Jalar Pijar Mini Art Exhibition: Menemukan Cahaya yang Tersembunyi

Sekelompok mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang bergabung dalam Jalar Pijar menggelar mini art exhibition di OK Gallery Yogyakarta, 23-27 April 2021.

0 576

Katolikana.com—Banyak orang sebenarnya mampu dan memiliki karya, namun tak punya rasa percaya diri. Dukungan seorang teman merupakan hal penting ketika diri sendiri tidak mampu menemukan nyawanya lagi.

Sekelompok mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang sama-sama pernah berada di fase tidak percaya diri, lalu bergabung dalam Jalar Pijar menggelar mini art exhibition di OK Gallery Yogyakarta, 23-27 April 2021, dihadiri lebih dari 200 pengunjung.

Pameran ini bertujuan memberikan wadah bagi para seniman yang merasa kurang percaya diri untuk memperlihatkan atau memamerkan karya mereka.

Jalar Pijar menampilkan 13 artist yang berasal dari berbagai daerah yakni Ajeng Putri Hardinie, Putu Angga Wipayana, Fitri Aqila x Refo Angkasa, Muhammad Rifqi Putra Manaf, Wilfidrus Anrico, Kevin Soedarmawan, Plum, Gabriel, Akrom Hanif, Ocha Sasmitha dan Tubagus Abdan yang mewakili almarhum Allan Hidayatullah.

Pameran tersebut menampilkan berbagai karya dalam bentuk lukisan, foto, visual, pembacaan puisi, dan live performance saxophone dari Ayom Satria.

Penampilan Saxophone oleh Ayom Satria. Foto: Dokumen Pribadi

Menemukan Cahaya Tersembunyi

Ketua Panitia Jalar Pijar Putu Ayu Widi mengatakan Jalar Pijar berarti menularkan terang.

“Harapannya, event tersebut dapat menjadi ruang untuk menciptakan ekosistem yang baik sehingga terjalin proses apresiasi satu dengan yang lain,” ujar Ayu Widi.

Pameran ini mengangkat tema ‘Revealing the hidden lights’ atau menemukan cahaya tersembunyi.

Menurut Ayu Widi, ‘cahaya’ adalah si pembuat karya atau para seniman. ‘Yang tersembunyi’ adalah orang-orang kurang percaya diri sehingga dianggap sosok yang bersembunyi di balik perasaan tak percaya diri.

Pameran dibuka pada Jumat (23/4/2021) pukul 09.30 WIB, dihadiri oleh Kapolsek Umbulharjo, RT/RW Warungboto, Lurah Warungboto serta Camat Umbuharjo.

Setelah itu dilanjutkan pembacaan puisi yang dibawakan oleh Plum, seorang seniman yang turut andil dalam pameran tersebut. Malam hari pukul 18.30 dilanjutkan dengan live performance saxophone dari Ayom Satria.

Bedah Karya

Hari pertama pameran dihadiri lebih dari 100 orang pengunjung, termasuk Rommy Iskandar selaku pemilik OK Gallery Yogyakarta.

Rommy sangat mengapresiasi karya seniman muda. Ia turut membantu terselenggaranya pameran tersebut.

“Mereka masih muda dan punya karya yang luar biasa. Event ini bisa menjadi wadah mereka untuk menunjukkan kebolehannya,” ujar Rommy.

Selain pameran, panitia juga menggelar sesi talkshow Artist Talks, yang membahas latar belakang seniman hingga mencari tahu makna di balik karya-karya mereka.

Gabriel, seorang seniman yang terlibat menuturkan alasannya membuat karya lukisan tengkorak. Menurutnya, karya berjudul Equal ini menggambarkan kita sebagai manusia adalah sama: akan mati atau kembali menjadi tengkorak.

Menurut Gabriel, jas serta dasi yang dipakai oleh tengkorak melambangkan derajat seseorang, misalnya pejabat.

“Mau seberapa tinggi pangkat kita bahkan pejabat sekali pun, ujung-ujungnya akan mati jadi tengkorak, juga kan?“ ujar Gabriel.

Artist Talks, Ajang Bedah Karya. Foto: Dokumentasi Pribadi

Kata Untuk Seorang Teman

Menurut Ayu Widi, pameran ini juga merefleksikan tentang arti teman. “Teman adalah seseorang yang mampu membentuk temannya menjadi pribadi yang lebih baik setelah keluarga,” ujarnya.

Menurut Widi, teman yang baik akan selalu mendukung temannya untuk melakukan hal-hal positif yang berujung pada kesuksesan di masa depan.

“Memiliki seorang teman yang mampu menjadi tempat yang paling nyaman untuk berekspresi adalah suatu hal yang sulit tergantikan. Luangkan waktumu untuk apresiasi kehadiran mereka,” pungkas Ayu Widi.

Para pengunjung mencuci tangan sebelum dipersilahkan masuk. Foto: Dokumentasi Pribadi

Protokol Kesehatan 

Pameran tersebut telah mendapat izin dari berbagai pihak khususnya Satgas Covid-19 dengan syarat mengikuti protokol kesehatan dan menjaga jarak dengan pengunjung lain.

Panitia membagi dalam beberapa sesi yakni sesi 1,2,3 dengan jumlah per sesi yakni 20 orang yang berada di galeri. Panitia juga rutin melakukan penyemprotan desinfektan pada area galeri serta menyiapkan ruang isolasi jika ada kejadian atau hal yang tidak diinginkan. *

Kontributor: Grace Paramitha, Priscillia Aurelia Xena Tanama, Mardyaning Christ Cahyarani, Britney Pincky Claudia (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.