
Katolikana.com—Sejatinya pelayanan tidak melulu soal gereja. Kepedulian pada sesama yang membutuhkan juga termasuk perwujudan bahwa kita mengasihi Allah dan menggenapi panggilan-Nya.
Kondisi seperti ini menuntut kita untuk ‘urip anyar nganggo nalar’, di mana kita harus cepat mengikuti perubahan dengan tetap mengandalkan akal sehat dan hati nurani.
Di sejumlah daerah, PPKM berangsur-angsur turun level. Aksi kemanusiaan gerak cepat menyambutnya dengan berjibaku melakukan vaksinasi massal. Di tengah kondisi itu, ribuan anak yatim akibat pagebluk di depan mata menanti harapan.
Aksi kemanusiaan gerak cepat ini pun seakan memberikan harapan yang baru bagi mereka yang terdampak pandemi. Hal ini dilakukan oleh Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang (Karina KAS) dan Komunitas Sambatan Jogja (Sonjo).
Direktur Yayasan Karina KAS Romo Martinus Sutomo, Pr dan inisiator gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) Rimawan Pradiptyo membagikan pengalamannya dalam Live Talkshow di Kanal Youtube Katolikana, Senin (30/8/2021).
Tanpa Pandang Bulu
Karina KAS merupakan lembaga sosial milik Keuskupan Agung Semarang. Tugasnya terkait dengan kegiatan social dan kemanusiaan, khususnya penanganan bencana.
“Sekarang ini ada bencana Covid-19, maka Karina KAS turut hadir dan terlibat bersama lembaga-lembaga lain dan pemerintah,” jelas Romo Tomo.
Menurut Romo Tomo, karya mereka dimulai saat diumumkan bahwa Indonesia darurat Covid. Meski dikelola oleh Keuskupan Agung Semarang, dalam hal membantu, mereka tak pandang bulu.
“Tidak hanya membantu umat Katolik tetapi semua, termasuk umat beragama lain. Anggota relawan Karina KAS pun beragam agama dan latar belakang. Ini menyenangkan, karena kerja kemanusiaan itu tidak lagi memandang yang namanya agama,” tambahnya.
Selama pandemi Covid-19, Karina KAS melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Pembagian APD atau alat protokol kesehatan.
Karina KAS membantu sejumlah lembaga kesehatan, seperti Puskesmas, klinik, atau rumah sakit, khususnya rumah sakit kecil dan yang sungguh membutuhkan.
2. Pembagian bahan pangan.
Diberikan dalam bentuk bahan mentah maupun matang. Karina KAS juga bekerja sama dengan relawan untuk saling mengisi dan membantu.
3. Subsidi dana
Ini diberikan khusus untuk anak-anak yang terdampak, terutama anak perantauan dari luar Jawa yang kesulitan mengakses bantuan dari rumah karena keluarganya juga terdampak Covid. Karina KAS membantu dana untuk kos atau kebutuhan mendesak lainnya. Dampak Covid juga membuat banyak anak kehilangan orang tua. Sebagai langkah bela rasa kepada mereka yang kehilangan orang tua, Karina KAS memberikan paket berupa sembako, multivitamin dan uang saku.
4. Edukasi kepada masyarakat
Edukasi dilakukan dengan pembagian leaflet dan video bersama dengan pembagian sembako, yang isinya pengetahuan tentang Covid. Kegiatan ini bekerja sama dengan Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang.
5. Membantu pembuatan stasiun wastafel atau cuci tangan portable.
Karina KAS membuat dan menyediakan alat berukuran kecil yaitu ember yang dibagikan kepada para pelaku UMKM di pinggir jalan, hingga membuat alat besar yang dipasang di pasar-pasar di Yogyakarta. Tujuannya untuk mendidik mereka agar tetap higienis.
6. Pendirian griya karantina
Terinspirasi dari cerita bahwa ada seorang tenaga kesehatan yang ditolak kembali ke kos karena dianggap datang dengan membawa virus, Karina KAS berinisiatif mendirikan tempat untuk menampung. Sehingga jika ada kasus serupa, pihak Karina KAS bisa membantu.
Iman Tanpa Perbuatan, Mati
Bagi Romo Tomo, hidup beriman tidak pernah lepas dari kegiatan kemanusiaan. Iman kita sebagai umat Kristiani memiliki dua tujuan, yaitu ungkapan iman dan perwujudan iman.
Kita sebagai orang beriman harusnya mengingat pesan Kitab suci, bahwa ‘iman tanpa perbuatan itu mati’.
“Kalau saya mengatakan saya mengasihi Allah maka harus ada wujudnya. Langkah perwujudannya adalah tindakan konkret yang bisa menjadi bukti ungkapan cinta dan beriman kepada Tuhan, yakni melewati aksi sosial kemanusiaan,”jelasnya.
Dari situ, Romo Tomo tertarik melakukan aksi sosial, di mana ia bisa menjumpai kehadiran Allah justru di tengah-tengah mereka yang sedang mengalami kesulitan.
“Saya sudah diberi banyak hal yang baik oleh Tuhan dan anugerah-Nya luar biasa, yakni keselamatan maupun karunia yang tidak pernah saya minta,” ungkapnya.
“Saya sudah diberkati, maka saya juga harus menjadi berkat untuk orang lain, terutama mereka yang mengalami kesulitan,” imbuhnya.
Romo Tomo menegaskan, kita akan mendapatkan suka cita saat membantu sesama, terlebih jika tidak ada tuntutan untuk mencari imbalan. Apalagi, kita melakukan itu dengan tulus dan oleh karena kasih Allah.
Sambatan Mengangisipasi Covid-19
Komunitas Sambatan Jogja (Sonjo) terbentuk pada 24 Maret 2020, dengan fokus di tiga bidang, yaitu kesehatan, ekonomi dan pendidikan.
“Ketiganya tidak bisa dilepaskan satu sama lain, sebab ketiga bidang tersebut merupakan hal penting dan kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas inisiator gerakan Sambatan Jogja Rimawan Pradiptyo.
Sonjo fokus pada bagaimana cara mengurangi dampak negatif pandemi untuk rekan-rekan yang berisiko dan rentan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Sonjo melakukan itu dengan sangat dinamis. Dari awal hingga sekarang bisa berbeda bentuknya. Sonjo memulainya dengan sebuah pertanyaan dan permasalahan.
“Ketika ada masalah kami mencoba antisipasi. Kemudian kami membuat program-program. Sekarang kami sedang fokus dengan percepatan vaksinasi,” ujar Pradiptyo.
Adanya virus varian Delta membuat dampak yang begitu dahsyat. Bahkan sejumlah anak menjadi yatim piatu.
Sonjo mencari cara dan merumuskan apa yang bisa mereka lakukan di masa mendatang berkaitan dengan anak-anak.
“Ini bukan hal mudah karena merupakan fenomena sosial. Ini hal yang tidak bisa kami prediksi di awal sampai pertengahan Sonjo saat ini,” jelasnya.
Adaptasi dan Inovasi
Menurut Rimawan, jangan terlalu berharap bahwa perekonomian kita akan kembali lagi seperti sebelum pandemi.
“Saat ini yang bisa kita lakukan dan perlukan adalah adaptasi, yaitu menyesuaikan diri dengan sistem yang baru bahwa kita harus berprogres. Kedua, inovasi, yaitu mencari terobosan untuk memutar roda perekonomian dengan cara berbeda.
Saat awal pembentukan Sonjo mengembangkan Etalase Pasar Sonjo. Sistemnya seperti marketplace pada umumnya, namun tanpa dipungut biaya.
“Tinggal dibuka lewat Handphone, orang akan melakukan jual beli dengan mudah. Itulah yang kami kembangkan,” jelasnya.
Sonjo melakukan pembinaan kepada para pelaku UMKM dengan menyediakan portal dan memberikan perbaikan skill.
“Kalau mengandalkan modal terus, itu tidak akan ada habisnya,” ujarnya. **

Pribadi yang terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Mahasiswa asal Pandaan, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.