RIP Pastor Bene Pr dan Servulus SVD: Dua Guru dan Imam Sejati

Duka mendalam dua imam dan guru STFK Ledalero, NTT. Romo Bene dan Pater Servulus pernah mengajar di almamater STFK Ledalero. Romo Bene mengajar Islamologi dan Filsafat Islam. Pater Servulus menjadi pengajar untuk mata kuliah eksegese dan tafsir kitab suci Alkitab.

0 328

Katolikana.com – Belum sampai waktu Doa Angelus Senin siang ini (1/2/21), saya menerima dua berita duka. Bangun pagi dapat kabar Pater Servulus Isaac SVD meninggal di Labuan Bajo. Siang ini terima berita Romo Bene Daghi Pr meninggal di Bajawa.

Keduanya adalah imam Katolik dan dosen yang baik. Banyak mantan murid mereka menyatakan duka yang mendalam. Romo Bene dan Pater Servulus pernah mengajar di almamater STFK Ledalero. Romo Bene mengajar Islamologi dan Filsafat Islam. Pater Servulus menjadi pengajar untuk mata kuliah eksegese dan tafsir kitab suci Alkitab.

Angkatan saya, 2005-2009, kebetulan tidak pernah diajar oleh kedua guru besar ini. Guru besar bukan dalam arti gelar profesor yang diberikan oleh negara, tetapi karena keagungan pengajaran mereka.

Pertemuan pertama saya dengan kedua orang baik ini terjadi pada awal 2005. Pater Servulus baru pulang dari Aceh. Pembina saya di TOR Lela, Romo Egys Rada Masri, mengundang Pater Servulus untuk sharing pengalaman imannya selama tsunami Aceh 26 Desember 2004. Pater Servulus bercerita dengan sungguh-sungguh pengalamannya yang sangat eksistensial dan spiritual itu. Mungkin karena Pater tahu bagaimana bercerita kepada anak-anak muda yang sedang menjalani tahun orientasi rohani.

Dari situ, saya tahu betul bahwa Pater Servulus adalah guru sejati. Guru dalam arti pembicaraannya menarik. Mereka yang mendengarnya terpukau. Pater tahu menempatkan segmen pendengarnya. Ini semakin diperkuat ketika pengalaman yang sama Pater Servulus bagikan kepada umat di Gereja Lela dalam sebuah khotbah. Gaya bahasa dan pilihan katanya diubah sesuai pendengar.

Bagi saya, sosoknya semakin menarik, setelah beberapa kali bertemu dengan Pater Servulus di Ledalero. Lalu, beberapa kali membaca tulisannya tentang eksegese Kitab Suci dan pastoral Kitab Suci untuk berbagai kelompok kategorial. Hal yang menarik lainnya adalah cerita para senior di kampus tentang betapa demokratisnya Pater Servulus: suka mendengarkan, suka membantu dan memotivasi muridnya untuk giat dalam studi dan bersikap kritis pada setiap kebijakan.

 

Romo Bene Daghi Pr. (Foto: Agusinus Tetiro)

 

Sementara itu, pada 2004-2005, Romo Bene mengajar saya tentang Budi Pekerti. Ini penting karena saya dan teman-teman sedang menerima status sosial baru sebagai frater. Romo Bene tidak bicara banyak hal. Ia sharing saja menjadi imam yang baik, sekurang-kurangnya dari pengalamannya sendiri.

Saat itu, Romo Bene sedang mempersiapkan mutasinya setelah menjadi Praeses Seminari Tinggi Ritapiret. Kesan saya, Romo Bene orang pintar yang rendah hati. Pengetahuan umumnya sangat luas. Beliau juga menguasai beberapa bahasa asing secara fasih.

Sebelum pindah ke Seminari Mataloko, rutinitas Romo Bene di Ritapiret berkisar pada menanam bunga, olahraga tenis meja dan sesekali ajak para frater ngobrol. Obrolannya juga mencakup tema yang sangat luas: mulai dari kuliah hingga keterampilan menanam bunga dan berkebun.

Romo Bene seperti bapak-bapak kami orang Ende dan Nagekeo kebanyakan. Beliau suka menegur kita dengan cara yang khas, “Ngero miu ana Ende gaya sekali,” komentarnya kalau melihat kami para frater orang Ende berjalan dalam gerombolan setelah makan siang atau setelah olahraga sore.

Kepergian Pater Servulus dan Romo Bene menyisahkan kesedihan. Imam dan guru yang baik adalah kualitas yang tak terbantahkan dari keduanya. Selama hidup, Romo Bene selalu baik. Begitu juga Pater Servulus, yang selalu akrab dengan orang muda dalam formasi, senantiasa menghidupi arti namanya sebagai servus servulus Dei, hamba muda kepunyaan Tuhan.

Dua imam ini meninggalkan legacy besar bagi pendidikan kita. Selamat Jalan Kedua Imam Tuhan. RIP

Editor: Basilius Triharyanto

Alumnus STFK Ledalero, Maumere, NTT, Mahasiswa Pascasarjana STF Driyarkara. Jurnalis di Jakarta.

Leave A Reply

Your email address will not be published.