
Suara Kritis Kunjungan Paus ke Irak: Euforia Massa dan Gelombang Baru Covid-19
Protokol Kesehatan Covid-19 tak cukup, euforia massa jauh lebih kuat untuk berkumpul. Warga Irak tak puas menyaksikan Paus Fransiskus di layar kaca.
Katolikana.com, Irak — “Mereka orang-orang baik, tetapi mereka tidak memikirkan tentang orang-orang yang harus tinggal di rumah. (Mereka tidak memikirkan) tentang dampak ekonomi yang telah menghantam orang banyak selama lockdown.”
Paus Fransiskus mengeluarkan pernyataan tersebut pada awal Januari lalu. Pernyataan ini ditujukannya kepada orang-orang yang memilih bepergian dan berlibur di tengah pandemi.
Hanya berselang dua bulan, Paus Fransiskus sengaja “melanggar” pesannya sendiri dengan melakukan perjalanan ke Irak. Memang kunjungan ini bukan dalam rangka liburan. Meskipun demikian, tetap saja kunjungan ini tidak sejalan tujuan untuk mencegah gelombang baru penyebaran virus korona merebak. Khususnya di negara dengan fasilitas kesehatan rentan seperti di Irak.
“Saya tidak berpikir ini ide yang bagus,” kata Dr. Navid Madani, ahli virus dari Harvard Medical School’s Dana-Farber Cancer Institute. Pendiri Center for Science Health Education in the Middle East and North Africa di kampusnya ini memberikan konteks latar belakang budaya lokal yang membuatnya berkomentar demikian.
Baca Juga: Paus Fransiskus Tiba di Irak: Melawan Teror dan Kebencian Antar Agama
Wanita ini menjelaskan masyarakat Timur Tengah umumnya terkenal ramah. Sehingga kesediaan Paus Fransiskus untuk mengunjungi Irak justru dikhawatirkan menimbulkan antusiasme sangat besar dari masyarakat yang ingin menyambut sosok Sri Paus secara langsung. “(Kunjungan) ini berpotensi menyebabkan (situasi) tidak aman atau (memicu) risiko penyebaran virus yang sangat cepat,” sebutnya dalam wawancara dengan Los Angeles Times.
Perwakilan Vatikan sebenarnya telah berusaha meyakinkan bahwa kunjungan kepausan akan dilaksanakan dengan membatasi kerumunan orang dan tetap menerapkan prosedur menjaga jarak. Vatikan juga menegaskan seluruh anggota yang ikut dalam rombongan Paus beserta jurnalis yang menyertai sudah divaksin sebelum mereka terbang ke Baghdad.
Sayangnya, ribuan orang yang berkumpul di Bandara Internasional Baghdad membuktikan dengan gamblang betapa tidak mudah untuk menerapkan pengendalian kerumunan di tengah euforia massa. Banyak dari mereka juga terlihat tidak mengenakan masker. Makin ironis lagi karena—tidak seperti rombongan Paus—sebagian besar penduduk Irak sampai sekarang belum menerima vaksinasi.
Dr. Bharat Pankhania, pakar pengendalian penyakit menular dari University of Exeter College of Medicine menyatakan, “Ini badai yang sempurna untuk menghasilkan lebih banyak kasus yang tidak dapat anda tangani. Kita ada di tengah situasi pandemi global. Dan sangat penting untuk menyampaikan pesan yang tepat.”
Ia melanjutkan, “Pesan yang tepat adalah: Semakin sedikit interaksi langsung dengan manusia, semakin baik.”
Nunsius Apostolik Terjangkit Korona, Agenda Paus tetap Berjalan
Situasi sempat menjadi genting saat Nunsius Apostolik Mgr. Mitja Leskovar dan beberapa stafnya dikabarkan positif covid-19 hanya lima hari sebelum kedatangan Paus. Alhasil, Duta Besar Vatikan untuk Irak ini harus menjalani isolasi mandiri. Kabar ini sempat membuat agenda lawatan Paus Fransiskus terancam gagal
Saat Paus sudah dipastikan tidak ingin membatalkan agendanya, muncul tanda tanya mengenai tempat singgah Paus selama empat hari berada di Irak. Mengingat selama ini Paus tidak pernah tinggal di hotel. Dalam setiap kunjungannnya ke luar negeri, Paus selalu menginap di komplek Nunsiatur Apostolik atau Kedutaan Besar Vatikan.
Menjawab hal ini, Vatikan menjelaskan Mgr. Leskovar hanya mengidap gejala ringan dan tetap dapat bekerja menyiapkan kunjungan Paus Fransiskus selama masa isolasi mandiri. Vatikan juga mengabarkan bahwa Paus Fransiskus akan bermalam di Nunsiatur Apostolik di Baghdad selama lawatannya ke Irak.
Vatikan sendiri membela keputusan Paus Fransiskus untuk tetap mengunjungi Irak di tengah ancaman pandemi. Seperti dikutip AP, Vatikan menyebut kunjungan ini sebagai “tindakan cinta kasih untuk tanah ini (Irak), untuk masyarakatnya, dan untuk umat Kristiani disini.”
Sementara itu Paus Fransiskus menuturkan bahwa sekalipun masyarakat Irak hanya dapat melihatnya di televisi (karena pembatasan kerumunan), kunjungannya tetaplah berharga. Sebab “mereka akan melihat Paus ada disana, Paus datang ke negara mereka.”
Namun melihat animo massa di Baghdad pada hari pertama, sulit membayangkan masyarakat Irak akan puas menyaksikan sosok Paus hanya dari depan layar kaca. Mudah diprediksi kerumunan masyarakat tetap bakal menyemut saat Paus melanjutkan perjalanannya ke Ur, Najaf, Arbil, Mosul, dan Qaraqosh.
Sumber: Los Angeles Times | AP News
Editor: Basilius Triharyanto
Kontributor Katolikana.com di Jakarta. Alumnus Fisipol Universitas Gadjah Mada. Peneliti isu-isu sosial budaya dan urbanisme. Bisa disapa via Twitter @ageng_yudha