Valentinus Rommy Iskandar, Seniman Patung Rohani: Pernah Membuat Patung Setinggi Lima Meter

“Menjadi seniman patung rohani adalah takdir yang digariskan Tuhan kepada saya,” tutur Valentinus Rommy Iskandar.

0 1,080

Katolikana.com—Valentinus Rommy Iskandar lahir di Yogyakarta tahun 1971. Rommy merupakan seniman yang sering mengikuti pameran di berbagai daerah hingga mancanegara.

Selain menjadi seorang pelukis, Rommy juga merambah ke seni patung hingga ia dikenal sebagai pembuat patung rohani untuk banyak gereja di Indonesia.

Awal Berkarir

Rommy memulai karirnya sebagai pembuat patung rohani tahun 1998. Ketika itu ia telah berkeluarga.

Sebenarnya banyak orang yang belum percaya apakah hasil garapan patung yang dibuat memuaskan atau tidak. Usaha tersebut merupakan hasil usaha turun temurun dari ayahnya.

Ia pernah membuat patung Yesus setinggi lima meter serta patung Buddha yang sangat besar yang dia kerjakan  kurang lebih tiga bulan.

Dari kecil Rommy selalu dididik untuk mandiri. Ia selalu bekerja sembari bersekolah. Bahkan, Rommy memilih menjadi orang Katolik berdasarkan dirinya sendiri bukan keluarganya.

Rommy saat sedang melukis. Foto: Instagram.com/rommy.iskandart

Suka Duka

Rommy bercerita, sebelum masuk ISI pasti ditawar murah dan harga tidak seberapa.

“Mungkin karena menurut mereka saya tidak punya latar belakang seni. Setelah masuk ISI tahun 2002, suasana sedikit berbeda karena dianggap orang seni dan akhirnya bisa menaikkan harga jual,” ujar Rommy.

Ia merasakan pendapatan tidak menentu. Hal ini karena barang yang dijual bukan barang kebutuhan sehari-hari.

Di saat pandemi, pendapatannya menurun karena tergantung adanya pesanan. Ia mengatakan pekerjaan ini dilakukan bukan karena terpaksa melainkan jalannya.

Rommy dan salah satu patung karyanya. Foto: Dokumen Pribadi.

Hal yang paling sulit ketika terjadi gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006. Saat itu sedang proses pembuatan patung dan patungnya ikut hancur.

Kesulitan lain, ketika sudah deal pengerjaan namun terjadi kenaikan harga bahan. Otomatis dia harus menaikkan gaji karyawan.

Ada sejumlah orang berkomentar: tidak boleh membuat patung karena itu artinya menyembah patung. Rommy hanya bisa tutup telinga dengan komentar itu. “Intinya, kalau dengerin kata orang terus, sulit deh,” ujarnya.

“Sukanya, ada rasa puas ketika dipuji orang lain karena hasil karyanya bagus. Lalu, ketika banyak orderan, pasti senang,” tutur Rommy.

Mujizat Itu Nyata

Banyak hal yang terjadi, semacam mukjizat, ketika Rommy menekuni pembuatan patung. Salah satunya ketika ia menemukan patung Bunda Maria menangis.

“Hal tersebut merupakan sesuatu yang nyata serta tidak direkayasa sama sekali,” papar Ronny.

Sejak kejadian itu, banyak orang berdatangan dari berbagai daerah bahkan melakukan ziarah di tempat keluarga Rommy.

“Semua orang berdatangan. Banyak yang memanjatkan doa kepada Bunda Maria,” kata Rommy.

“Sebenarnya itu merupakan patung orang yang ingin diperbaiki karen ada kerusakan. Tetapi malah terjadi hal luar biasa seperti itu,” tambahnya.

Komitmen Mengikuti Aturan

Menurut Rommy, proses pembuatan patung rohani membutuhkan komitmen untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa. Dia harus mengikuti aturan tertentu.

Misalnya saat proses pembuatan patung Buddha, Rommy harus menjadi vegetarian selama lima bulan. Ketika aturan dilanggar, akibatnya proses pengerjaannya tidak lancar.

“Banyak terjadi kesalahan di sana-sini ketika dilakukan pengecekan oleh pendeta Buddha. Tetapi ketika saya mengikuti aturan, proses pengerjaan berjalan lancar.  Bahkan, di hari-hari berikutnya mendapat banyak pujian.

Ronny dan Patung Maria Karyanya. Foto: Dokumen Pribadi

Tetap Bersyukur

Proses jatuh bangun bukan menjadi masalah bagi Rommy. Pekerjaan yang ia rintis sejak awal merupakan hal yang patut disyukuri. Pendapatan yang naik turun tidak masalah selama masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Yang terpenting menurutnya adalah berdoa. “Saya sebagai pembuat patung rohani tidak membuat saya lebih disucikan dibanding yang tidak membuat lho. Jadi jangan salah kaprah,” ujar Rommy.

Menurutnya, doa adalah jalan di mana kita bisa menentukan arah hidup kita. Bagaimana kita dapat berserah diri kepada Tuhan kita serta selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki.

Baik buruknya itu tergantung kita dan bagaimana kita menyikapi.

“Zaman sekarang banyak orang termakan gengsi sehingga lupa bersyukur dengan yang di atas. Mereka selalu ingin lebih dan lebih lagi,” kata Rommy.

Rommy Sedang Membuat Patung Maria. Foto: Dokumen Pribadi

Rommy berpesan, apa pun pekerjaan yang kita kerjakan jika disyukuri pasti hasilnya akan lebih mudah dan lebih baik.

“Jangan lupa untuk selalu sabar karena hidup di dunia hanya sementara. Tetap semangat berusaha dan selalu bersyukur, bekerja dengan cinta bukan dengan nilai,” pungkasnya. []

Kontributor: Grace Paramitha, Priscillia Aurelia Xena Tanama,  Mardyaning Christ Cahyarani, Britney Pincky Claudia (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.