Hai, Orang Muda, Kamulah yang Membutuhkan Gereja!

Dalam konteks kegiatan promosi panggilan kepada Orang Muda Katolik, kita mesti membuat mereka merasa tertantang.

0 829

Katolikana.com—Promosi panggilan untuk menarik perhatian orang muda Katolik agar mau dan berani bergabung di lembaga hidup bakti, sebagai imam, bruder, atau suster, ternyata tidak mudah. Butuh cara atau pendekatan baru untuk menyentuh mereka.

Fenomena ini mengemuka dalam perbincangan pada acara temu virtual para promotor panggilan (prompang) sejumlah tarekat atau kongregasi, Senin (24/5/2021) lalu. Temu virtual ini merupakan lanjutan dari temu virtual tim prompang yang diselenggarakan sebelumnya.

Temu virtual ini antara lain dihadiri oleh Frater Aldy SJ, Suster Yoel, SFD, Frater Tian Gunardo OFM, dan dibuka oleh Romo Lukas H. Purnawan MSF atau lebih akrab disapa Romo Ipeng MSF.

Para peserta berbagi cerita tentang suka duka, strategi, dan harapan dalam mengemban tugas sebagai seorang promotor panggilan di dalam kongregasi atau tarekat masing-masing.

Kita Menyiram, Lainnya Memamen

Sr. Yuli, OSU membagikan pengalamannya bahwa selama ini timnya sudah menggerakkan sejumlah kegiatan dalam rangka menggaet orang muda yang mau menjadi calon Suster.

Contoh kegiatan yang telah digalakkan misalnya, membuat grup simpatisan. Pihaknya memberi nama kelompok simpatisan tersebut dengan sebutan ‘Sahabat-sahabat Santa Angela’ mengikuti nama pendiri tarekat.

“Suatu Ketika kami pernah memiliki belasan simpatisan yang sudah menunjukkan tanda-tanda ingin bergabung. Tahu-tahu, mereka memilih bergabung dengan tarekat lain,” ujar Suster Yuli OSU yang disambut gelak tawa peserta lain.

“Ya, kadang itu juga bisa terjadi. Kita yang menyiram, eh yang lain yang memanen. Tetapi itu tidak masalah, yang penting ia tetap mau menjadi biarawati,” lanjutnya meneguhkan.

Suster Yoel SFD mengatakan, selama ini tim sudah mencoba untuk gencar melakukan promosi lewat TikTok. Paling tidak, menurut pengakuannya, ada juga yang akhirnya terpanggil.

Kata Siapa Gereja Membutuhkan Kamu?

Romo Ipeng MSF mengusulkan satu poin tambahan terkait bagaimana cara meyakinkan kaum muda akan panggilan yang ada di dalam diri mereka.

“Kalau melakukan kegiatan promosi panggilan dengan orang-orang muda, jangan bilang: Bergabunglah dengan kami, karena Gereja sangat membutuhkan kamu,” kata Romo Ipeng sambil menyibakkan rambut panjangnya yang terurai ke muka.

“Katakanlah begini: Hai orang muda, kata siapa Gereja membutuhkan kamu? Meski kamu tidak ada, Gereja juga masih akan tetap ada. Kamulah seharusnya yang membutuhkan Gereja!” tambah Romo Ipeng.

Menurut Romo Ipeng, tentu saja dalam konteks corak keberimanan secara keseluruhan dewasa ini, jargon ‘Gereja membutuhkan orang muda’ itu sudah betul dan mutlak relevan. Mengingat sekarang ini makin banyak orang muda yang merupakan masa depan Gereja, malahan tidak tertarik untuk terlibat dalam hidup menggereja.

Romo Lukas H. Purnawan MSF atau lebih akrab disapa Romo Ipeng MSF. Foto: Youtube

Namun, dalam konteks kegiatan promosi panggilan kepada rekan-rekan muda, kita mesti membuat mereka merasa tertantang.

Menurut Romo Ipeng, dengan membalikkan jargon ‘Gereja membutuhkanmu’ yang selama ini sudah sering kita pakai, harapannya orang-orang muda itu bisa tergerak.

“Dengan jargon ‘Kamulah yang membutuhkan Gereja’, kita menyergap orang muda dengan sebuah kesadaran bahwa dia tidak dapat bergerak sendiri. Hanya di dalam Gereja-lah ia dapat menerima rahmat, mengalami perjumpaan dengan Tuhan, dan bergerak untuk menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan di dalam hatinya. Dialah sebetulnya yang membutuhkan Gereja,” ujar Romo Ipeng.

Pernyataan Romo Ipeng MSF ini inspiratif sekaligus menjadi cara baru untuk meyakinkan orang muda yang merasa terpanggil tetapi masih ragu, juga untuk ‘menggoyahkan keangkuhan’ orang-orang muda yang hari-hari ini merasa tidak lagi berkewajiban untuk terlibat di dalam Gereja, tetapi diam-diam di dalam hatinya masih memiliki kerinduan akan Tuhan.

Dengan mengatakan ‘Gereja membutuhkan kamu’ dalam promosi panggilan, bisa jadi kaum muda justru menangkap nuansa kepasrahan. Seolah, Gereja tak punya pegangan lain selain orang muda. Padahal, nyatanya, orang muda hanya salah satu elemen saja.

‘Kamulah yang membutuhkan Gereja’ merupakan tawaran tepat dan patut dicoba untuk menantang dan meyakinkan orang muda akan panggilan dalam dirinya.

Harapannya, orang muda bisa menyadari kembali identitas aslinya sebagai seorang pengikut Kristus, dan hanya melalui Gereja-lah kesejatian identitas itu dapat dinyatakannya dengan tepat.*

 

Mahasiswa STF Driyarkara Jakarta, asal Manggarai, Flores.  Tertarik pada ulasan-ulasan filsafat; menyukai puisi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.