseorang justru mendapatkan pandangan yang kontra, orang akan semakin stres dengan permasalahannya.
“Kenapa kita tidak mencari kawan yang sesungguhnya, yang tahu kita seperti apa. Daripada curhat melalui media sosial,” ujar Sita.
Gejala Stres
Menurut Sita, gejala stres dapat diketahui dari perubahan pola perilaku seseorang. Gejala stres, dapat dikenali secara mudah ketika berada di dekat seseorang itu.
“Perubahan perilaku seperti emosi yang tidak stabil, mudah marah, mudah tersinggung bisa diidentifikasikan sebagai gejala. Seperti biasanya orang itu ceria, tetapi tiba-tiba murung,” ungkap Sita.
Sita mengungkapkan seseorang dapat mengambil tindakan untuk mengurangi rasa stres yang dirasakan. “Mekanisme menghadapi stres terdapat dua cara yaitu, fokus pada permasalahan dan fokus pada emosional,” ujarnya.
Sita menambahkan permasalahan itu bisa datang dari tugas-tugas kuliah, jadwal kuliah dan lainnya. Sementara jika menilik pada sisi emosional, setiap individu memerlukan istirahat selepas mengerjakan tugas-tugas.
Upaya Mengatasi Stres
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres seperti beristirahat dan melakukan aktivitas yang membuat seseorang itu merasa senang.
“Seperti menonton film, me–time, bertamasya, dan sebagainya. Banyak cara yang bisa dilakukan dan setiap individu itu berbeda. Hanya dirinya sendiri yang tahu harus bagaimana,” ungkapnya.
Sita juga memberikan peringatan untuk tidak melakukan self-diagnose. Sita menganjurkan untuk lebih baik melakukan konseling kepada psikolog atau psikiater yang sudah tersedia.
“Tidak salah jika dapat mencari tahu keadaan psikisnya sendiri, namun perlu tahu batasan. Jangan memendam, bisa juga sebagai alternatif ceritakan permasalahanmu kepada orang yang kamu percaya,” ungkap Sita.
Sakit Mental Seperti Halnya Sakit Fisik
Menurut Sita, sakit mental itu seperti halnya sakit fisik. “Sakit mental ada yang bisa sembuh sendiri. Tetapi ketika seseorang membutuhkan teman atau tenaga profesional dianjurkan untuk datang berkonsultasi,” ujarnya. Menurut Sita, punya masalah mental itu tidak apa-apa, nanti bisa sembuh apabila dirawat.
Sita menambahkan mental yang tidak dirawat dapat berpengaruh dengan menurunnya produktivitas. Merawat diri atau self care itu penting di masa sekarang.
“Lakukan apa yang membuatmu nyaman, selama itu tidak merugikan diri sendiri dan orang lain,” ucap Sita.
Di akhir perbincangan kedua narasumber berpesan kepada Sobat Katolikana untuk tetap menjaga kesehatan mental, misalnya dengan memanfaatkan layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA) dari Pemerintah. []
Kontributor: Nicholas Feby Kurniawan, Maria Fransiska Ayu Diva Yulita, Maria Friday Letisia M. B. Jenala, dan Maria Aufrida Ardhieawati (mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Live Talkshow “KatolikanaMuda hadir setiap hari Minggu pukul 13.00 kerjasama Katolikana TV dan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.