Rabu pagi (9/12/2020), musim dingin membuat suasana di kota Wina, Austria masih gelap, kendati jam menunjukkan pukul 06.00.
Dengan jaket tebal, sepatu boots, topi, sarung tangan dan masker umat berjalan perlahan menuju gereja untuk melakukan rorate.
Penerangan Lampu Lilin
Di dalam gereja suasana sangat syahdu dan hening. Tak ada lampu yang dinyalakan. Hanya temaram lilin-lilin di altar dan sekeliling tabernakel yang menerangi gereja.
Pagi ini untuk pertama kalinya diadakan rorate karena gereja baru kembali dibuka kemarin sejak diberlakukannya lockdown akibat pandemi.

Selama rorate berlangsung, umat tidak bernyanyi, hanya ada instrumen orgel dan imam menyanyikan Bait Pengantar Injil serta Madah Kudus. Hal ini tentu saja dilakukan sebagai upaya menjaga protokol kesehatan di masa pandemi.
Rorate, yang diambil dari bahasa Latin jika diterjemahkan dalam Bahasa Jerman herkommen, artinya ‘(dari atas) datanglah’.
Hal ini berkaitan dengan masa Adven, masa penantian selama empat minggu dalam kalender liturgi Gereja Katolik sebagai persiapan merayakan Natal.
Rorate yang dilakukan oleh umat Katolik Austria merupakan Perayaan Ekaristi pagi hari seperti misa pada umumnya. Yang membedakan hanya suasana tanpa lampu, diganti dengan nyala lilin-lilin. Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Tak heran, karena kekatolikan di Austria sudah berusia 18 abad.

Beberapa umat menjelaskan bahwa penggunaan lilin sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai tradisi rorate.
Pada jaman dahulu kala listrik masih sulit dan musim dingin penuh salju, maka umat ke gereja membawa lentera dan dirayakan Ekaristi dengan lentera.
Lalu berkembang menjadi lilin-lilin yang indah dan penggunaan lentera hanya untuk bagian halaman gereja. Mereka mempertahankan suasana ini dan tidak ingin menggantinya dengan cahaya dari lampu listrik karena cahaya lilin memberikan suasana hening dan syahdu yang mendalam.
Agape: Perjamuan Makan Bersama
Setelah merayakan Ekaristi, mereka akan bersama-sama melakukan agape, sebuah perjamuan makan pagi bersama. Mereka akan menyantap roti, keju, daging dan minum teh atau kopi.
Agape juga berasal dari Bahasa Latin, yang sebenarnya berarti cinta Tuhan kepada manusia yang tak terbatas. Perjamuan makan agape ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas cinta kasih Allah dalam kehidupan manusia.
Makanan dan minuman yang disantap merupakan sumbangan dari umat kepada Gereja. Sayangnya, tahun ini agape tidak memungkinkan dilakukan akibat pandemi dan Gereja juga bertanggung jawab ikut menjaga protokol kesehatan.
Selain di Austria, beberapa negara Eropa juga melakukan tradisi rorate, misalnya Jerman, Belanda, Spanyol. Di Jerman rorate juga dilanjutkan dengan agape.
Ketika saya tinggal di Filipina, umat Katolik di sana juga melakukan tradisi rorate selama Adven. Mereka mengadakan Perayaan Ekaristi pukul 04.00. Bahkan jumlah umat seringkali membludak hingga mereka membawa bangku sendiri dari rumah.
Bagaimana di tempat Anda, tradisi apa yang dilakukan selama Adven?
Sr. Bene Xavier, tinggal di Wina, Austria
Biarawati Suster-suster Misi dari Sang Penebus Maha Kudus (MSsR), tinggal di Wina, Austria.