Survei Terbaru Inggris: Mengejutkan! 4 Persen Umat Katolik Tak Kembali ke Gereja Jika Pandemi Usai
Katolikana.com, Inggris — Sebagian kecil umat Katolik di Inggris menyatakan tidak akan kembali beribadah di Gereja setelah pandemi Covid-19 berakhir. Demikian, satu temuan yang mengejutkan dari hasil survei terbaru yang dilakukan Catholic Voices Inggris, yang dirilis pada 9 September 2020.
Catholic Voices (CV) adalah kelompok yang didirikan di Inggris pada 2010 untuk meningkatkan komunikasi antara gereja dan media, merilis survei terbarunya yang melibatkan sekitar 2.500 umat Katolik di Inggris, yang dilakukan antara 19 Mei hingga 26 Juli 2020.
Salah satu temuan itu diluar perkiraan sebagian umat Katolik yang menanggap krisis Covid-a9 ini akan mempercepanan penurunan kolektif beribadah di kalangan orang beriman.
CEO Catholic Voices, Brenden Thompson, seperti dilansir Catholic Review (9/9/2020), mengatakan ia sangat terkejut dengan banyak temuan. “Umat Katolik merindukan paroki dan gedung gereja mereka dan tampaknya sangat ingin kembali, tidak hanya puas dengan ‘gereja virtual’,” kata Thompson.
Ia mengungkapkan temuannya bahwa pada umumnya banyak yang mendukung para uskup, bersyukur atas upaya para klerus melakukan live streaming, dan bahkan banyak yang merasakan lebih dekat dengan Tuhan dan berdoa lebih dari biasanya.
“Meskipun demikian, tantangan ke depan adalah nyata, jika kita ingin memanfaatkan niat baik ini, kita perlu mulai berpikir serius tentang diskusi yang diperlukan lebih banyak lagi untuk mulai kembali ke paroki,” katanya.
Pada awal September, Karddinal Jean-Claude Hollerich, Ketua Komisi Konferensi Waligereja Uni Eropa, mengatakan banyak umat Katolik di Eropa tidak akan kembali ke Misa atau kegiatan paroki setelah pembatasan Covid-19 dicabut, yang menunjukan urgensi evangelisasi baru umat Katolik yang benar-benar menjalankan iman mereka.
Penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa 93 persen dari mereka yang diwawancari beribadah dengan menonton Misa online selama pembatasan (lockdown) melalui live streaming yang sebagian besar disediakan oleh keuskupan dan gereja paroki, dan 66 persen menghargai layanan virtual.
Tetapi, 61 % dari mereka yang diwawancarai mengatakan mereka ingin kembali menghadiri Misa rutin ketika gereja dibuka kembali sepenuhnya, dengan 35% mengatakan mereka akan beribadah online hanya sesekali pada saat itu – jika layanan tetap tersedia.
“Tampaknya ibada virtual selama penutupan secara umum diterima dengan baik,” kata peneliti tersebut.
“Meskipun itu mungkin tetap menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan beberapa orang di masa depan, hanya sedikit yang akan berhenti menghadiri gereja sama sekali,” katanya.
Dalam sebuah pernyataan, Catholic Voices mengatakan penelitian, yang disebut “Coronavirus, Church & You,” dimaksudkan untuk mengeksplorasi pengalaman lockdown pastor dan awam. Ditemukan bahwa 61% setuju bahwa penutupan sementara gereja adalah benar.
Hasil penelitian itu juga menunjukkan 80% setuju gedung gereja penting untuk “saksi iman” dan 84% tidak setuju dengan pernyataan bahwa gedung gereja adalah beban dan biaya yang tidak perlu. Sebanyak 53% mengatakan mereka yakin Gereja Katolik telah menanggapi krisis dengan baik, dibandingkan dengan hanya 22% yang memberikan pendapat yang sama atas kinerja pemerintah.
Hampir dua pertiga umat Katolik melakukan kontak dengan pastor selama lockdown, survei menemukan, sementara tepat setengah dari mereka yang diwawancarai mengatakan krisis membuat mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan. Lebih dari 50% mengatakan bahwa lockdown membuat mereka lebih berdoa.
Survei ini dilakukan oleh Francis Davis dari University of Birmingham and Oxford, Andrew Village dari York St. John University dan Leslie Francis dari University of Warwick yang berkolaborasi dengan Catholic Voices yang membuat laporan dan mempublikasikan riset ini.

Jurnalis dan editor. Separuh perjalanan hidupnya menjadi penulis. Menghidupkan kata, menghidupkan kemanusiaan.