Agar Generasi Muda Tak Terpengaruh Aksi Intoleransi dan Radikalisme

Seratusan orang muda Jawa Timur digembleng untuk jadi agen toleransi

0 466

Katolikana.com – Masalah keberagaman di Indonesia kini terjadi di kalangan muda. Tak sedikit yang terpengaruh dengan nilai-nilai intoleransi. Salah satu jalan agar tak jatuh dalam intoleransi adalah orang-orang muda membaur dalam kehidupan masyarakat yang berbeda suku, agama, dan budaya.

Batu, Malang, Jawa Timur, 5-6 November 2020, sekitar 180 kaum muda dari beberapa daerah di Jawa Timur mengikuti kegiatan komunitas Indonesia Merayakan Perbedaan (IMP) dan Forum Kerukunan Pemuda Lintas Agama (FORKUGAMA).

Acara ini digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim, dengan topik “Penguatan Kerukunan Beragama bagi Generasi Muda di Masa Pandemi Covid-19.” Kegiatan ini untuk memperkuat kebangsaaan, kebinekaan, dan kebersamaan serta meningkatkan sikap toleransi generasi muda di masa pandemi.

Nadjib Hamid dari Bakesbangpol Jawa Timur, dalam pembukaan acara, mengatakan keberagaman yang ada di Indonesia memiliki potensi konflik, namun ini wajib disyukuri sebagai anugerah. Kesadaran akan keberagaman itu pada generasi muda akan melahirkan sikap toleran.

“Bhinneka Tunggal Ika adalah warisan yang perlu dijaga dan dilestarikan. Kita harus memaknai multikulturalisme dalam bingkai Pancasila yang telah mampu menunjukkan fungsinya sebagai pemersatu bangsa yang majemuk, heterogen dan multikultural,” kata  Nadjib Hamid.

Dalam pemaparannya sebagai narasumber, Nadjib mengatakan bahwa kebinekaan adalah hal yang niscaya, pelu dijaga. Kehidupan yang harmoni menjadi syarat mutlak bagi kemajuan bangsa, menjadi tugas bersama. Keberagaman harus dikelola untuk menjadi sumber daya yg produktif yang saling melengkapi. Persoalan bangsa terutama dimasa Pandemi harus diselesaikan dengan bersinergi.

Keangkuhan, ketidakpedulian, dan keserakahan adalah bagian dari faktor pemicu ketidakharmonisan. Informasi yang simpang siur di media sosial, juga ikut berperan membuat ketidaknyamanan semua umat beragama. Untuk itu, generasi muda wajib menjadi pribadi yang bersikap kritis, menjaga diri dan bertanggung jawab merawat kerukunan beragama; terutama di masa pandemi.

 

Peserta dari UINSA Surabaya/Foto: Rosita

 

Generasi Muda Rentan Terpapar Intoleransi

Pemateri lainnya, Abdul Kodir, menyajikan data BNPT mengenai kelompok-kelompok usia pendukung aksi intoleransi. Bagian tertinggi adalah golongan 21 sampai 30 tahun; mencapai 47%. Pendukung berikutnya sebesar 29% dari usia 31 sampai 40 tahun. Fakta lainnya dari The Wahid Foundation, kaum muda pendukung aksi kekerasan dan terorisme mencapai 70% lebih.

“Informasi tersebut membuktikan bahwa generasi muda sangat rentan terpengaruh menguatnya intoleransi dan tindakan ekstrim di Indonesia. Krisis identitas penyebabnya, terlebih bagi mereka yang berada pada lingkungan di luar harapannya,” papar Abdul Kodir yang juga dosen sosiologi Universitas Negeri Malang.

Pertumbuhan usia pada fase transisi menjadi dewasa harus mendapat figur yang tepat untuk pembentukan jati diri. Sosok yang dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan emosi dan menempatkan diri di lingkungan keluarga, komunitas, sekolah; terutama dengan teman sebaya.

Segmen politik yang mendominasi pemberitaan di media sosial, sering ditunggangi oleh kelompok intoleran. Sangat mudah memasukkan paham intoleransi pada kelompok belia yang mengalami krisis identitas. Oleh karena itu, eksploitasi solidaritas opini tersebut mendapat tanggapan positif dari sebagian besar kaum muda untuk mendapat pengakuan identitas.

Menurut Abdul Kodir ada empat hal utama yang dapat dilakukan pemuda dalam memperkuat kerukunan selama pandemi, yaitu: menjalin komunikasi yang efektif melalui media sosial baik antar individu maupun organisasi, aktif melawan hoax dan provokasi, terlibat maksimal dalam kontra narasi intoleransi melalui kampanye dan aktif menulis di media, mengedepankan dialog dan selalu menanamkan prasangka baik.

Secara sederhana, penerapaan sikap peduli dalam menangkal hoax adalah dengan menyaring berita sebelum menyebarkan, melakukan report pada akun yang menyebarkan informasi yang tidak benar dan membuat narasi informasi yang benar sebagai tandingan.

 

Arde Adhya dari PHDI Batu memimpin kelompoknya mengikuti arahan instruktur/Foto: Rosita

Pembicara terakhir, Dyah Sawitri menyampaikan, “Dengan Pancasila sebagai ideologi keagamaan, negara Indonesia bukan negara agama. Sebuah penyimpangan, jika menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, meskipun penduduknya mayoritas Islam”.

“Pembinaan sikap toleransi umat beragama di Indonesia menjadi tanggungjawab sosial bersama dan merupakan budaya positif yang perlu dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Untuk itu, kaum muda perlu aktif di organisasi dan mampu berkolaborasi, selain berprestasi dalam pendidikan,” kata Dyah menutup presentasinya.

Sebagian besar partisipan adalah perwakilan dari berbagai organisasi seperti Paguyuban Naluri Budaya Leluhur Malang, Pemuda GKJW, Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI), Generasi Muda Maitreya, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Mojokerto, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), perwakilan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Gusdurian, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik (PK).

Keberagaman tersebut menjadi praktik nyata saat beraktivitas dalam permainan kelompok di lapangan. Pembagian grup secara acak membuat semua personel mendapat kesempatan untuk memimpin dan dipimpin.

Kerja sama dan kreatifitas yang tepacu, menyatu tanpa melihat suku dan agama, membangun kepedulian dan keterbukaan. Saling melengkapi untuk satu tujuan, menjadi yang terbaik untuk NKRI.

Generasi muda yang hadir pada acara ini diharapkan menjadi agen toleransi. Menyebarkan informasi dan pembelajaran yang diperoleh serta memberi teladan dalam menerapkan tenggang rasa dalam kehidupan bermasyarakat di lingkungannya.

Kontributor: Rosita Sukadana, Kerasulan Awam Kristus Raja Surabaya

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.