Awal Mula Kongregasi Suster Fransiskan di Sukabumi (SFS) Berkarya di Indonesia

Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) berkarya di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial

1 2,285

Katolikana.com—Ketua Komisi Kongregasi Suster Maria Emilia SFS menjelaskan Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) berawal mula dari Kongregasi Suster Peniten Rekolektin Bergen op Zoom (BOZ) di Belanda. Tahun 1839, kongregasi ini didirikan oleh Ibu Rosa de Bie di Bergen op Zoom.

Pada 3 April 1806, lahirlah Elizabeth de Bie atau lebih dikenal sebagai Suster Rosa di Belgia.

Suster Rosa diutus oleh pemimpinnya di Belgia ke salah satu rumah sakit di Bergen op Zoom untuk melayani orang sakit.

“Tahun 1839 Bergen op Zoom menjadi komunitas yang dipimpin langsung oleh Suster Rosa de Bie dan ia memisahkan diri dari biara induknya yang ada di Belanda,” ungkap Suster Emil.

Komunitas Bergen op Zoom mulai berkembang menjadi Suster Fransiskanes Bergen op Zoom. Pada tahun 1933, kongregasi tersebut merintis karyanya di Indonesia dengan nama Suster Fransiskanes Sukabumi (SFS).

Sejarah SFS. Infografis: Tim

Sejarah SFS di Indonesia

Seperti ditulis oleh Gerarda (2000) dalam buku “Peniten Rekolektin Pengungsian Dalam Penderitaan”, kehadiran kongregasi SFS di Indonesia diawali oleh korespondensi antara Muder Gerarda BOZ dengan Pater Műller, SJ (tahun 1932, Rektor Seminari Tinggi di Yogyakarta), dan pembicaraan dengan Pater Wubbe, SJ, serta kunjungan Moeder Gerarda ke Semarang.

Dari situ, pada sore hari tanggal 23 Maret 1933, atas dorongan Ilahi dan berkat restu Bapa Uskup Mgr. Hopmans, Kongregasi BOZ, mengutus enam orang suster untuk bermisi ke Indonesia.

Ke-enam suster tersebut yaitu:

  1. Suster Seraphine Gulickx (dari Bavel), sebagai overste.
  2. Suster Imelda den Aantrekker (dari Bergen op Zoom).
  3. Suter Agusta Hocke (dari Neisse, Jerman).
  4. Suster Theresina Tax (dari Bergen op Zoom).
  5. Suster Gemma Hertogh (dari Stoppeldyk).
  6. Suster Valentine Uitde Willingen (dari Heerle Wouw).

Mereka berangkat dari Rossendal naik kereta api ke pelabuhan Marseille (Perancis). Dari sana para suster naik kapal laut “Baluran” menuju Indonesia.

Pada hari Kamis Putih, 13 April 1933, para misionaris dari Kongregasi Peniten Rekolek BOZ ini mendarat di Tanjung Priuk.

Mereka disambut ramah oleh para suster Ursulin dari Weltevreden di Hindia Belanda (sekarang: Jakarta). Mereka tinggal beberapa hari di tempat ini.

Sementara itu, tiga suster mengunjungi Rumah Sakit Semarang dan Muntilan milik para Suster Fransiskanes Heythuizen (OSF Semarang); untuk mempelajari penyakit-penyakit tropis dan perawatannya.

Tanggal 10 Mei 1933, para misionaris BOZ memasuki kota praja Sukabumi, namun belum bisa langsung bekerja di Rumah Sakit yang telah disepakati dengan pejabat pemerintah kota Sukabumi.

Pada waktu itu pihak Kongregasi BOZ diwakili oleh Pater Wubbe, SJ. Para suster BOZ lebih dahulu tinggal di rumah penduduk yang telah disiapkan untuk tempat tinggal mereka.

Pada hari itu juga dipersembahkan Misa pertama di rumah itu, kemudian mereka mulai melaksanakan perawatan orang sakit di rumah-rumah penduduk sambil belajar bahasa Indonesia.

Pada tanggal 13 Juni 1933, para suster boleh mengunjungi Rumah Sakit yang telah diatur oleh Pater Lukas, SJ; untuk berkenalan dengan para dokter dan karyawan.

Pada tanggal 28 Desember 1933, para suster resmi menetap di Jalan Rumah Sakit No. 1, Sukabumi dan berkarya di Rumah Sakit Santa Lidwina Sukabumi.

Kongregasi ini kemudian membuka beberapa cabang, dan menjadi kongregasi mandiri pada tanggal 14 April 1996.

Menurut Suster Emil, tanggal 1 Mei 1933 ditetapkan sebagai tanggal resmi komunitas SFS berada di Sukabumi. “Pada 1 Mei 2021, telah 88 tahun SFS berada di Indonesia,” kata Suster Emil.

Suster Emilia SFS (kiri) dan dua rekannya. Foto: Emilia SFS

Spiritualitas dan Karya Pelayanan

Suster Emil menjelaskan bahwa SFS memiliki rasa spiritualitas dalam hidup persaudaraan yang ditopang oleh rasa semangat tobat, doa, pelayanan dan kesederhanaan. Hal tersebut diwujudkan melalui pelayanan yang dilakukan oleh para suster.

“Pelayanan yang dilakukan SFS ada di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial,” ujar Suster Emil.

Pada bidang kesehatan dapat dijumpai di klinik maupun rumah sakit umum. Lalu pada bidang pendidikan terdapat di penitipan anak, play group, Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi, seperti akademik keperawatan. Pada bidang sosial terdapat panti asuhan, panti lansia dan panti anak-anak.

“Untuk akademi keperawatan bekerja sama dengan Keuskupan Bogor,” ungkap Suster Emil.

Selain melakukan pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan dan sosial, para suster melakukan aktivitas dirumah, seperti bersih-bersih rumah.

Suster Emil mengajak khususnya kaum muda untuk bergabung ke dalam kongregasi SFS ialah dengan bersikap, bertindak dan berperilaku yang baik.

“Saya bersyukur dengan hadirnya media sosial di kehidupan kita karena dapat membantu kami untuk memperkenalkan kongregasi ini ke seluruh Indonesia bahkan dunia,” ungkap Suster Emil.

Tidak hanya itu, para suster memperkenalkan SFS dengan cara mendatangi sekolah-sekolah.

“Karena pandemi, kami tidak lagi mendatangi sekolah-sekolah,” kata Suster Emil.

SFS mulai bekerja sama dengan masyarakat, pastor paroki maupun kepala sekolah sehingga mereka memiliki perhatian dengan kongregasi SFS dengan sebutan Sahabat SFS.

“Saya berharap SFS dapat semakin berkembang melalui karya pelayanan dan juga anggotanya dapat menyesuaikan diri dengan zaman,” ungkap Suster Emil.*

Alamat Biara Suster SFS:

  1. Biara St. Fransiskus, Jalan Rumah Sakit 3 Sukabumi, Jawa Barat, Telp. (0266) 221369
  2. Biara St. Fransiskus, Jalan Veteran II/10, Sukabumi, Jawa Barat
  3. Biara Sta. Immacullata, Kompleks PA. St. Sindanglaya, Cipanas, Jawa Barat
  4. Biara St. Fransiskus, Jalan Pahlawan 96, Bogor, Jawa Barat
  5. Biara St. Fransiskus, Jalan Raya Cibinong, Kp. Pabuaran Cibinong, Jawa Barat
  6. Biara St. Fransiskus, Jalan Mayor Oking 15, Cibinong, Jawa Barat
  7. Biara St. Fransiskus, Jalan Multatuli 42, Rangkasbitung, Banten
  8. Biara St. Fransiskus, Jl. Kartini no 25 A Sragen 57221 Jawa Tengah, Tlp (0271)891450
  9. Biara San Damiano Jl. A. Yani NO I Gubug Grobogan Jawa Tengah
  10. Biara La Vern Wirosri, Jl. Siswa no 10 Wirosari Purwodadi Grobogan (0292) 761139

Kontributor: Widya Silaban, Vinka Kristy, Yohanes Farih, Andreas Bagas (Universitas Atma Jaya Yogyakarta).

Katolikana.com adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia.

1 Comment
  1. Agustinus Mudjiman,SH says

    Selamat berjuang untuk turut membangun masyarakat Indonesia yang cerdas , sehat jasmani dan rohani , serta senantiasa menjadi penyebar kasih kristus dan perdamaian bagi kita semua.

Leave A Reply

Your email address will not be published.