Katolikana.com—Denting lonceng menggema lembut saat siang menyapa sejuknya daerah Pakem siang itu. Riuh rendah kendaraan bermotor lalu lalang di sekitar Pasar Pakem beriringan dengan sayup gema lonceng.
“Silakan, Mas. Romo sudah siap di dalam,” sapa bapak tua yang menemui Katolikana saat mengunjungi Gereja Paroki Pakem, Sleman, Yogyakarta, awal Oktober 2022 lalu.
Siapa sangka, di gedung gereja sederhana ini terdapat Sumur Kitiran Mas, satu destinasi wisata rohani alternatif yang terletak di Gereja Maria Assumpta Pakem, 15 km ke arah utara Tugu Yogyakarta.

Mata Air Iman
Sebagai tempat peziarahan umat Katolik, lokasi ini tergolong unik. Bila di tempat peziarahan lain identik dengan patung Bunda Maria dan Tuhan Yesus, di sini perlambangan tersebut ditunjukkan melalui adanya suatu sumur di dalam sebuah gereja.
“Awal mula penggalian sumur itu dulu didasari oleh besarnya devosi umat Pakem kepada Bunda Maria, bahkan dulu itu sempat masing-masing wilayah mempunyai Gua Maria sederhana untuk tempat devosi umat”, tutur Kepala Paroki Santa Maria Assumpta Pakem, Romo Tarcisius Insaf Santoso, Pr.
Besarnya devosi umat Pakem pada Bunda Maria mendorong umat berdevosi secara terpusat di gedung gereja.
Patung Bunda Maria ditahtakan di samping utara altar. Di depannya disediakan satu cawan berisi air agar memberi kesan sejuk pada umat yang ingin berdoa di depan patung Bunda Maria.
“Baru pada tahun 1985, penggalian sumur dilakukan dari inisiatif Romo Sindhunata, SJ. Beliau yakin kalau di bawah patung Bunda Maria ada sumber air yang akan bermanfaat bagi umat,” tambah Romo Tarcisius.
Penggalian dilakukan dengan melakukan tirakat agar seluruh proses berjalan dengan lancar. Tirakat dilakukan dengan mencari tujuh air dari mata air di sekitar lereng Gunung Merapi. Selain itu juga diadakan prosesi mencari tujuh bunga yang berbeda.
Romo Tarcisius mengungkapkan penggalian sumur saat itu berjalan lama. Proses penggalian yang masih menggunakan cara tradisional menyebabkan proses penggalian berjalan lambat.
“Kalau dari cerita yang saya tahu, waktu itu umat sempat pesimis karena (proses) penggalian waktunya lama sekali. Selain itu, lubang yang bisa digali itu diameternya kecil sekali. Mustahil kalau di bawah sana ada sumber air,” ujar Romo Tarcisius.
Akhirnya setelah dilakukan novena sembilan hari berturut-turut, beberapa waktu setelahnya ternyata air mulai menyembur dari lubang itu. Tujuh air sumber dan tujuh bunga yang digunakan dalam prosesi tirakat juga dimasukkan jadi satu ke dalam lubang yang sudah digali.
Rasa gembira umat diungkapkan dengan memberi nama sumur tersebut Sumur Kitiran Mas. Nama tersebut diambil berdasarkan tokoh pewayangan Semar yang sering digunakan untuk melambangkan manusia papa sekaligus dewa penyelamat saat terjadi kekalutan.
Peristiwa Iman
Berita terkait adanya sumber mata air di dalam Gereja Pakem ini tersebar luas di masyarakat. Saat pertama kali kemunculannya, sejumlah umat mengunjungi Sumur Kitiran Mas untuk berdoa dan berziarah.
Air yang keluar dari sumber mata air ini diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan memberi kedamaian bagi orang yang meminumnya.
Sayangnya, 15 tahun setelah penggalian, sumur ini mengalami perpindahan makna. Sejumlah umat menjadikannya alat klenik yang tak sesuai dengan tujuan devosi. Maka dari itu peziarahan Sumur Kitiran Mas sempat ditutup.

Hingga tahun 2001, Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr. Ignasius Suharyo kembali mengizinkan pembukaan kembali tempat ziarah Sumur Kitiran Mas. Pemberkatan kembali dilakukan dengan harapan ujub dan devosi dari didirikannya tempat ziarah ini mampu senantiasa mengarahkan umat pada Bunda Maria.
Peziarah asal Tempel, Sleman, Veronika Tri Susilawasti mengakui ada pengalaman iman yang terjadi setelah meminum air dari Sumur Kitiran Mas.
Awalnya, Tri hanya berziarah ke tempat ini karena bosan dengan ziarah ke Gua Maria. Sampai akhirnya Tri membawa pulang air dari sumur dan mencoba meminumkan ke saudarinya yang sedang terkena stroke.
“Sebelumnya dia tidak bisa bicara. Setelah didoakan dan minum air sumur yang saya bawa, seperti ada mukjizat. Saudari saya sedikit-sedikit mulai bisa berbicara dan gejala strokenya perlahan mulai sembuh,” tutur Tri.
“Sebenarnya tidak bisa dipastikan kalau air sumur ini mampu menyembuhkan. Pesan saya bagi umat, tetap arahkan hati kepada Allah Bapa. Biarlah air ini menjadi penyegar bagi kita yang masih berziarah di dunia ini”, ungkap Romo Tarcisius.
Rute
Jika Anda ingin berkunjung ke Sumur Kitiran Mas Anda dapat naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum untuk mencapai Gereja Pakem.
Bila memutuskan untuk baik kendaraan umum, Anda dapat naik bus tujuan Terminal Pakem dan turun di halte RS Panti Nugroho. Dari halte, Anda dapat berjalan sekitar 100 meter menuju Gereja Pakem. (*)
Kontributor: Natania Valentine, Gabriella Nusaca, Fristian Setiawan, Yosafat Bayu.

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.