Dua Mata Dua Telinga dan Satu Mulut
Potongan baris puisi berjudul “Telepon Genggam” mengingatkan dan mengajak saya untuk merenung. Dalam satu hari, tangan dan mata ini tidak bisa berjauhan dari benda kecil seukuran genggaman telapak tangan yang bernama: telepon genggam.