NU dan Katolik

Selamat Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-95

0 513

Katolikana.com – Selamat hari lahir Nahdlatul Ulama (NU). 95 tahun perjuangan Islam Nusantara: agama dan bangsa, lintas-kultural dan kerukunan, militansi dan percerahan.

Saya ini Katolik, tetapi bukan dari garis lucu. Saya Katolik yang tidak fanatik (baca: tidak terlalu rajin berdoa, apalagi yang perlu dilihat orang :D).

Menjadi Katolik di Indonesia itu hampir benar berarti menjadi NU-nya Nasrani. Ini bukan kata saya. Ini pun saya comot dari footnote ke-2 halaman 22 buku Katolik itu Apa? karya Franz Magnis-Suseno SJ, seorang imam Jesuit, seorang bekas Jerman yang lebih Indonesia daripada kebanyakan kita.

Saya punya satu cerita menarik. Suatu ketika, di kelas Pemikiran Islam Kontemporer di STF Driyarkara, yang diasuh oleh Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya diberikan satu naskah tentang Islam Nusantara untuk dibaca, kemudian dikembangkan sebagai makalah dan dipresentasikan.

Saya kemudian benar-benar iseng dengan membuat satu makalah yang membandingkan Islam Nusantara dari NU dengan semangat teologi kontekstual Katolik di Indonesia. Dengan sisa-sisa ingatan dan semangat sebagai mantan murid para teolog kontekstual dan interkultural seperti Paul Budi Kleden dan John Prior, keduanya adalah Imam Serikat Kalam Ilahi (SVD), saya kemudian berani mempresentasikannya.

Kelas ramai saat diskusi. Pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman Muhammadiyah dan Gereja Protestan banyak sekali yang mengejutkan. Menariknya, saya cukup banyak dibantu oleh teman-teman frater, itu loh calon pastor Katolik yang harus hidup selibat dan teman-teman dari NU.

Seorang teman NU malah dengan senang mencari beberapa padanan istilah yang saya pakai dalam paper seperti kontekstualisasi, dekontekstualisasi, rekontektualisasi, inkulturasi ke dalam istilah yang lebih islami. Ini mungkin salah satu diskusi yang saya nikmati dengan cara yang serius sekaligus santai.

Sesudah kuliah, seorang teman frater mengirim pesan melalui Whatsapp, “Lama-lama biara dan pesantren NU bisa adakan live-in bareng kalau ide-mu bisa diterima secara luas :D”.

Saya balas dengan emoticon tertawa juga ditambahi salah satu komentar paling diingat dari Gus Dur, ulama NU itu, “Gitu aja kok repooottt….” 😀

Saya juga mungkin sedari dulu sudah NU, wong namanya aja udah “Gus…” kok 😀

Ini semua tentu tidak untuk menyama-nyamakan kedua entitas besar keagamaan tersebut. Hanya mau bilang, beragama haruslah seasyik dan segembira ini.

Salam sehat untuk semua umat yang mencintai keberagaman dan perdamaian. Happy Birthday NU!

Alumnus STFK Ledalero, Maumere, NTT, Mahasiswa Pascasarjana STF Driyarkara. Jurnalis di Jakarta.

Leave A Reply

Your email address will not be published.