Dua Mata Dua Telinga dan Satu Mulut

Telepon genggam: surga kecil yang tak ingin ditinggalkan. -- Joko Pinurbo, 2023

0 147
Hario Prabowo

Oleh Agustinus Hario Prabowo, Paroki Santo Aloysius Gonzaga Mlati

Katolikana.com—Potongan baris puisi berjudul “Telepon Genggam” mengingatkan dan mengajak saya untuk merenung. Dalam satu hari, tangan dan mata ini tidak bisa berjauhan dari benda kecil seukuran genggaman telapak tangan yang bernama: telepon genggam.

Telepon genggam bisa menjadi surga yang memberikan kita kebaikan dan “menggiring” kita untuk berjalan di jalur menuju pintu surga.

Namun di saat yang bersamaan dia juga bisa membelokkan arah kita ke jalur menuju pintu neraka dengan segala tawaran kenikmatan sesat jika kita salah memilih. Kearifan ujung jari kita dalam menjelajahi dunia digital lewat telepon genggam, menentukan segalanya.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menyebutkan 67.8 persen penduduk Indonesia berusia lima tahun ke atas sudah memiliki telepon genggam.

Dalam sehari, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu lima jam untuk mengakses dunia internet. Sebanyak 98.3 persen mengakses Interent menggunakan telepon genggam.

Dengan telepon genggam, kita bisa melihat (dan membaca) serta mendengar (melalui media video) berita dan informasi yang belum tentu kita ketahui kebenarannya.

Dua mata dan dua telinga kita banyak digunakan untuk melihat dan mendengarkan berita yang ragamnya sangat banyak dari ratusan bahkan ribuan sumber.

Bahkan, tanpa kita sadar, kita turut menjadi “pemain” dalam penyebaran berita tersebut. Siapa di antara kita yang sering langsung forward pesan WhatsApp tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya? Siapa di antara kita yang ketika melihat video yang sedang viral kemudian langsung mempercayai kebenarannya?

Keberadaan media sosial dalam dunia teknologi digital saat ini tidak dapat dihindari. Gereja dalam Inter Mirifica memandang sebagai kewajiban untuk memanfaatkan media komunikasi sosial dalam menyiarkan Warta Keselamatan dan mengajarkannya bagaimana memakai media itu dengan tepat.

Bahkan dalam Evangelii Nuntiandi pun menyerukan bahwa Gereja merasa bersalah di hadapan Tuhan jika gagal menggunakan media komunikasi untuk evangelisasi (art.45).

Pesan sederhana yang dapat diambil adalah kita sebagai warga gereja dan bagian dari warga masyarakat Indonesia, berkewajiban untuk dapat menggunakan media komunikasi dengan baik untuk menyiarkan Warta Keselamatan.

Dalam sehari, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu lima jam untuk mengakses dunia internet. Foto: Hario Prabowo

Perwujudan menyiarkan Warta Keselamatan tidak hanya mewartakan isi Kitab Suci kepada sesama. Hal-hal baik lain juga merupakan perwujudan mewartakan Warta Keselamatan.

Dalam pesan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-57, Paus Fransiskus mengajak kita untuk “berbicara dengan hati”. Sebelumnya, Bapa Suci mengajak kita untuk “datang dan melihat” dan “mendengarkan dengan telinga hati”.

Pesan yang sama dengan apa yang sehari-hari kita lakukan, termasuk saat kita memegang dan berselancar di dunia maya dalam genggaman tangan kita, menggunakan telepon genggam.

Gereja mengajak kita untuk cermat dan teliti dalam melihat kebenaran sebuah berita, arif dalam mendengarkan suara-suara yang belum tentu benar isi dan maksudnya, serta bijak dalam mengutarakan pendapat, berkomentar, dan bertutur, meski hanya melalui dunia digital dan media sosial, melalui telepon genggam.

Meski dengan layar kecil dan hanya lewat ujung jari kita menjelajahi media sosial, sudahkah kita selalu mengkomunikasikan hal-hal baik, mewartakan kasih Kristus, menyiarkan Warta Keselamatan di hari ini?

“Kita adalah apa yang kita komunikasikan.” – Santo Fransiskus de Sales.

Saat ini, penulis tercatat sebagai umat Paroki Santo Aloysius Gonzaga Mlati dan aktif
dalam kepengurusan Berkhat Santo Yusup / BKSY Paroki Mlati. Instagram @rio.1979

Leave A Reply

Your email address will not be published.